top of page

Apakah Televisi Akan Ditinggalkan?

  • Gambar penulis: Yusrin Ahmad Tosepu
    Yusrin Ahmad Tosepu
  • 19 Okt 2020
  • 4 menit membaca


Perkembangan masyarakat moderen di Indonesia saat ini, telah memasuki era yang berbeda dari sebelumnya. Dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih serta kemudahan dalam mengakses internet, masyarakat dengan mudap dapat mengakses internet secara bebas tanpa dibatasi ruang dan waktu.


Melihat kemajuan teknologi saat ini, semakin menawarkan kemudahan untuk mencari informasi yang diinginkan seperti dapat melakukan streaming youtube, melihat cuplikan trailer film yang sedang tayang di bioskop ataupun bisa menonton kembali serial televisi yang terlewatkan.


Apakah internet dapat mengganti kebutuhkan akan informasi yang kita peroleh di televisi?

Akibatnya seperti yang dapat kita lihat saat ini, televisi semakin ditinggalkan, begitupula tayangan film di televisi semakin kurang jika dibandingkan dengan era sebelumnya. Hal inipun berdampak terhadap tayangan iklan yang tidak seberagam dulu, sehingga banyak perusahaan-perusahaan yang mulai memasarkan produk mereka dengan membuat iklan di berbagai web internet seperti di youtube, facebook, dan blog-blog serta web-web lain.


Tak hanya itu, generasi muda yang ingin memulai karir mereka juga banyak yang membuat video pendek yang bertema komedi di youtube, sehingga saat ini youtube menjadi tujuan utama bagi perusahaan-perusahaan yang ingin memasarkan produknya, karena sebagian masyarakat indonesia mulai menggemari menonton video di youtube.


Pada era ini kita menghadapi pergeseran prilaku masyarakat dimana televisi sudah mulai ditinggalkan. Oleh sebab itu hanya sedikit masyarakat yang masih sering menonton telivisi menyebabkan televisi di Indonesia semakin lama semakin tergantikan oleh internet yang semakin canggih.


Disrupsi digital memang tak bisa dihindari. Namun, Televisi di Indonesia belum ditinggalkan sepenuhnya tapi baru akan dimulai karena adanya gap atau jarak yang besar antara media digital dan non-digital. Jika bicara digital penetrasi di Indonesia, banyak tantangan yang dihadapi. Belum semua infrastrukturnya bisa menunjang dunia digital. Masih ada beberapa daerah yang belum dialiri oleh internet seperti di Papua.


Menyoal infrastruktur yang menunjang dunia digital, kestabilan dan internet cepat adalah hal yang menentukan. Bagaimana saat mereka nonton streaming misalnya, mereka gak mau putus. Saat mereka main game online dan dengerin music gak mau ada lag.


Sekarang ini, Provider menyediakan data dengan servis basic, hal itu tidak cukup lagi memuaskan konsumen. Harus memberikan experience yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan konsumen. Karena konsumen sekarang punya banyak option untuk pindah dari satu platform ke platform lainnya. Maupun dari satu telco ke telco lainnya begitu mudahnya.


Pemerintah dan pihak swasta tidak perlu terburu-buru mengadopsi teknologi 5G, baiknya fokus mengembangkan 4G yang belum maksimal. Potensi 4G bisa mencapai 200an Mbps. Beberapa negara di asia dan eropa, 4G yang speed-nya bisa sampai 216 (Mpbs). Dibanding kita harus memaksakan 5G yang akhirnya konsumen harus membayar lebih mahal. Tentu hal ini tidak sebanding


Lalu, Bagaimana televisi bisa bertahan di era digital sekarang ini?


Banyak anggapan televisi di Indonesia akan menyusul ā€˜kematian’ media cetak seperti koran atau majalah. Kemunculan internet dan perkembangan media online yang marak membuat media digital digadang-gadang sebagai penguasa audiens.

Kondisi media saat ini penuh dinamika, cara mengonsumsi informasi audience, terutama generasi millennial mengalami pergeseran mengikuti perkembangan zaman. Durasi menoton televisi sedikit berkurang, tapi tidak serta merta televisi ditinggalkan para penggemarnya.


Hal itu sejalan dengan laporan We Are Social yang dikeluarkan pada Januari 2020, masyarakat global rata-rata menghabiskan waktu untuk menonton televisi selama 3 jam 18 menit. Waktu tersebut sudah termasuk konten TV streaming serta penggunaan perangkat lainnya.


Laporan tersebut masih terbilang normal. Sebab era sekarang, konsumen itu tak hanya nonton televisi saja. Mereka menggunakan perangkat lain untuk dual screen, sehingga bisa menonton televisi sekaligus berselancar di internet.


Perubahan seperti cara menonton televisi pada era disrupsi media ini memang lumrah terjadi mengikuti perilaku konsumen sesuai generasi. Masing-masing generasi punya karakteristik, terlebih, perubahan karakteristik konsumen dipengaruhi transformasi yang lebih global, sebab perubahan tersebut tak bisa steril dari interaksi global.


Perubahan perilaku konsumen selaras dengan perkembangan teknologi yang tentunya ikut andil dalam membentuk karakteristik konsumen dalam memanfaatkan media. Teknologi itu akan terus berkembang dan perilaku konsumen akan saling berdampingan dan bersinergi dengan perkembangan teknologi tersebut.


Hakikatnya, teknologi dikembangkan untuk memudahkan masyarakat dalam bekerja dan beraktifitas. Sehingga perilaku masyarakat dalam menggunakan media ikut berubah. Pada akhirnya pendekatan model media yang digunakana akan termodifikasi.


Jadi, disrupsi digital memang tak bisa dihindari, ada beberapa langkah yang harus dilakukan media televisi agar bisa bertahan dari gempuran media digital di era disprusi digital.


Pertaman, Menciptakan konten yang menyesuaikan kebutuhan audiens dan media spending-nya ke arah digital.


Televisi harus menjadi penyedia konten dan mengkhususkan diri pada segmentasi tertentu, siapa audiens mereka. Fokus di content provider dengan mengembangkan dan membuat program entertainment untuk segmentasi tertentu


Dilain sisi, perkembangan media terjadi perubahan sikap audiens, namun perubahan sikap audiens media di era digital tidak bisa digeneralisasi. Artinya, sulit menentukan apakah perubahan sikap audiens ini disebabkan karena disrupsi teknologi atau justru disrupsi teknologi disebabkan karena perubahan perilaku audiens.


Karakteristik dan perilaku audiens pun berbeda dalam mengonsumsi konten dalam media digital. Baik Perbedaan karakteristik atau perilaku konsumsi media berbeda di tiap generasi dan daerah mereka tinggal. Walaupun basic needs-nya akan sama, karakteristik tertentu yang seperti apa? tergantung pada progress dari interaksi global. Dalam istilah media, kita mengenal konsep magnitude dan kedekatan. Topik yang mereka interest, cukup berbeda dari masing masing daerah di Indonesia.


Saat ini, yang menjadi tantangan, pertelevisian adalah bagaimana membuat konten semenarik mungkn, serelevan mungkin untuk audiens. Oleh sebab itu, media televisi harus memenuhi selera konsumen sesuai dengan perubahan perilaku mereka. Hal itu jadi tantangan tersendiri bagi pelaku bisnis media televisi untuk bisa terus menyesuaikan diri untuk tetap bertahan.


Mau bagaimana pun, media televisi harus masuk ke digital dengan menyesuaikan konsumen behaviour sebagai esensi pertama untuk memutuskan model bisnis seperti apa yang akan dikembangkan.


Kedua, Push and Pull Strategy, mencari dan menarik audiens


Strategi dalam mengembangkan media televise adalah strategi menggaet audiens dengan push and pull strategy. Dengan push strategy, sebagai media digital selalu berusaha menggaet audiensnya di mana pun mereka berada. Apa aplikasi yang sering digunakan orang tiap harinya? Apa Instagram, Facebook, WhatsApp, Twitter, LINE dan sebagainya.


Jika audiensnya ada di platform tersebut digunakan push methodology. Artinya media televise muncul ke mana pun channel mereka konsumsi dan kita berada di situ. Namun itu adalah strategi lampau. Sekarang ini Media menggunakan pull strategy. Bagamana audiens ā€˜terikat’ dengan tv, dapat menikmati beragam informasi yang diberikan di aplikasi mereka, tersedia di Google Play ataupun App Store.


Ketiga, Sumber daya manusia pertelevisian


Era digital, SDM media pertelevisan dituntu memiliki tiga kemampuan yakni kreatif, ahli menggunakan data, dan memiliki passion. Mampu membuat konten kreatif dan disukai audience dan tentunya bisa di tonton di platform digital. 


Demikian ulasan artikel

(:Bahan Kajian Matakuliah MEDIA MASSA dan MASYARAKAT

 
 
 

Postingan Terakhir

Lihat Semua
Bahaya Kesombongan Intelektual

Intelektual yang ideal adalah yang semakin alim, maka kian takut kepada Allah. Sikap sombong (al-kibr) adalah sebuah penyakit hati....

 
 
 
Kebahagiaan Sejati

Pandangan umum yang menganggap kebahagiaan dapat ditemukan dengan memiliki lebih banyak uang, lebih banyak barang, lebih banyak status...

 
 
 

Kommentarer


Ā© 2018 by Yusrin Ahmad Tosepu. Makassar, Sulawesi Selatan. Indonesia 

bottom of page