Generasi millennial adalah generasi yang mendominasi peserta didik di perguruan tinggi kekinian. Kefasihan memanfaatkan teknologi, keakraban dengan media social, keaktifan di komunitas,dan sederet karakter millennial lainnya tentu patut diperhitungkan institusi pendidikan tinggi yang bersentuhan dengan mereka, entah sebagai workforce maupun pelanggan.
Kesiapan Infrastuktur Teknologi : Hal ini mempengaruhi kesiapan institusi pendidikan dari sisi Teknologi, dalam hal ini Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Sejauh mana pengaruh Kehadiran Calon Mahasiswa atau Mahasiswa sebagai pelanggan dari generasi Millenial terhadap Entreprice TIK yang ada, termasuk sarana dan prasarana Laboraturium Praktikum, Perpustakaan dan pendukung Teknologi lainnya yang akan menjadi Impresi awal saat pertama kali diperkenalkan dengan dunia kampus.
Kesiapan Tenaga Dosen : Mendidik mahasiswa di masa lalu berbeda dengan di masa sekarang. Perkembangan zaman dan teknologi menjadi salah satu penyebabnya. Saat ini, kalangan mahasiswa merupakan generasi millennial yang didominasi generasi Z. Sedangkan para pendidik merupakan generasi X. Gap tersebut kerap membuat tidak selarasnya proses pembelajaran di kelas.
Dalam proses pembelajaran, penulis dapat mendefiniskan beberapa hal yang harus saling menyesuaikan :
1. Mahasiswanya.
Generasi millennial itu melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan. Kalau tidak suka, mereka tidak mau melaksanakan. Kalau mereka tidak suka atau terlalu banyak teori akhirnya malas, oleh sebab itu, bahwa pendidik atau dosen harus mampu menyesuaikan sifat para mahasiswanya, mahasiswa saat ini tidak bisa dipaksa untuk menuruti semua arahannya. Para dosen harus menemukan cara untuk membuat mahasiswa suka dengan apa yang diajarkannya.
2. Kebutuhan Kurikulum beradaptasi dengan era industri Industri 4.0.
Industri butuh SDM yang mau berinovasi sehingga penting untuk menumbuhkan kreativitas mahasiswa. Beberapa perusahaan, menerapkan analisis pendidikan.
Berdasarkan suatu penelitian, ada titik tertentu ketika seseorang memiliki IPK tinggi, justru ada gap besar dengan kemampuannya di dunia kerja. Ini yang menyebabkan perusahaan terkadang tidak memanggil lulusan yang punya IPK tinggi. Mereka tidak hanya melihat dari segi akademis.
Dosen Pengampu harus menguasai Materi Kurikulum matakuliah dan Implementasinya di Industri sehingga wawasan Mahasiswa akan terbentuk dan Industri tidak lagi mengeluarkan biaya untuk pengembangan SDM baru dalam Industrinya (siap bekerja/pakai).
3. Pemberian Praktikum dan Penulisan Karya Ilmiah / Proyek
Proporsional pembelajaran mata kuliah sebesar 70% praktek dan 30% teori akan menjadi Nilai tambah wawasan pada mahasiswa termasuk Dosen dituntut untuk merepresentasikan kapasitasnya.
Cara Mengajar Generasi Milenial
Berdasarkan hasil penelitiannya, ditemukanlah ada 5 teknik untuk membuat pengajar atau dosen lebih berhasil dalam memberikan pelajaran kepada generasi milennials. Berikut adalah caranya,
#1. Research – Based Methods
Satu hal yang pasti, teknik lecture konvensional sudah sulit menarik minat milennials. Sebagai generasi multimedia, mereka lebih suka diberikan multimedia, kesempatan kolaborasi, dan kemampuan mencari serta merangkum informasi sendiri.
Di sinilah kemudian tugas dosen lebih ke arah menjadi fasilitator untuk ‘meluruskan’ jika ada sesuatu yang salah dipahami mahasiswa untuk mencegah terjadinya sesat pikir. Dosen harus memberikan ‘tantangan’ kepada mahasiswa untuk memecahkan masalah. Membiarkan mereka melakukan riset eksplorasi.
Hanya saja tantangannya, memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk riset bukan berarti melepas. Di sinilah letak peran dosen, yaitu sebagai pemberi klarifikasi dan mencegah mahasiswa untuk tidak sesat pikir atau salah logika dalam mengambil sebuah kesimpulan dari proses belajar.
#2. Relevance
Generasi Milennials adalah generasi yang menghargai sebuah informasi karena ‘relevan’ dengan kehidupan mereka. Maka di sini peran dosen adalah ‘menyortir’ materi – materi yang ada di buku, mana yang relevan dan akan banyak digunakan dalam kehidupan mahasiswa dan mana yang tidak.
Sudah bukan zamannya lagi seorang dosen ‘menyuapi’ seluruh materi yang ada di buku, tanpa mahasiswa tahu apa manfaatnya untuk mereka. Dosen harus mampu membuat Hal – hal praktis dengan menghubungkan konsep materi dengan kasus – kasus terkini yang relevan.
#3. Rationale
Tidak seperti generasi sebelumnya yang dididik dengan pola otoriter, para generasi milenial ini banyak yang dibesarkan dengan pola – pola demokratis oleh orang tua atau lingkungan mereka. Sehingga, generasi milenial ini akan cenderung respek kalau tugas atau kebijakan yang diterapkan rasional.
Saya mendapati hal ini ada benarnya, ketika banyak mahasiswa yang mengeluhkan ada dosen yang memberikan tugas yang kurang make sense. Misalnya adalah menerjemahkan buku teks. Hal yang mereka tanyakan adalah : apa esensinya menerjemahkan buku teks? Beberapa dari mereka masih bisa menerima jika merangkum, tapi kalau menerjemahkan itu tidak rasional.
Dosen memberitahukan apa esensi atau rasionalitas dalam memberikan tugas atau menerapkan kebijakan kelas. Sebelum memberikan tugas kepada mahasiswa, ada baiknya dosen berikan pemahaman terkait manfaatnya untuk mereka agar mahasiswa respek karena tugas dan hal yang dilakukan di kelas itu rasional.
#4. Relaxed
Berdasarkan hasil penelitian, milenial lebih senang berinteraksi dalam kondisi belajar yang kurang formal atau lebih santai. Makanya dalam beberapa kasus, mahasiswa millennial senang menjadikan dosen sebagai mitra belajar. Gaya mengajar yang membuat mereka rileks dan bisa terbuka, maka proses belajar akan jadi lebih baik.
#5. Rapport
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa milenial ini bersifat relasional. Milenial mungkin bukan orang yang banyak teman dekat, tetapi sekalinya dekat mereka bisa sangat loyal. Misal dengan mengingat nama mereka, menanyakan kabar, atau mendengarkan mereka curhat. Hasilnya, mereka cenderung untuk respek, terbuka, dan berminat belajar tinggi jika memiliki kedekatan emosional dengan dosennya.
Namun intinya, Apa sih tujuan kita sebagai dosen dalam memberikan mata kuliah? Tentu agar peserta didik kita mencapai learning outcome yang diharapkan. Kebetulan, karakteristik generasinya cukup berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya, dosen harus melakukan perubahan menyesuaikan karakter mereka. Sudah tidak zaman materi yang diajarkan, tugas yang diberikan, dan cara mengajarnya itu – itu saja, Pola pendidikan sudah berbeda. Sebagai dosen kita harus mencoba memahami mereka.
Berdasarkan penjabaran tersebut diatas, cara 5R di atas adalah cara yang dianjurkan untuk membantu peserta didik mencapai target belajar mereka. Diperlukan pula kesiapan para pemangku kepentingan di perguruan tinggi dalam menghadapi era perubahan dengan generasi yang dinamis, terutama kompetensi dan kapasitas para dosen yang menguasai Praktikal lapangan disesuaikan dengan Kurikulum mata kuliah yang diajarkan.
Link & Match, perguruan tinggi dan Industri diperlukan sehingga dapat menyerap hasil Lulusan perguruan tinggi. Apa jadinya mutu SDM kita dikemudian hari bila sektor Pendidikan tidak “compliance” dengan Industri yang ada bertumbuh ?
Comments