top of page
Writer's pictureLSP3I

Membangun Perguruan Tinggi Bermutu


Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu kebutuhan bangsa yang ingin maju, karena keyakinan, bahwa pendidikan yang bermutu dapat menunjang pembangunan di segala bidang. Oleh karena itu, pendidikan perlu mendapat perhatian yang besar agar tidak mengalami ketinggalan di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang mutlak diperlukan untuk mempercepat pembangunan.


Untuk menghadapi perubahan tersebut Perguruan Tinggi haruslah melakukan perbaikan peningkatan mutu melalui strategi pembenahan kurikulum, pembelajaran bermutu, pengelolaan dengan manajemen yang professional, adaptif dan responsif agar menghasilkan kualitas lulusan yang memiliki akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin, bertanggungjawab, berketerampilan serta menguasai IPTEK.


Untuk mewujudkan peningkatan mutu perguruan tinggi secara berkelanjutan maka diperlukan political will dan komitmen yang kuat dari semua unsur pimpinan lembaga pendidikan yang memberi kepuasaan bagi pelanggannya. Untuk itu, peningkatan mutu pendidikan di perguruan tinggi merupakan urgensi yang mendesak untuk segera dilakukan perbaikan.


Peningkatan mutu itu pada dasarnya dapat dilakukan dengan strategi merubah salah satu dari subsistem : manusia, struktur, teknologi, dan proses organisasi. Pendidikan dan dunia kerja bukan hanya untuk menyiapkan lulusan yang siap kerja karena memiliki keterampilan atau keahlian yang dibutuhkan dunia industri.


Perguruan tinggi mesti juga melatih lulusan untuk mampu mandiri menjadi wirausaha yang membuka lapangan kerja bagi dirinya maupun orang lain. Pendidikandan dunia kerja jadi fokus yang penting saat ini. Untuk mewujudkannya, perlu sinergi dengan banyak pihak.

Strategi peningkatan lulusan bermutu di perguruan tinggi, Perubahan itu dilakukan pada subsistem manusia dan teknologi, yang meliputi: (1) mahasiswa yang di didik; (2) dosen sebagai pendidik dan pengajar; dan (3) sarana dan prasarana.


Membangun kualitas perguruan tinggi (kampus) merupakan tugas seluruh pemangku kepentingan di Perguruan Tinggi, baik negeri maupun swasta. Yayasan, pimpinan, dan civitas akademika. Berangkat dari pentingnya hal tersebut, semua unsur di dalam perguruan tinggi harus berkomitmen agar kondisi penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik.


Selama ini masih banyak yang beranggapan bahwa indikator mutu perguruan tinggi dilihat dari IPK lulusannya. Dalam hal tersebut, kembali mempertanyakan korelasi antara ipk mahasiswa dengan mutu perguruan tingginya.


Mutu perguruan tinggi harus terus menerus diperbaiki, dan seluruh pelaku pendidikan tinggi harus berani melakukan evaluasi diri agar menghasilkan lulusan yang lebih baik dan berkompeten, dan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.


Disisi lain, peningkatan mutu tidak hanya dengan mengisi borang saja, namun juga dengan meningkatkan mutu internalnya melalui Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). SPMI perlu diimplementasikan dan diperkuat untuk mengembangkan budaya mutu, agar akreditasi yang dipotret oleh BAN-PT sudah menggambarkan budaya mutu perguruan tinggi tresebut.


Keberhasilan perguruan tinggi sangat ditentukan oleh pengelolaan yang berbasis pada konsep mutu. Mutu bukanlah suatu tujuan melainkan mutu adalah sebuah perjalanan. Mutunya bagus maka hasilnya akhirnya juga bagus. lalu bagaimana membuat kampus yang bermutu ? Ada beberapa ciri sebuah perguruan tinggi dikatakan bermutu, diantaranya yaitu:


1. Berfokus pada pelanggan


Dalam dunia pendidikan pelanggan itu dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pelanggan internal dan eksternal. Pelangggan internal terdiri dari pengelolah, dosen, staf/karyawaan. Sedangkan pelanggan eksternal adalah mahasiswa, orang tua, pemerintah, dunia usaha dan lain-lain. Agar proses pendidikan yang dilakukan di kampus bisa bermutu maka segala sesuatu harus berfokus pada pelanggan. Kegiatan pendidikan harus mengarah pada upaya memberikan kepuasan kepada setiap pelanggan dari layanan pendidikan yang diberikan. Terutama pelanggan eksternal yaitu mahasiswa.


Perlu digaris bawahi bahwa memberikan kepuasan dari pelanggan internal juga harus dilakukan secara beriringan. Jika tidak mustahil kepuasan pelanggan eksternal bisa terwujud sementara kepuasan bagi pelanggan internal yang memberikan layanan pendidikan itu sendiri tidak pernah diperhatikan. Sebagai contoh, bagaimana seorang dosen bisa mengajar dengan baik sementara kebutuhannya untuk bisa hidup tak pernah dipenui (seperti gaji dan kesejahteraaan dosen yang kurang memadai, tidak adanya motivasi dari atasan dalam bekerja, lingkungan kerja yang tidak nayaman dan lain-lain).


2. Bekerja secara baik dari awal


Perguruan tinggi bermutu pasti mengedapankan mutu. Mutu menjadi syarat utama dalam bekerja. Oleh karena itu ketika perguruan tinggi menginginkan output yang bermutu maka ia pasti mengawali dari input dan proses yang bermutu. Standar mutu terus dijaga dan pegang teguh oleh setiap orang yang bekerja. Sehingga tidak ada alasan untuk mengerjakan sesuatu dengan asal-asalan, semuanya sudah terstandar sesuai yang ditetapkan.


3. Memprioritaskan hubungan dalam bekerja


Orang bekerja perlu kenyamanan. Ketika tidak nyaman maka akan menghambat penyelesaian sebuah pekerjaan. Kenyamanan dalam bekerja dipengaruhi salah satunya oleh lingkungan kerja yang kondusif dan bersahabat. Oleh karena itu jika ingin perguruan tingginya bermutu maka hubungan antara satu dan lainnya perlu dijaga dengan baik. Dimana hubungan tersebut bisa secara horizontal maupun vertikal. Mewujudkan hubungan yang harmonis perlu ditanamkan dalam diri setiap anggota sivitas akademika. Semuanya harus mengedepankan hal tersebut. Terutama bagi pengolah atau jajaran pimpinan yang harus mampu mengelolanya.


4. Memiliki strategi dalam mencapai kualitas


Perguruan tinggi bermutu akan menjadi sesuatu yang mustahil diwujudkan ketika strategi tidak ada di dalamnya. Aturlah strategi agar mutu bisa diraih. Mengatur strategi perlu analisa dalam merumuskannya. Dimana dalam prosesnya harus menggunakan pendekatan SWOT. Melihat kekuatan (Strenght) untuk memunculkan peluang (Opportunity), sehingga dengan peluang bisa meminimalisir kelemahan (Wetnes) dan akan menghindarkan dari ancaman (Treat).


5. Menjadikan keluhan atau kritikan sebagai umpan balik


Perguruan tinggi bermutu sangat terbuka dengan kritikan. Karena dengan kritikan yang muncul bisa dijadikan evaluasi tentang layanan pendidikan yang diberikan. Sehingga bisa dikatakan perguruan tinggi bermutu seringkali melakukan evaluasi diri dari apa yang disampaikan oleh para pelanggan pendidikan. Karena perguruan tinggi tidak akan tau kesalahan dan kekurangannya ketika tidak ada masukan berupa keluhan dan kritikan dari pihak lain. Dengan demikian dapat dipahami bahwa ketika perguruan tinggi menutup diri untuk dikritik maka jangan berharap peningkatan mutu perguruan tinggi akan terjadi.


6. Memiliki kebijakan dalam perencanaan


Perguruan tinggi harus mampu membuat kebijakan agar mutu perguruan tinggi terus mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas. Dimana kebijakan yang dirumuskan diturunkan dalam bentuk Perencanaan tentang program apa saja yang harus dilakukan pada setiap tahunnnya yang bersifat strategis. Program tersebut terangkum dalam sebuah rencana strategis (Renstra) dengan capaian jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Program apa yang telah dirumuskan itulah yang menjadi dasar dalam setiap kegiatan perguruan tinggi. Sehingga salah kiranya jika masih ada perguruan tinggi yang menempatkan Rencana Strategis (Renstra) sebagai sesuatu yang bersifat formalitas belaka.


7. Memberdayakan semua stakeholders


Mewujudkan perguruan tinggi bermutu tidak terlepas dari kerjasama dari berbagai unsur. Unsur-unsur tersebut membentuk satu kesatuan kerja yang saling menopang antara satu dengan lainnya. Inilah alasan mengapa dalam ilmu manajemen pendidikan itu salah satu ruang lingkup kajiannya adalah tentang hubungan masyarakat (Humas). Ini penting dilakukan mengingat perguruan tinggi tidak bisa berdiri sendiri. Karena ketika itu tidak dilakukan maka akan berdampak pada tidak relevannya pelaksanaan sistem pendidikan di perguruan tinggi dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.


8. Saling memotivasi untuk bekerja dengan baik


Sebuah perguruan tinggi tidak akan bermutu ketika orang-orang di dalamnya tidak kompak. Saling memotivasi antara satu dengan lainnya itu sangat penting. Karena saling memotivasi akan membentuk rasa saling memiliki dan saling berbagi tentang perannya dalam kemajuan perguruan tinggi.


9. Tupoksi pekerjaan yang jelas baik vertikal maupun horizontal


Kejelasan tupoksi menjadi salah satu faktor kemajuan sekolah. Kejalasan tupoksi dalam bekerja akan mengarah pada pemahaman tentang tugas dan tanggungjawabnya masing-masing. Ia tidak akan mengerjakan pekerjaan orang lain begitu juga sebaliknya. Disamping itu kejelasan tupoksi juga akan mengarah pada perannya disebuah perguruan tinggi dan tidak saling iri atas apa yang diperoleh orang lain dan apa yang diperolehnya. Semuanya saling berfungsi.


10. Adanya evaluasi yang jelas dan berkelanjutan


Evaluasi perlu dilakukan guna menilai sejauh mana capaian dan hasil yang diperoleh. Dengan evaluasi tersebut bisa dijadikan umpan balik untuk berbuat sesuatu yang lebih baik lagi kedepannya. Disamping itu hadirnya evaluasi juga berfungsi sebagai bagian dalam menerapakan sangsi dan penghargaan atas kinerja orang-orang yang telah menjalankan sistem pendidikan di perguruan tinggi.


11. Menempati kualitas yang telah dicapai untuk memperbaiki kualitas yang lebih baik dikemudian hari


perguruan tinggi bermutu selalu memegang prinsip untuk tidak lekas puas dengan capain yang telah diperoleh. Melainkan pihak perguruan tinggi akan tetap berusaha untuk mengikatkan mutu perguruan tinggi dengan berbasis pada capaian sebelumnya. Kualitas sebelumnya dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan mutu pada standar yang lebih tinggi dikemudian hari.


12. Kualitas sebagai bagian integral dari budaya kerja


Mutu tidak akan tercapai ketika itu tidak menjadi budaya dalam setiap aktivitas perguruan tinggi. Budaya mutu akan terwujud ketika semua elemen yang ada di perguruan tinggi memandang mutu sebagai kebutuhan bukan tuntutan. Ketika butuh maka apapun pekerjaan yang dilakukan tidak akan terlepas dari standar-standar mutu yang telah ditetapkan. Karena mereka sadar bahwa ketika mutu selalu dijaga maka akan berdampak pada kemajuan perguruan tinggi. Ketika perguruan tinggi maju tentunya itu merupakan kerja keras dari seluruh elemen perguruan tinggi.


13. Mengedepankan perbaikan secara berkelanjutan


Perbaikan secara bekelanjutan terus dilakukan. Kekurangan diperbaiki dan sesuatu yang telah baik terus dtingkatkan dan digunakan. Sehingga ketika ini dilakukan maka kemajuan perguruan tinggi pun akan terwujud. Sepeti meniti tangga maka anak tangga demi anak tangga berhasil untuk dilalui menuju visi perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan yang bermutu.


Dalam menghadapi era revolusi industri (RI4.0), perguruan tinggi akan menghadapi tantangan yang sifatnya multi dimensional. Hal ini akan memberi dampak bagi semua pihak, baik individu, kelompok masyarakat, bangsa, negara, dan sebagainya, sehingga dalam mengantisipasi terhadap perubahan tersebut, dituntut untuk lebih memfokuskan diri pada membangun budaya mutu pendidikan dengan visi jauh ke depan dengan menggunakan unsur prioritas-prioritas yang harus dilakukan agar siap menghadapi setiap perubahan.


Untuk itu, Perguruan Tinggi haruslah melakukan strategi peningkatan mutu melalui penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang bermutu, yaitu mulai dari proses perencanaan dan penyajian materi perkuliahan, evaluasi proses, produknya dan unsur-unsur yang terlibat dalam usaha memenuhi harapan pelanggan, yang dalam hal ini mahasiswa maupun dunia kerja.


Selain itu, perlu dilakukan transformasi pendidikan dalam sistem manajemen maupun pengelolaan perguruan tinggi yang mampu mengikuti perkembangan sebagai akibat dari perubahan. Transformasi pendidikan merupakan realitas yang harus dilaksanakan, sehingga diharapkan para pelaku maupun penyelenggara pendidikan harus proaktif, kritis dan mau berubah. Sedangkan, sistem dan tata kelolah perguruan tinggi haruslah adaftif dan responsif dalam mengantisipasi perubahan.


Belajar dari beberapa negara maju di bidang pendidikan, dimana sistem pendidikan yang sifatnya adaftif dan responsif terhadap perkembangan zaman membuat negara tersebut maju dan berkembang disegala bidang kehidupan. Dengan adanya contoh di beberapa negara yang maju tersebut, maka perguruan tinggi Indonesia harus memiliki visi dan misi pendidikan yang jelas dan jauh ke depan dengan melakukan pengkajian yang mendalam dan meluas tentang trend perkembangan kebutuhan masyarakat, dunia kerja dan indutsri untuk memperoleh konstruk pendidikan di masa depan; dan tindak lanjutnya, merancang sistem pendidikan yang sesuai dengan karakteristik budaya bangsa Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika.


Dengan demikian, mutu perguruan tinggi akan semakin lebih baik. Hal ini sesuai dengan misi pendidikan nasional, yaitu mewujudkan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu, guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin, bertanggungjawab, berketerampilan serta menguasai IPTEK dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.


Untuk membangun perguruan tinggi yang bermutu maka diperlukan political will dan komitmen yang kuat dari semua unsur pimpinan lembaga pendidikan maupun seluruh stakeholders-nya agar memberi kepuasan yang sesuai dengan harapan para konsumennya. Pengertian komitmen dalam konteks ini mengandung makna sadar tentang sesuatu yang baik, berani mengambil keputusan untuk mencapainya. Melaksanakan keputusan tersebut dengan sungguh-sungguh dan jujur.

97 views0 comments

Recent Posts

See All

Σχόλια


bottom of page