“Menjaga aturan dan mengubah tindakan adalah cara yang baik untuk membuat sesuatu yang lebih baik.”~Yusrin Ahmad Tosepu
Menurut para ahli, seseorang yang kreatif selalu melihat segala sesuatu dengan cara berbeda dan baru, dan biasanya tidak dilihat oleh orang lain. Orang yang kreatif, pada umumnya mengetahui permasalahan dengan sangat baik dan disiplin, biasanya dapat melakukan sesuatu yang menyimpang dari cara-cara tradisional. Proses kreativitas melibatkan adanya ide-ide baru, berguna, dan tidak terduga tetapi dapat diimplementasikan.
Fungsi kreativitas dalam proses inovasi merupakan pembangkitan ide yang menghasilkan penyempurnaan efektivitas dan efisiensi pada suatu sistem. Ada dua aspek penting pada kreatifitas yaitu proses dan manusia. Proses yang berorentasi tujuan, yang di desain untuk mencapai solusi suatu permasalahan. Sedangkan manusia merupakan sumber daya yang menentukan solusi. Proses tetap sama, namun pendekatan yang digunakan dapat bervariasi.
Arti dari kata ‘kreatif’ sendiri adalah menciptakan sesuatu yang berbeda dari yang lain, atau menghubungkan hal-hal yang tadinya tidak berhubungan. Sedangkan arti dari kata ‘inovatif’ adalah menciptakan sesuatu yang belum pernah ada menjadi ada atau menciptakan sesuatu yang sama sekali berbeda. Hal-hal itulah yang sejatinya diperlukan para dosen masa kini dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran.
Peran dosen masa kini tidak hanya sebatas mentransformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik tetapi menjadi sosok yang menginspirasi, pionir dalam pengajaran, inovator, mempunyai penglihatan visi ke depan dan memiliki keunggulan dalam berprestasi. Antara dosen yang satu dan yang lainnya pastilah melakukan cara atau strategi yang berbeda-beda dalam metode pengajarannya . Cara atau strategi inilah yang menentukan hasil akhir yang dihasilkan. Semakin kreatif dalam kegiatan pengajaran, maka semakin baik pula hasil yang mereka jalankan.
Namun memang dalam berpikir kreatif tidaklah semudah yang dibayangkan. Hambatan bisa berasal dari banyak hal dan faktor, seperti hambatan yang dibuat sendiri. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh pendidikan dan budaya, misalnya 1+1 = 2, apabila ada jawaban yang berbeda maka akan dianggap salah atau aneh.
Hambatan lainnya adalah tidak berusaha menentang kenyataan atau menerima apa adanya, misalnya seorang dosen tersebut terpaku dengan apa yang telah mereka alami selama ini, tidak mau keluar dari batasan-batasan yang ada sebelumnya, dan terpaku pada peraturan-peraturan yang telah membelenggu. Hambatan yang paling sering ditemukan, yakni takut dianggap aneh atau bodoh sehingga tidak berani mengeluarkan ide atau pendapat yang sebenarnya sudah dipikirkan dan ada dalam benak pikirannya, dan orang tersebut juga tidak percaya diri bahwa ide yang ada dalam pikirannya adalah ide yang sesungguhnya memang benar.
Hambatan-hambatan tersebut hendaknya diminimalisir atau justru dihilangkan karena dalam dunia pendidikan dan khususnya proses belajar mengajar, kreatifitas sangatlah dibutuhkan dan jangan sampai hambatan menjadi permasalahan yang membuat ide kreatif dosen tidak berkembang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kreatifitas merupakan kemampuan seseorang untuk menuangkan ide dan gagasan melalui berfikir kreatif menciptakan sesuatu yang menuntut pemusatan, perhatian, kemauan, kerja keras dan ketekunan.
Selain kreatif, hal lain yang diperlukan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran adalah inovatif. Dengan inovasi, seorang dosen dapat menciptakan sumber daya pembelajaran yang lebih produkti maupun pengelolahan sumber daya yang ada dengan peningkatan nilai potensi untuk menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada.
Cara mengembangkan inovasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang pertama adalah dosen tersebut harus mengenali hubungan. Banyak penemuan dan inovasi lahir sebagai cara pandang terhadap suatu hubungan baru dan berbeda antara objek, proses, bahan, teknologi dan orang. Untuk membantu kreatifitas, dosen dapat melakukan cara pandang baru terhadap hubungan dengan peserta didik dalam proses belajar mengajar serta dengan lingkungan sekitar.
Dosen yang kreatif akan memiliki hubungan intuisi tertentu untuk dapat mengembangkan dan mengenali hubungan yang baru. Selain itu untuk dapat melakukan kreativitas agar dapat berimajinasi yang inovatif dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran.
Proses kreativitas yang inovatif meliputi pemikiran logis dan analitis terhadap pengetahuan, evaluasi dan tahap implementasi. Agar lebih lebih kreatif, seorang dosen harus melatih dan mengembangkan diri dalam melahirkan ide ide baru yang tepat yang bisa memberikan keuntungan dalam melaksanakan tugas dan kegiatan pendidikan dan pengajaran.
Tahap-Tahap Kreativitas
Secara umum tahapan kreativitas dapat dibagi dalam 4 tahap: Exploring, Inventing, Choosing dan Implementing.
Exploring. Pada tahap ini, dosen mengidentifikasi hal-hal apa saja yang ingin dilakukan dalam kondisi yang ada saat ini. Sekali mereka mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut maka proses kreativitas sudah dimulai.Hal penting yang harus diperhatikan pada saat ini adalah menciptakan iklim yang menunjang proses berpikir kreatif.
Inventing. Pada tahap ini, sangat penting bagi dosen untuk melihat atau mereview berbagai alat, teknik dan metode pendidikan dan pengajaran yang telah dimiliki yang mungkin dapat membantu dalam menghilangkan cara berpikir yang traditional.
Choosing. Pada tahap ini dosen mengidentifikasi dan memilih ide-ide kreatif dan inovatif dlm kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang paling mungkin untuk dilaksanakan .
Implementing. Tahap akhir untuk dapat disebut kreatif adalah bagaimana membuat suatu ide dapat diimplementasikan. Seseorang dosen bisa saja memiliki ide cemerlang, tetapi jika ide tersebut tidak dapat diimplementasikan, maka hal itu menjadi sia-sia saja. Sama saja dengan syair lagu “layu sebelum berkembang”.
Model Kreativitas
Menurut Charles Prather, dalam bukunya Blueprint for Innovation, gaya atau model kreativitas seseorang bersifat menetap. Prather membagi 2 gaya kreativitas:
Adaptive Problem Solving. Orang-orang yang memiliki gaya ini dalam bekerja cenderung menggunakan kreativitas untuk menyempurnakan system dimana mereka bekerja. Hal-hal yang terlihat pada orang yang memiliki gaya ini adalah bahwa mereka akan berusaha sebaik mungkin untuk membuat system menjadi lebih baik, lebih cepat, lebih mudah dan efisien. Apa yang mereka lakukan akan dapat dilihat hasilnya secara cepat. Oleh karena itu mereka lebih sering mendapat penghargaan.
Innovative Problem Solving. Orang-orang yang memiliki gaya ini dalam bekerja cenderung untuk menantang dan mengubah sistem yang sudah ada. Mereka dapat disebut sebagai “agent of change” karena lebih memfokuskan pada penemuan sistem baru daripada menyempurnakan yang sudah ada.
Dalam organisasi atau perusahaan mereka dapat dilihat pada bagian-bagian yang melakukan riset, penciptaan produk baru, mengantisipasi kebutuhan pelanggan tanpa diminta, dan orang-orang yang menjaga kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang.
Hambatan untuk Berpikir Kreatif
Meskipun kreativitas dan inovasi sangat dihargai di banyak organisasi/perusahaan, namun hal tersebut tidak selalu dikomunikasikan kepada seluruh anggota organisasi. Organisasi ataupun Perusahaan bahkan seringkali tidak memberikan ruang gerak bagi para pegawai/stafnya untuk berkreasi dan berinovasi. Banyak organisasi/perusahaan di Indonesia merupakan contoh dimana ide-ide kreatif hanya berakhir diruang-ruang rapat semata.
Hambatan lain yang mengganggu kreativitas adalah jika pekerjaan yang kita jalani menuntut anda untuk melakukannya sesuai dengan aturan atau prosedur yang sudah baku. Hambatan lain datang dari unsur psikologis. Untuk menjadi kreatif seseorang harus berani untuk dinilai aneh oleh orang lain.
Lihat saja para penemu dan seniman-seniman besar yang pada saat menciptakan karyanya seringkali dianggap “gila”. Nah, karena itu tidak semua orang siap untuk berbeda pendapat/ide dengan orang lain meskipun ide tersebut kemudian terbukti benar. Pola pendidikan kita yang kurang mendorong adanya variasi atau perbedaan pendapat juga sangat mendukung kurangnya kreativitas dosen dalam kegiatan proses belajar mengajar.
Cara Menumbuhkan Kreativitas
Pada dasarnya kreativitas dapat terjadi di semua bentuk organisasi atau perusahaan sejauh organisasi tersebut menghargai atau mendorong individu-individu untuk berkreasi. Jika tidak, maka individu yang kreatif akan menjadi frustrasi dan selanjutnya terjebak dengan rutinitas yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian, untuk menciptakan kreativitas dibutuhkan lingkungan kerja kondusif yang menyenangkan (fun), penuh rasa humor, spontan, dan memberi ruang bagi individu untuk melakukan berbagai permainan atau percobaan. Membentuk lingkungan yang kondusif seperti itu sangatlah tidak mudah bagi sebuah organisasi.
Mendorong kreativitas dalam dunia pendidikan menuntut iklim yang permissif terhadap existensi individualitas dan penerimaan terhadap rasa humor, disamping tetap memegang teguh rasa hormat, kepercayaan dan komitment sebagai norma yang berlaku.
Salah satu cara terbaik untuk mendorong kreativitas dan inovasi dalam sebuah lembaga pendidikan adalah dengan cara mengukur sejauhmana hal tersebut telah dilakukan. Lembaga pendidikan dianjurkan untuk memasukkan unsur kreativitas dan inovasi ke dalam proses evaluasi kerja dosen dan staf. Sebagai contoh: masukan unsur penilaian tentang berapa banyak ide dari seseorang (dosen, staf) atau kelompok (teamwork:unit kerja) yang dapat diimplementasikan oleh setiap individu dan atau organisasi. Jika hal ini terkomunikasi dengan baik maka setiap individu akan berusaha untuk memberikan ide secara konstruktif.
Root-Bernstein, salah seorang penulis buku Sparks of Genius, mengusulkan pentingnya pegawai untuk keluar dari cara kerja yang rutin sehingga dapat melihat masalah pekerjaan dengan cara yang baru. Salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut menurut Bernstein perlu dilakukan brainstorming secara regular. Dengan melakukan brainstorming pegawai diharapkan dapat memberikan ide dan solusi yang baru. Selamat mencoba.
Insert : Video Ilustrasi Seorang Pramugara yang kreatif dalam menyampaikan informasi keselamatan penerbangan pada penumpang pesawat
Comments