Indonesia memiliki banyak sumber daya manusia yang sebagian besar mengeksplor kemampuan dirinya untuk terus berkembang melalui pendidikan, dan salah satunya adalah perguruan tinggi. Di perguruan tinggi, tentunya mahasiswa dituntut untuk menjadi lulusan sarjana yang berkompeten, memiliki ide, kreatifitas, dan ilmu yang dapat di implementasikan kepada masyarakat. Mahasiswa diajarkan untuk terus mengembangkan diri nya dengan hal-hal yang positif.
Namun, yang menjadi permasalahan adalah beberapa dari mereka masuk ke perguruan tinggi dalam keadaan tangan kosong, dan lulus tanpa menghasilkan apa-apa. itu berarti, bagi mereka, perguruan tinggi sama sekali tidak berperan dalam proses perkembangan individu menjadi lulusan sarjana yang mendapatkan masa depan baik.
Hasil survei dari Willis Towers Watson yang dilakukan sejak 2014 hingga 2017 menyebutkan delapan dari sepuluh perusahaan di Indonesia kesulitan mendapatkan lulusan perguruan tinggi dalam negeri siap pakai. Padahal, jumlah lulusan perguruan tinggi di Indonesia setiap tahunnya mencapai 250 ribu orang. Ironisnya lagi, pertumbuhan jumlah perusahaan di Indonesia termasuk pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam satu dekade terakhir, ada 3,98 juta perusahaan baru muncul di Tanah Air. Itu berarti setidaknya setiap tahun bermunculan 398.000 perusahaan rintisan. Kini total perusahaan di Indonesia mencapai 26,71 juta berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang 2017.
Setelah India dan Brasil, Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai negara dengan pertumbuhan lulusan universitas tertinggi. "Namun perusahaan di Indonesia kesulitan mendapatkan karyawan yang berpotensi tinggi," ujar Lilis Halim Consultant Director Willis Tower Watson Indonesia.
Artinya, ada yang salah. Jika setiap tahun saja muncul 398.000 perusahaan anyar, sementara di pasar kerja tersedia 250.000 fresh graduate , seharusnya perusahaan tak perlu kekurangan tenaga kerja dong? Nyatanya enggak begitu. Usut punya usut, setiap perusahaan memiliki standar perekrutan karyawan, sementara tidak setiap lulusan memiliki kualitas yang dibutuhkan dunia kerja. Merujuk angka pengangguran saat ini, jumlahnya di atas 600.000 orang berdasar data Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
Lantas di mana pangkal masalah sebenarnya?
Dugaan pertama, jumlah perguruan tinggi Indonesia yang begitu besar, ada 4.000 lebih perguruan tinggi di Indonesia, di mana sekira 97 persennya adalah kampus swasta, tapi sayangnya junlah tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas pendidikan.Selain hal tersebut, perkara lain adalah pola persebaran perguruan tinggi juga ternyata hanya terfokus di Pulau Jawa saja, yang akhirnya memicu kesenjangan pendidikan antara daerah dengan kota.
Kalau sudah bicara soal kualitas pendidikan, mau tak mau perusahaan juga yang kena imbas. Walaupun harus diakui generasi millenial memiliki banyak kreativitas dan keragaman pengetahuan yang tidak dimiliki generasi sebelumnya. Kendati demikian, sarjana juga harus punya pengalaman yang mumpuni sebelum terjun ke dunia kerja. Millenials memang sudah aware terhadap suatu posisi di perusahaan, kadang mereka menuntut gaji yang terlalu tinggi. Padahal pengalaman mereka belum matang. Pride mereka tinggi karena merasa kuliah sudah tinggi.
Kuncinya utama mendapatkan pekerjaan yang mumpuni adalah pada pengalaman kerja. Soal IPK cuma hal kesekian dari sederet kompetensi yang diharapkan dari seorang lulusan perguruan tinggi. Yang tak kalah penting, juga keahlian dan kepribadian. Makanya dalam merekrut karyawan, perusahaan enggak cuma melihat kemampuan pendidikan calon pelamar, tapi juga latar belakang dan kepribadiannya. Disinilah pentingnya mahasiswa untuk mulai mencari pengalaman, entah dengan bekerja paruh waktu, menjadi freelancer, atau magang.
Tak dapat dipungkiri kalai kualitas perguruan tinggi kita selama dua puluh tahun terakhir tidak kunjung membaik. Desain kurikulum pendidikan berbagai jurusan selalu tertinggal dari kebutuhan riil industri dan bisnis. Semua ini, adalah akumulasi kesalahan sistem pendidikan tinggi dirancang untuk tidak menghargai proses belajar dan hanya mementingkan status akhir sebagai sarjana yang pada akhirnya banyak mahasiswa hanya mengejar status bahkan mereka tak punya pemahaman apa-apa terhadap proses pendidikan yang sudah dilalui.
Sarjana Pengangguran, Apa Solusinya?
Sarjana merupakan sebuah gelar strata satu (S1) yang diberikan kepada seseorang yang telah berhasil melewati jenjang pendidikannya di perguruan tinggi. Setelah menjadi sarjana, pada umumnya lulusan perguruan tinggi mulai mencari jati diri yang sebenarnya, namun dibalik itu sudah menjadi hal yang lumrah jika mereka bingung menentukan arah hingga pada akhirnya menjadi pengangguran. Meskipun tidak semua lulusan perguruan tinggi menjadi pengangguran, banyak juga diantara mereka yang membuka usaha, menjadi pegawai negeri, ataupun bekerja di sebuah perusahaan swasta.
Angka sarjana pengangguran yang setiap tahunnya masih bisa dikatakan cukup banyak. Penyebabnya ternyata tak lain tak bukan adalah faktor preferensi, di mana masih banyak lulusan perguruan tinggi (sarjana) yang terlalu memilih-milih pekerjaan. Masih banyak lulusan sarjana yang tidak mau melakukan sembarang pekerjaan karena dianggap tidak setara dengan kompetensi yang dimiliki. Alhasil, para lulusan ini malah menganggur dan tidak bekerja sama sekali.
Selain faktor tersebut, ada lagi faktor yang berperan dalam masalah pengangguran, yaitu tidak sesuainya kompetensi ilmu dengan kebutuhan di dunia kerja dan kualifikasi yang dimiliki. Kualifikasi yang dimaksud merupakan kemampuan yang tidak sesuai, seperti seorang sarjana dengan kompetensi rendah, sehingga mendapatkan pekerjaan dengan level yang tidak sesuai. Faktor kompetensi lulusan juga berperan dalam masalah satu ini.
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan. Adapun macam-macam Pengangguran menurut jam kerjanya, dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) : Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan.
Setengah Menganggur (Under Unemployment): Setengah menganggur adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena ketiadaan lapangan kerja atau pekerjaan, atau pekerja yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu.
Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment): Pengangguran terselubung adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
Sedangkan sarjana pengangguran biasa disebut dengan pengangguran terdidik. Pengangguran terdidik adalah seorang yang telah lulus pendidikan dan ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Para penganggur terdidik biasanya dari kelompok masyarakat menengah keatas yang memungkinkan adanya jaminan kelangsungan hidup meski menganggur.
Pengangguran terdidik sangat berkaitan dengan masalah pendidikan pada umumnya, antara lain berkisar pada masalah mutu pendidikan, kesiapan tenaga pendidik, fasilitas dan pandangan masyarakat. Pada masyarakat yang sedang berkembang, pendidikan dipersiapkan sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui pemanfaatan kesempatan kerja yang ada. Dalam arti lain tujuan akhir program pendidikan bagi masyarakat pengguna jasa pendidikan.
Setiap tahunnya, seluruh perguruan tinggi di Indonesia melahirkan jutaan lulusan yang pada akhirnya tidak semuanya terserap oleh pasar tenaga kerja di Indonesia. Lantas solusi apa yang tepat untuk mengurangi pengangguran terdidik? Sudah saatnya pemerintah dapat membuka lapangan kerja seluas-luasnya guna guna menampung sumber daya manusia yang ada disekitarnya sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran terdidik.
Selain itu perguruan tinggi juga harus menyiapkan lulusan-lulusan sarjana melalui pendidikan pola, konsep, dan model baru yang dapat mengembangkan keterampilan dan kepribadian. Pendidikan harus membantu pengembangan mahasiswa dalam konsep life skill yang menyiapkan mereka ketika menjadi lulusan sarjana agar mampu memiliki skill yang diinginkan dan dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja, atau setidaknya mereka memiliki skill untuk membuka peluang usaha sendiri.
Dengan adanya orientasi, paradigma, dan sistem pendidikan yang baru, diharapkan dapat mengatasi masalah pengangguran terdidik yang saat ini merupakan salah satu dari berbagai masalah ketenagakerjaan di Indonesia. Selain pemerintah dan institusi pendidikan, individu masing masing sarjana juga perlu melakukan intropeksi diri dengan mengasah skill yang mumpuni, misal dapat berbahasa asing, menguasai teknologi, dan kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi. Dengan skill tersebut, seorang sarjana dapat bersaing di dunia kerja yang mumpuni, bahkan dapat membuka peluang usaha sendiri.
Solusi untuk Segera mendapatkan pekerjaan
Masalah banyaknya sarjana pengangguran memang masih menjadi PR tersendiri bagi pemerintah, namun bukan berarti para pengangguran hanya bisa duduk diam sambil menunggu saja. Sebagai conto; Suheriyanto termasuk satu dari ribuan lulusan strata 1 yang terpaksa menganggur. Tujuh bulan terakhir dirinya tak kunjung mendapatkan pekerjaan setelah berbahagia diwisuda. Mahasiswa angkatan 2013 dari jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Hasanuddi ini sampai tak tahu apakah ada yang salah dengan dirinya sehingga HRD perusahaan ogah meliriknya. Ia tak kurang berusaha, puluhan lamaran ia kirim ke berbagai perusahaan. Namun tak satu pun tembus. "Pernah sampai tahap interview, tapi enggak ada kelanjutan," kata Heri, "Akhirnya saya memutuskan magang tanpa dibayar buat cari pengalaman dulu."
Nah, bagi Anda yang lulusan perguruan tinggi yang yang masih status pengangguran, sebaikinya lakukan beberapa hal berikut agar bisa segera mendapatkan pekerjaan.
Mulai dari Magang
Sebagai lulusan baru, tidak ada salahnya kamu mencoba program magang terlebih dahulu. Selain untuk mengisi waktu nganggur, magang juga bermanfaat untuk mengeksplor minat dan kemampuanmu Anda. Melalui program ini, para lulusan bisa mendapatkan pelajaran yang belum diberikan di bangku kuliah serta melakukan praktik langsung. Magang juga cocok untuk menilai minat dan kemampuanmu dalam suatu bidang, apalagi jika kamu mengincar posisi yang tidak sesuai dengan jurusan kuliahmu.
Menjadi Pekerja Lepas atau Pekerja Paruh Waktu
Sekarang sudah banyak pilihan pekerjaan lepas atau paruh waktu yang bisa Anda coba. Misalnya, menjadi barista di coffee shop ataupun menjadi penulis freelance. Jangan sepelekan pekerjaan seperti ini, meskipun bukan menjadi pegawai korporat, nyatanya pekerjaan sampingan seperti freelance atau paruh waktu juga bisa kamu manfaatkan untuk mendapat pengalaman dan pelajaran yang mungkin belum Anda kuasai, seperti manajemen waktu, mengasah skill baru, melatih kemampuan komunikasi interpersonal, hingga bekerja sama dalam tim. Semua hal ini nantinya dijamin akan bermanfaat saat Anda sudah bekerja full–time!
Aktif di Berbagai Organisasi
Tips satu ini bisa dikatakan sebagai tips klasik yang akan Anda temui. Bukan tanpa sebab, setiap mahasiswa atau lulusan baru selalu disarankan untuk aktif terlibat dalam organisasi karena hal ini bisa mengasah kemampuanmu. Belajar bagaimana mengatur sebuah event, membuat proposal, bekerja sama dalam tim, mengatasi suatu masalah, dan menjalin hubungan dengan orang lain merupakan sedikit dari banyak hal yang bisa Anda dapat. Selain organisasi di kampus, kamu juga bisa lho aktif dalam organisasi sosial hingga organisasi non-profit yang kamu minati!
Poles CV agar Lebih Menarik
CV merupakan senjata awal untuk merebut perhatian recruiter, karena itu sebaiknya CV disusun dengan sebaik mungkin. Masukkan informasi penting terkait pendidikan dan pengalaman kerjamu, serta tulis juga deskripsi singkat mengenai keahlian yang bisa Anda lakukan. Pastikan juga CV-mu terlihat profesional dengan tulisan yang mudah dibaca dan foto yang rapi.
Satu hal lagi yang perlu dilakukan agar bisa mendapatkan pekerjaan yaitu dengan rajin mencari dan mengirimkan lamaran kerja. Tidak perlu bingung mencari pekerjaan yang sesuai dengan minatmu, sign up di Glints sekarang dan temukan banyak lowongan di berbagai industri favorit!
Comments