Masyarakat pendidikan kita harus terus didorong untuk memiliki ketertarikan terhadap hal-hal seputar self learning/development, terutama dalam korelasinya dengan melimpahnya akses internet di zaman sekarang. Bagaimana perspektif baru tentang bagaimana cara kita belajar. Tentang bagaimana kita mempelajari berbagai hal, memperluas pola pikir, kesadaran, serta pemahaman kita akan suatu hal.
Sugata adalah seorang profesor ‘Educational Technology’ di Newcastle University, dalam bukunya” Curious, The Desire to Know and Why Your Future Depends on It”, memberikan banyak wawasan mengenai kekuatan rasa ingin tahu berikut banyak aspeknya. Ia menceritakan kisah personalnya tentang bagaimana ia menemukan cara manusia belajar dan mempertanyakan sistem pendidikan masa kini.
Sugata melontarkan sebuah ide bahwa keberadaan akses internet memerlukan konsepsi baru yang radikal atas kesadaran manusia. Hal mana diperkenalkan pertama kalinya oleh seorang visionaris teknologi, Nicholas Negroponte. Idenya adalah dengan adanya penyimpanan internet yang tak terbatas, artinya kita tidak perlu lagi menyimpan fakta dan informasi di memori otak kita sendiri. Ketimbang berusaha mengingat atau menghafal suatu pengetahuan, kita kini lebih bebas untuk menjelajahinya.
Sekolah, kampus dan sistem pendidikan secara umum merupakan suatu tempat atau ekosistem dalam sebuah komunitas yang bertujuan untuk menciptakan rasa ingin tahu. Hal ini dapat menginspirasi kita untuk belajar. Walau tak dipungkiri kalau selama ini sekola, kampus malah menjadi tempat yang mengecilkan rasa ingin tahu.
Pertanyaan besar yang harus kita tanyakan adalah apakah sekolah, kampus hanya sekedar menjadi tempat di mana orang menyalurkan pengetahuan akademik yang dianggap penting oleh masyarakat? Ataukah seharusnya sekolah, kampus menjadi tempat di mana peserta didik diperbolehkan untuk menjelajahi dan mengikuti rasa ingin tahu mereka, ke mana pun rasa ingin tahu itu membawanya?
Gagasan ini dimulai sejak terjadinya pergerakan budaya yang kemudian dikenal sebagai ‘Romanticism’. Dalam buku Émile (or On Education) yang diterbitkan tahun 1762, Jean Jacques Rousseau menggunakan contoh fiksi seorang anak laki-laki bernama “Emile” untuk memaparkan ide bahwa seorang anak kecil dapat mempelajari apa pun yang dia butuhkan tanpa campur tangan orang dewasa. Rasa ingin tahu yang alami dalam diri seorang anak merupakan satu-satunya guru yang dia butuhkan.
Sistem pendidikan dan pembelajaran kita haruslah membentuk keseimbangan antara berbagi ilmu dan juga pengembangan kemampuan berpikir. “Learning skills” bertumbuh secara alami dari sebuah ilmu/subjek yang spesifik. Semakin banyak pengetahuan kita, semakin luas juga jangkauan kecerdasan kita. Kemampuan kita pun akan terus bertambah dari penerimaan informasi-informasi baru.
Dasar dari kemampuan belajar/berpikir adalah akumulasi pengetahuan. Semakin banyak kita tahu, semakin baik pula cara kita berpikir. Coba kita renungkan tentang praktik dan kebiasaan untuk mengakumulasi pengetahuan dan hubungannya dengan bagaimana otak atau pikiran kita bekerja, serta bagaimana muscle memory bekerja. Muscle Memory merupakan sebuah istilah yang umum digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan para atlet dalam semua bidang olahraga. Menghalau bola bagi pemain tenis atau bereaksi terhadap situasi tertentu bagi pemain basket, adalah sesuatu yang mereka tempa melalui latihan bertahun-tahun, melalui sesi-sesi video-video serta arahan-arahan pelatih.
Informasi-informasi/pengetahuan ini lama-kelamaan tertanam dan menjadi refleks. Dalam beberapa kasus (dan mungkin tanpa kita sadari selalu terjadi), seperti itulah sebenarnya cara otak kita bekerja. Sebagai contoh, dalam lingkungan kerja, kemampuan kita untuk bekerja dalam level produktivitas yang tinggi itu dibangun melalui pengalaman bertahun-tahun. Pengalaman terbentuk oleh akumulasi informasi/pengetahuan yang secara berulang-ulang kita kumpulkan, kita konsumsi dan kita ingat.
Hal ini mempersiapkan kita untuk dapat memberikan solusi, ide-ide dan jawaban. Kemampuan berpikir kita berkaitan dengan memori jangka pendek dan juga memori jangka panjang kita tentang bagaimana cara kita bereaksi terhadap segala hal.
Jangan sepelekan pengetahuan dalam hal apa pun.
Bagaimana, kapan, di mana, apa dan kepada siapa kita belajar pengetahuan dapat terjadi dalam situasi yang beragam. Kita perlu untuk belajar bagaimana meningkatkan level kesadaran kita bahwa dalam berbagai kesempatan dalam satu hari, kita dapat belajar hal baru. Bayangkanlah visual titik-titik hitam berukuran kecil, sedang dan besar dalam sebuah papan tulis putih. Titik-titik kecil, sedang dan besar tersebut merupakan rangkaian-rangkaian informasi atau pengetahuan, dan papan tulis adalah otak kita. Melalui gambaran tersebut, kita bisa melihat betapa otak kita memiliki cara yang menakjubkan untuk menghubungkan titik-titik tersebut menjadi sebuah gambar.
Internet menyediakan semua hal tersebut setiap harinya.
Semua tergantung pada diri kita masing-masing bagaimana kita mengunakan internet. 70% dari kita mengakses internet setiap harinya melalui smartphone. Kita perlu memutuskan dengan sadar bagaimana kita menghabiskan waktu kita di internet. Lebih-lebih lagi bagi generasi muda Indonesia yang tumbuh di tengah keberadaan internet.
Banyak sekali informasi dan pengetahuan di luar sana yang tersedia untuk kita pelajari. Pengetahuan merupakan jembatan yang menghubungkan antara ide-ide dan implementasi. Informasi yang disediakan internet merupakan sumberdaya yang dapat dimanfaatkan oleh penggunannya. Kita membayangkan suatu hari generasi-generasi muda produktif ini terus-menerus mengembangkan cara berpikir mereka, didukung dengan kumpulan ilmu pengetahuan dan informasi sebagai kebiasaan sehari-hari mereka.
Kita semua percaya akan kekuatan pengetahuan. Kita juga percaya akan pentingnya berpengetahuan. Sudah selayaknya kita membantu peserta didik kita untuk menjelajahi ketertarikan mereka, memenuhi rasa ingin tahu mereka dengan cara apa pun dengan harapan dapat menimbulkan dampak positif pada cara mereka meningkatkan level berpikir, kesadaran dan pemahaman mereka.
Kita sebagai Dosen, guru, memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, dan peserta didik kita untuk terus menjadi lebih baik. Mari kita investasikan waktu kita dengan mulai membiasakan diri untuk membaca setiap hari. Niscaya hal ini dapat memperlengkapi kita, mendukung kita untuk menjadi lebih baik dan mengerjakan apa pun dengan lebih baik.
@SemogaBermanfaat #SalamLiterasi
Comments