top of page
Writer's pictureLSP3I

Hal yang Perlu Diketahui Dosen : Menjadikan Peserta Didik Berpikir Kritis, Kreatif, Problem Solver

Updated: Jul 20, 2019

Intelligence plus character that is the goal of true education –“ Kecerdasan plus karakter itulah yang menjadi tujuan pendidikan sejati.” - Martin Luther King Jr.

Semua orang pasti setuju jika pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk membantu seseorang mencapai kesuksesannya, meskipun sebenarnya pendidikan bukanlah satu-satunya hal yang menentukan keberhasilan tersebut. Kepandaian tanpa pembentukan karakter yang baik hanya akan menghasilkan sebuah ijazah, namun tidak menghasilkan generasi yang terdidik, terampil dan berbudi luhur.


Masalah dasar dari pendidikan adalah kaburnya tujuan pendidikan. Hal ini menyebabkan isi dan metode pendidikan dan pembelajaran terkadang tidak tepat karena tujuan pendidikan yang tidak jelas. Tujuan pendidikan sebenarnya sangat berguna untuk menentukan ke arah mana seorang peserta didik akan dibawa.


Berbagai formula dikembangkan guna tercapainya tujuan pendidikan kekinian yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


Seiring berkembangnya zaman, maka berkembang pula ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi ini menuntut para pelaku pendidikan lebih AI ??? Arif dan kreatif. Mengapa demikian?


Dulu pengajar mendikte pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik. Berbeda hari ini, peserta didik mencari sendiri sesuai minat dan rasa ingin tahunya. Dulu peserta didik menghafalkan pengetahuan yang penting menurut dosen atau gurunya. Maka sekarang, peserta didik memahami pengetahuan sesuai rasa ingin tahu dan minatnya.


Dari sisi praksis pendidikan dulu dan sekarang memang tidak jauh berbeda, hanya pada tataran esensi memiliki makna dan rasa yang bergeser. Mengikuti trend, dan kreatif pengembangan, agar output pendidikan sesuai tuntutan zaman. Sesuai dengan tuntutan sumber daya manusia sekarang. Sekarang, belajar adalah praktek membuat karya. Jika dulu hasil belajar dinilai kebenarannya oleh dosen atau gurunya. Maka sekarang hasil belajar dinilai oleh peserta didik, teman dan dosen/guru.


Lain dulu lain sekarang, maka pegiat dan pelaku pendidikan harus mampu menyesuaikan perubahan, kebutuhan dan keinginan peserta didik.


Beberapa ciri pendidikan di era kekinian, yaitu :


1. Peserta didik mencari sendiri sesuai minat dan rasa ingin tahunya.


Era sekarang, sulit untuk membendung arus informasi. Era digital memang menjadi peluang namun juga memiliki tantangan tersendiri. Kita, harus memahami dan mengerti bahwa sesungguhnya, peserta didik memiliki keinginan, memiliki minat dan bakat.


Namun tidak kalah penting, mengetahui bahwa seorang peserta didik mampu men-singkronkan antara keinginan, minat, dan bakat. Kadangkala ke-ingintahu-an peserta didik bersifat radikal. Andai saja rasa ingin tahunya tidak singkron dengan minat dan bakatnya, maka ke-ingintahu-annya berujung sia-sia.


2. Peserta didik memahami pengetahuan sesuai rasa ingin tahu dan minatnya.


Pengkontrolan dalam proses pembelajaran sangat diperlukan. Bukan hanya di lingkungan kampus atau dunia pendidikan, tetapi juga di setiap sisi kehidupannya. Hal ini merupakan satu keunggulan peserta didik zaman sekarang, mereka tanpa diperintah akan melakukannya sendiri. Dengan catatan, bimbingan dosen turut serta dalam aktifitasnya.


3. Belajar adalah praktek membuat karya.


Apresiasi bagi setiap karya yang diciptakan, adalah jalan menuju keberhasilan proses belajar anak. Karya yang dibuat merupakan satu kejeniusan. Terlepas dari nilai manfaat??i?? atau yang dihasilkan. Tidak sedikit orang yang berhenti menggeluti bakatnya, hanya karena tidak mendapat apresiasi dari luar dirinya. Terutama orang terdekatnya. Maka bakat yang di bangun dengan karya awalnya tersimpan dan terhenti sampai disana.


4. Hasil belajar dinilai oleh peserta didik, teman dan dosen.


Tidak ada kebenaran mutlaq hari ini. Di mata manusia kebenaran itu bersifat subjektif, tidak ada orang yang paling benar. Begitu pula dengan proses pendidikan. Semua pelaku pendidikan berhak menentukan kebenarannya dan memiliki hak untuk memberikan penilainnya. Lain dia, lain kita. Lain saya, lain mereka.


Maka, peran penting dosen sebagai pendidik dan pengajar dalam membimbing peserta didik masih di perlukan dan sangat diperlukan dalam proses pendewasaan (pendidikan). Praksisnya tidak jauh berbeda, hanya esensi makna sedikit bergeser.


Salah satu tujuan dari pendidikan adalah mampu menjadikan peserta didik kritis baik dalam berpikir kritis dalam menyelesaikan atau memecahkan permasalahan maupun kemampuan mengkomunikasikan atau menyampaikan pikirannya secara kritis. Kenyataannya pelaksanakan pembelajaran kurang mendorong pada suatu kemampuan berpikir kritis.


Dua faktor penyebab berpikir kritis tidak berkembang selama pendidikan adalah kurikulum yang umumnya dirancang dengan target materi yang luas sehingga pendidik lebih terfokus pada penyelesaian materi dan kurangnya pemahaman pendidik tentang metode pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.


Menjadikan pemikiran baru oleh para pendidik untuk mengoptimalkan kemampuan peserta didiknya terutama dalam hal berpikir secara kritis. Kemampuan berpikir kritis ini akan memberikan arahan dalam melaksanakan pekerjaan dan berpikir. Lebih dari itu, berpikir kritis membantu dalam mengkaitkan suatu pokok permasalahan dengan lebih akurat. Untuk mencapai suatu pendidikan yang mampu menjadikan anak berpikir kritis diperlukan keterbukaan dari semua pihak.


Kemampuan anak berpikir kritis adalah dengan mengembangkan kemampuan intelektualnya. Dalam kaitannya dengan kemampuan intelektual, Bloom memberikan sumbangan ide yang cukup bermakna dalam kemampuan intelektual ini, yaitu membagi kemampuan intelektual dari tingkatan yang sederhana menuju tingkatan yang komplek antara lain pengetahuan atau pengenalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemampuan dalam menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi pada taksonomi Bloom merupakan tingkatan keterampilan yang lebih tinggi. (Cotton, 1991).



Melalui kemampuan intelektual maka diperlukan aktivitas-aktivitas dalam membentuk suatu kegiatan yang mengasak kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis. Berpikir kritis dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan seperti : memperhatikan suatu topik persoalan secara detil dan menyeluruh, melakukan identifikasi pada kecenderungan dan pola seperti mengidentifikasi suatu persamaan dan perbedaan dari sisi permasalahan tersebut, mengulangi kegiatan pengamatan(observasi) untuk memastikan tidak ada sesuatu yang terlewatkan, memahami informasi yang didapat dari berbagai sudut pandang, memilih solusi-solusi yang sesuai secara obyektif, dan mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari solusi yang dipilih.


Eric Jensen merincikan beberapa keterampilam yang harus ditekankan pada tingkat abstraksi sebagai bagian dari perkembangan dalam mengajari kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kritis, yaitu:


1. Mengumpulkan informasi-informasi dan sumber-sumber yang berguna.


Suatu informasi yang diperoleh akan berguna padi seseorang untuk melakukan upaya mengganggulangi atau mengatasi dampak-dampak negatif dari suatu permasalahan.


2. Mengembangkan fleksibilitas dalam bentuk dan gaya


Pengolahan informasi yang diperoleh dalam berbagai bentuk dan melibatkan beberapa sudut pandang.


  • Mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan berkualitas tinggi

  • Menimbang bukti sebelum menarik kesimpulan

  • Menggunakan metafora dan model

  • Mengonsepkan strategi(diagram, daftar, keuntungan dan kerugian, penjabaran, dll)

  • Berhubungan secara produktif dengan ambiguitas, perbedaan, dan kebaruan

  • Mencari kemungkinan dan probabilitas(meletuskan ide secara cepat dalam kelompok, membuat formula, survai, sebab akibat)

  • Keterampilan debat dan diskusi

  • Identifikasi kesalahan, ketidaksesuaian, dan ketidaklogisan

  • Mengkaji pendekatan-pendekatan alternatif (mengubah kerangka referensi, berpikir di luar kotak, dll)

  • Strategi-strategi hipotesis - pengujian

  • Mengembangkan objektivitas

  • Generalisasi dan deteksi pola (identifikasi dan mengorganisasikan informasi, menerjemahkan informasi, aplikasi lintas batas)

  • Peristiwa-peristiwa yang berurutan. (Brain Based Learning, 2008: 280)

Beberapa tokoh telah memberikan sumbangan ide dalam meningkatkan kemampuan berpikir ktitis. Interaksi dari peserta didik tersebut juga dapat memberikan peran penting dalam melibatkan aktivitas berpikir pada diri peserta didik. Interaksi dengan lingkungan baik itu lingkungan alam, sosial, maupun budaya dan interaksi dengan teman sejawatnya.


Hal ini, dikarenakan pengalaman yang terjadi cenderung memberikan masukkan yang berdampak baik positif maupun negatif dalam diri individu untuk memecahkan masalah yang ada. Kemampuan berpikir kritis ini tidak dapat diartikan sebagai problem solving, karena kemampuan memecahkan masalah itu sendiri hanya bagian dari kemampuan berpikir kritis.


Sistem pembelajaran yang bersifat menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi suatu masalah, maka menjadikan peserta didik berpikir kritis untuk memecahkan masalah tersebut. Hal ini, menuntut perhatian pendidik. Diharapkan pendidik dapat selektif dalam memilih soal sehingga pola pikir peserta didiknya berkembang.


Cara penilaian dengan telaah yang lebih dalam, mendorong peserta didik untuk belajar secara lebih bermakna daripada sekedar hanya menghafal. Jadi, pertanyaan yang diberikan pendidik harus ditelaah lebih dalam seperti penerapannya dalam kehidupan, contoh-contoh dari materi pelajaran, dan lain-lain. Ini akan lebih meningkatkan peserta didik berpikir kritis daripada guru memberikan pertanyaan yang jawabnya dapat dengan mudah dicari di buku-buku sumber.


Dalam pembelajaran, pendidik lebih memusatkan pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir mereka. Pembelajaran seperti ini akan menantang bagi peserta didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.


Selain kemampuan berpikir kritis, pendidik harus mengimbangi dengan meningkatkan perkembangan bahasa peserta didik. Hal ini tak terlepas dari kemampuan berpikir dipengaruhi oleh bahasa yang dimiliki oleh peserta didik. Dengan meningkatkan kemampuan bahasa, berarti pendidik juga meningkatkan pola pikir kritis peserta didik. Keterampilan bahasa ini berhubungan dengan menyampaikan pikiran peserta didik tersebut.


Selain menekankan pada keterampilan bahasa diperlukan pula rasa percaya diri yang cukup. Pendidik memberikan motivasi agar menambah kepercayaan diri. Disamping itu, pendidik juga perlu memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengungkapkan pikirannya. Apabila keterampilan berpikir kritis sudah dapat dilaksanakan maka akan menjadi hal yang cukup mudah untuk mengkomunikasikan pikirannya ini. Hal ini karena idenya sudah terkonsep.


Ternyata tak cuma intelegensi peserta didik saja yang kini harus dimiliki berpikir kreatif pun tak kalah bergunanya. Berpikir kreatif haruslah dikembangkan sejak dini pada diri seorang peserta didik. Peran dosen sebagai pengajar dan pendidik, haruslah sinergi dalam memberikan rangsangan kepada peserta didik mengembangkan cara berpikir kreatif.


Makna kata berpikir kreatif sendiri sesungguhnya berkisar pada persoalan menghasilkan sesuatu yang baru dari hasil berpikirnya. Suatu ide atau gagasan tentu lahir dari proses berpikir yang melibatkan empat unsur berpikir: alat indera; fakta; informasi; dan otak. Arti kata berpikir kreatif di sini harus diarahkan pada proses dan hasil yang positif, tentu untuk kebaikan bukan untuk keburukan.


Berpikir kreatif juga perlu dibenturkan dengan kesesuaian, konteks dengan tema persoalan, nilai pemecahan masalah, serta bobot dan tanggung jawab yang menyertainya. Dengan demikian, tidak setiap kebaruan hasil karya dapat dengan serta-merta disebut kreatif. Yang dimaksud tanggung jawab di sini adalah landasan konseptual yang menyertai karya tersebut.


Terdapat beragam definisi yang terkandung dalam pengertian berpikir kreatif. Menurut yang bersifat inovatif, berdaya guna, dan dapat dimengerti. Definisi senada juga dikemukakan oleh Drevdahl. Menurutnya, kreativitas adalah kemampuan seseorang menghasilkan gagasan baru, berupa kegiatan atau sintesis pemikiran yang mempunyai maksud dan tujuan yang ditentukan, bukan fantasi semata.


Di dalam makna berpikir kreatif untuk menyebut suatu karya baru atau kebaruan yang diutamakan adalah aspek kesegaran ide dalam karya tersebut, bukan sekadar ulangan atau stereotip. Kreatif bisa juga ditinjau dari nilai orisinalitas dan keunikan cara penyampaiannya; bisa juga merupakan sebuah alternatif "cara lain", walau inti pesan sebenarnya tidak berbeda dengan apa yang pernah ada sebelumnya.


Berpikir kreatif dapat juga diukur dari nilai efektivitas atau kualitas pencapaiannya. Sebagai contoh, bahwa berpikir tentang kebenaran dapat merupakan proses berpikir kreatif (menggagas pemikiran baru). Contoh: berpikir untuk menghasilkan sebuah pemikiran (baru), kemudian mengkaji kesesuaiannya dengan fakta hingga pemikiran itu sesuai dengan fakta yang ditunjukkannya. Jika sesuai maka pemikiran itu merupakan kebenaran; jika tidak sesuai maka wajib dilakukan pengkajian terhadap kebenaran, yaitu pengkajian terhadap pemikiran yang sesuai dengan fakta yang ditunjukkan pemikiran.


Berpikir kreatif merupakan sifat yang komplikatif; seorang peserta didik mampu berkreasi dengan spontan karena ia telah memiliki unsur pencetus kreativitas. Pada dasarnya peserta didik yang berpikir kreatif bersifat ekspresionis. Ini karena pengungkapan ekspresi itu merupakan sifat yang dilahirkan dan dapat berkembang melalui latihan-latihan. Ekspresi ini disebut dengan spontanitas, terbuka, tangkas dan sportif.


Ada 3 ciri dominan pada peserta didik yang berpikir kreatif: (1) spontan; (2) rasa ingin tahu; (3) tertarik pada hal-hal ; faktor lingkunganlah yang menjadikan peserta didik tidak kreatif. Dengan demikian, peran pendidik sebenarnya lebih pada mengembangkan peserta didik untuk berpikir kreatif.


Ada empat Cara Mengembangkan peserta didik untuk berpikir kreatif


a. Membangun kepribadian


Pendidik dapat membangun kepribadian baik pada peserta didik yang tercermin dari pola pikir dan pola sikap peserta didik yang kreatif. Pendidik yang paham akan senantiasa menstimulasi/merangsang aktivitas berpikir dan bersikap peserta didik. Menstimulasi aktivitas berpikir dilakukan dengan cara menstimulasi unsur-unsur/komponen berfikir (indera, fakta, informasi dan otak). Aktivitas bersikap adalah aktivitas dalam rangka pemenuhan kebutuhan jasmani dan naluri (beragama, mempertahankan diri).


Pendidik dapat menstimulasi alat indera peserta didik dengan cara melatih semua alat indera sedini mungkin. Pendidik senantiasa menghadirkan keteladanan yang baik pada peserta didik di mana saja mereka berada. Jadi dapat dikatakan kepribadian menentukan potensi berpikir yang kreatif yang lebih besar.


b. Menumbuhkembangkan motivasi


Berpikir kreatif dimulai dari suatu gagasan yang interaktif. Bagi peserta didik, dorongan dari luar diperlukan untuk memunculkan suatu gagasan. Dalam hal ini, pendidik banyak berperan.


Dengan penghargaan diri, komunikasi dialogis dan kemampuan mendengar aktif maka peserta didik akan merasa dipercaya, dihargai, diperhatikan, dikasihi, didengarkan, dimengerti, didukung, dilibatkan dan diterima segala kelemahan dan keterbatasannya. Dengan demikian, peserta didik akan memiliki dorongan yang kuat untuk secara berani dan lancar mengemukakan gagasan-gagasannya.


Selain itu, untuk memotivasi peserta didik agar lebih berpikir kreatif, sudah seharusnya pendidik memberikan perhatian serius pada aktivitas pembelajaran yang tengah dilakukan oleh peserta didik. Dengan demikian, sesungguhnya peserta didik memiliki peluang yang lebih besar untuk menjadikan peserta didik yang berpikir kreatif.


Sebagai pendidik senantiasa berusaha untuk memperkenalkan peserta didik dengan berbagai hal dan sesuatu yang baru untuk memenuhi aspek kognitif mereka. Tujuannya adalah agar mereka lebih terdorong lagi untuk berpikir dan berbuat secara kreatif. Dalam memotivasi peserta didik agar kreatif, dilakukan dengan cara menyenangkan dan tidak di bawah tekanan.


c. Mengendalikan proses pembentukan peserta didik kreatif


Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik dalam pembentukan peserta didik kreatif adalah:


1. Persiapan waktu, tempat, fasilitas dan bahan yang memadai


Waktu dapat bergantung pada bentuk kreativitas apa yang hendak dikembangkan. Begitu pula dengan tempat; ada yang memerlukan tempat yang khusus dan ada pula yang dapat dilakukan di mana saja. Fasilitas tidak harus selalu canggih; bergantung pada sasaran apa yang hendak dicapai.


2. Mengatur kegiatan


Kegiatan diatur sedemikian rupa agar peserta didik dapat melakukan aktivitasnya secara individual maupun berkelompok. Kadang-kadang peserta didik melakukan aktivitas secara kompetitif; kadang-kadang juga secara kooperatif. Selain itu pendidik menyediakan satu sudut khusus untuk peserta didik dalam melakukan aktivitas. Sehingga mereka difokus pada aktivitas yang diatur.


3. Memelihara iklim kreatif agar tetap terpelihara


Caranya dengan mengoptimal-kan poin-poin tersebut di atas.


d. Mengevaluasi hasil dari berpikir kreatif


Selama ini kita sering menilai kreativitas melalui hasil atau produk kreatif peserta didik. Padahal sesungguhnya proses itu lebih penting ketimbang hasilnya. Pentingnya penilaian kita terhadap proses berpikir kreatif bukan berarti kita tidak boleh menilai hasil berpikir kreatif itu sendiri. Penilaian tetap dilakukan. Hanya saja, ada satu hal yang harus kita perhatikan dalam menilai. Hendaknya kita menilai hasil kreatif peserta didik tersebut dengan menggunakan perspektif peserta didik, bukan perspektif kita semata sebagai pengajar.


Tentu saja, dalam mengevaluasi proses dan hasil berpikir kreatif harus "open mind" atau dengan "pikiran terbuka". Setiap kali kita mengevaluasi hasil tersebut, kita harus selalu memberikan dukungan, penguatan sekaligus pengarahan. Begitu juga sebaliknya; jauhi celaan dan hukuman agar peserta didik kita tetap kreatif.


Hal-hal dibawah ini harus dilakukan dosen agar peserta didik dapat mengembangkan cara berpikir kreatif, seperti :


  1. Menciptakan lingkungan belajar mengajar yang memberikan kebebasan bagi peserta didik dalam mengungkapkan pendapat, perasaan dan sikapnya.

  2. Dosen harus menghormati peserta didik sebagai individu, menghargai keunikan peserta didik.

  3. Dosen jangan menghargai prestasi peserta didik hanya dengan hasil UTS dan UAS .

  4. Dosen harus dapat menjadi model atau panutan bagi peserta didik.


Dosen harus menghargai hasil kreativitas dan keingintahuan peserta didik akan sesuatu., jadi sebuah keharusan bagi dosen untuk belajar, mengikuti semua perkembangan yang ada agar dapat mengimbangi rasa ingin tahu peserta didik.


  1. Dosen harus dapat menunjang kegiatan belajar peserta didik.

  2. Dosen dapat menjadikan peserta didik mandiri dan dapat mengembangkan materi pelajarannya.

  3. Memberikan pujian pada peserta didik bila mereka melakukan sesuatu dengan baik.

  4. Sering berkomunikasi secara dua arah dengan peserta didik. Gunakan teknik bertanya, sehingga memancing diskusi dengan merangsang rasa keingintahuan peserta didik.


Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses penambahan informasi dan daya upaya untuk menimbulkan kreasi- kreasi akan kemampuan baru. Proses pembelajaran yang kita berikan harus mengarahkan dan melatih peserta didik untuk menghadapi masalah baik masalah materi pelajaran maupun masalah di lingkungannya untuk dipecahkan sendiri.


Dalam menyampaikan bahan pelajaran kita menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dalam usaha mencari pemecahan atau jawaban oleh peserta didik. Disini siswa dapat menemukan kombinasi aturan- aturan yang dipelajarinya lebih dahulu yang digunakannya untuk memecahkan masalah yang baru.


Peserta didik didorong untuk berfikir secara sistematis dan kritis. Selain itu peserta didik dapat mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan nyata. Dalam memecahkan masalah peserta didik diajak untuk melihat proses pemecahn masalah tersebut. Kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah sangat penting bagi peserta didik dan masa depannya.


Ada beberapa langkah untuk membuat peserta didik menjadi problem solver antara lain:


  1. Peserta didik harus dapat merumuskan masalah, disini peserta didik diharapkan dapat menentukan masalah yang akan dipecahkan.

  2. Peserta didik menganalisis masalah, disini siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.

  3. Peserta didik merumuskan hipotesis, langkah ini peserta didik harus dapat merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

  4. Peserta didik akan mengumpulkan data, peserta didik akan mencari dan menggambarkan informasi yang di perlukan dalam memecahkan masalah.

  5. Pengujian hipotesis, peserta didik mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

  6. Peserta didik harus merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, peserta didik akan menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai dengan rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.


Peserta didik dapat dikatakan sebagai problem solver apabila peserta didik dapat melakukan hal- hal seperti peserta didik dalam belajar tidak hanya sekedar mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahami pelajaran tersebut secara penuh. Selanjutnya peserta didik mempunyai kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta dapat mengembangkan kemampuannya dalam membuat keputusan secara objektif.


Selain itu peserta didik juga memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah . dan yang terakhir yaitu peserta didik dapat memahami hubungan antara apa yang dipelajarinya dengan kehidupan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dengsn kenyataan).


Problem solver sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran karena dengan adanya problem solver ini maka pembelajaran akan semakin hidup dan semakin menggairahkan. Selain itu, peserta didik juga dapat mengembangkan kemampuan untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan yang baru.

104 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page