Memahami kehidupan di Perguruan Tinggi
Hal pertama yang perlu dilakukan saat awal perkuliahan adalah memahami system akademiknya. Setiap Perguruan Tinggi memiliki sistem akademiknya masing-masing yang berupa tata aturan segala proses akademik yang akan dijalani baik oleh dosen, mahasiswa, dan tenaga administrasi. Sistem akademik ini biasanya tertuang dalam suatu pedoman akademik yang secara berkala diterbitkan oleh Perguruan Tinggi.
Pedoman akademik itu secara garis besar menjelaskana semua prosedur akademik yang berkaitan dengan pembelajaran, penelitian dan pengabdian sesuai dengan tridarma perguruan tinggi. Mahasiswa biasanya akan mendapat seperangkat pedoman akademik tersebut sebagai guideline selama menempuh perkuliahan. Sistem akademik di PT adalah system dwisemester. Dimana satu tahun terdapat dua semester. Untuk mata kuliahnya ada mata kuliah wajib dan pilihan. Untuk itu mahasiswa perlu memahami system akademik dan topic-topik mata kuliah sehingga aktivitas belajar dapat dijalani secara strategis dan efektif.
Selanjutnya perlu juga memahami lingkungan Perguruan Tinggi. Banyak hal yang harus dipahami berkaitan dengan lingkungan dan suasana Perguruan Tinggi. Susana kampus diamati dari fasilitas-fasilitas yang dimilikinya, cara menggunakan fasilitas tersebut dan waku penggunaannya. Selain itu juga perlu diperhatikan ruang interaksi antara mahasiswa yang memiliki perbedaan karakter individu serta budaya, dan juga masyarakat sekitar yang bersentuhan langsung dengan aktivitas mahasiswa.
Lingkungan kampus dapat berupa lingkungan inter maupun eksternal. Lingkungan internal Perguruan Tinggi lebih banyak didominasi oleh kegiatan yang bersifat kurikuler, seperti kuliah dan pendukung kurikuler, seperti diskusi, penelitian, LK, dan lainnya. Sementara lingkungan eksternal Perguruan Tinggi lebih luas lagi mencakup aktivitas masyarakat dan pemerintahan secara sosial, ekonomi, politik, agama dan budaya. Lingkungan yang harus dikenal mahasiswa seperti lingkungan tempat kost atau asrama.
Mahasiswa tentunya harus mampu mengenal lingkungan dan suasana Perguruan Tinggi dengan baik, agar dapat menghindarkan diri dari kegiatan yang tidak bermanfaat bahkan merugikan seperti narkoba, pergaulan bebas, dan kegiatan-kegiatan yang lain yang bersifat destruktif bagi mahasiswa.
Selanjutnya mahasiswa harus mengenal dan memahami diri sebagai dasar dalam berinterkasi dengan lingkungan luarnya. Sebelum mahasiswa menempuh segala aktivitas di Perguruan Tinggi, mahasiswa harus terlebih dahulu memahami kekuatan dan kelemahan dirinya yang akan mendukung dan menghambat proses perkuliahan. Hal-hal yang perlu dipahami adalah : tujuan serta dasar pemilihan fakultas; kemampuan ekonomi baik secara pribadi maupun ekonomi orang tua; dan gaya belajar.
Mahasiswa harus mengetahui sejauhmana kemamuan ekonomi untuk mendukung sampai akhir kuliah. Gaya belajar perlu dipahami karena dalam kegiatan akademik seperti perkuliahan gaya belajar mahasiswa sangat menentukan keberhasilannya. Pemahaman tentang kekuatan dan kelamahan diri akan sangat bermanfaat dalam perencanaan dan perjalanan kuliah.
Setelah memahami lingkungan Perguruan Tinggi dan diri individu, maka perlu merumuskan strategi keberhasilan kuliah.
Hal ini dimulai dari menetapkan waktu proses belajar di Perguruan Tinggi, kurang lebih empat tahun. Mahasiswa harus merancang perkuliahan yang diambil secara strategis, sehingga waktu tersebut tidak terlewati. Selain merancang waktu, juga perlu memperhitungkan biaya kuliah dan kehidupan sehari-hari. Mahasiswa harus mengetahui biaya-biaya yang sangat penting dalam mendukung proses belajar (seperti membeli buku, dan lainnya) dan biaya keseharian (termasuk didalamnya menjaga kesehatan. Dengan pengelolahan biaya yang tepat, akan membantu proses belajar secara efesien.
Dan terakhir adalam merancang aktivitas mahasiswa, yang didalamnya ada aktivitas kurikuler dan pendukung kurikuler (seperti ber- LK dan aktivitas lainnya). Dengan merancang aktivitas di Perguruan Tinggi serta memperhatikan lingkungan Perguruan Tinggi, diharapkan mahasiswa mampu lulus dengan tujuan yang optimal.
Karakteristik belajar di Perguruan Tinggi
Kesempatan untuk kuliah di Perguruan Tinggi tidaklah dimiliki oleh semua orang. Untuk itu harus dapat dimanfaatkan oleh setiap mahasiswa. Kesempatan ini harus dipahami sebagai berkat dalam proses mengenal dan memahami pengetahuan dijenjang pendidikan. Dengan perencanaan yang matang dalam perkuliahan akan membantu para mahasiswa memproyeksikan masa depannya.
Dengan memahami gaya belajar mahasiswa, interaksi dengan dosen, serta sesama mahasiswa, dan masyarakat Sekitar, menimbulkan ruang belajar yang terbuka dan mandiri. Dukungan belajar dari lingkungan akademis membantu membentuk sosok mahasiswa yang kreatif dan bertanggung jawab.
Perguruan tinggi bukanlah menara gading yang menjauhkan mahasiswa dengan masyarakat. Namun merupakan ruang yang mempertemukan antara pengetahuan dengan masyarakat. Untuk itu belajarlah dengan bertanggung jawab, sehingga masa depan bangsa ini tercerahkan dan menuju pada keadaban yang religius.
Proses belajar di Perguruan Tinggi sangat berbeda dengan belajar di tingkat pendidikan lainnya. Tiga kegiatan utama di Perguruan Tinggi, yakni: Pendidikan/ pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian, menghantar tiap individu untuk mampu selalu berpikir bebas, kreatif dan inovatif. Proses perolehan pengetahuan di wilayah ini bersifat mandiri dan bebas dari intervensi apapun. Perguruan Tinggi merupakan ruang belajar yang menempatkan individu sebagai manusia bebas dalam memperoleh pengetahuan.
Selain itu proses belajar juga disinergiskan dalam aktivitas-aktivitas belajar dalam kelas, penelitian dan bersosialisasi dengan masyarakat lewat berbagai aktivitas pengabdian. Di tempat ini, tiap individu tidak hanya mencari pengetahuan, namun juga menerapkan serta membentuknya. Di sini watak dan karakter individu dibentuk menjadi pribadi yang unggul secara intelektualitas, emosional dan spiritualitas.
Konsepsi tentang dosen sangat berbeda dengan konsepsi tentang guru. Dosen merupakan sumber pengetahuan sekaligus fasilitator dalam mendapatkan pengetahuan. Ia tidak seperti guru di kelas yang hanya melakukan transfer pengetahuan. Namun juga membantu peserta didiknya untuk menggunakan mengenal dan menggunakan berbagai metode yang tepat dalam memahami pengetahuan yang dipelajari.
Dosen lebih sering menjadi mitra belajar dalam menemukan dan mengembangkan pengetahuan yang dipelajari. Perguruan tinggi merupakan universitas magistrorum et scholarium, yang bermakna merupakan komunitas guru dan akademisi. Dimana guru merupakan bagian dari akademisi, yang terus melakukan proses belajar secara bersama-sama. Untuk itu dalam Perguruan Tinggi metode dialektika untuk mendapatkan pengetahuan yang absolut merupakan suatu bentuk keharusan yang wajib diterapkan oleh dosen dan mahasiswa.
Konsepsi tentang buku sangat berbeda dengan saat belajar di bangku sekolah. Di Perguruan Tinggi, buku merupakan sumber belajar untuk memahami pengetahuan sebelumnya dan metode belajar yang ilmiah. Bagi para akademisi, buku merupakan alat yang dapat membantu mereka untuk menuju pada pengetahuan yang hakiki. Untuk itu memiliki banyak buku, bukanlah sebuah kesombongan intelektual, namun merupakan sebuah keharusan dalam memahami pengetahuan itu sendiri. Apabila di bangku sekolah, buku yang diberikan merupakan buku wajib. Maka di Perguruan Tinggi, para peserta didik bebas memiliki buku-buku berkaitan dengan pengetahuan yang diperolehnya.
Konsepsi belajar di perguruan tinggi sering disebut dengan kuliah. Kuliah merupakan kegiatan tatap muka antara mahasiswa dan dosen untuk melakukan re inforce (penguatan) terhadap pemahaman yang telah dimiliki mahasiswa. Kuliah selalu diawali dengan penjelasan silabus dan kontrak belajar, yang berisikan komitmen tentang bagian-bagian pengetahuan yang akan didapatkan selama satu periode belajar (satu semester).
Setelah silabus dan kontrak belajar disepakati, maka berikutnya suasana kuliah akan diisi dengan berbagai dialektika antar akademisi lewat ceramah, pemberian tugas individu, tugas kelompok, mini riset, diskusi dan lainnya. Kuliah menjadikan pengetahuan sebagai obyek belajar yang harus dibedah dan dianalisis.
Konsepsi tentang nilai sangat berbeda dengan dibangku sekolah. Nilai di Perguruan Tinggi diberikan oleh dosen bertujuan untuk mengukur keberhasilan naradidik dalam mempelajari mata kuliah dan mengevaluasi keberhasilan mata kuliah itu sendiri. Untuk mengukur keberhasilan nara didik dapat diberikan evaluasi lewat tugas mandiri dan atau tugas kelompok, dapat dilakukan didalam kelas dan atau di luar kelas, dan lainnya. Dengan demikian nilai merupakan symbol prestasi perolehan pengetahuan dari nara didik.
Comments