top of page
  • Gambar penulisYusrin Ahmad Tosepu

Berbicara Itu Punya Etika

Di kehidupan sehari-hari, berbicara adalah kebutuhan yang sulit ditinggalkan. Setiap harinya manusia berbicara dengan satu sama lain untuk menyampaikan sesuatu, bertukar informasi, atau keperluan-keperluan lainnya.


Di satu sisi, berbicara memang sangat membantu dan bermanfaat. Contohnya seperti bertukar sapa, bertukar informasi, atau memberikan nasihat-nasihat positif. Namun di sisi yang lain, berbicara juga bisa merugikan diri sendiri atau orang lain. Seperti berbicara bohong, menfitnah, atau mencacimaki orang lain.ย 


Sebenarnya, apa yang seseorang bicarakan adalah apa yang ada di dalam pikirannya. Seperti apa isi yang ia bicarakan, sesungguhnya itu adalah kepribadiannya. Ketika seseorang selalu berbicara kasar, sering menfitnah, mencaci maki, atau berbohong, sesungguhnya itu semuanya adalah kualitas dirinya.


Apa yang seseorang pikirkan, itulah yang akan ia ucapkan. Pikiran-pikiran yang kotor membuat seseorang selalu berbicara kotor. Sebaliknya, pikiran-pikiran yang bersih membuat seseorang berbicara yang baik-baik.ย 


Lisan ini ibarat pisau yang tajam. Bisa bermanfaat bila digunakan untuk hal-hal yang positif. Namun juga bisa merugikan jika digunakan untuk hal-hal yang negatif. Dalam hal berbicara juga demikian. Kalau kita menggunakan lisan kita untuk berkata-kata yang baik, lisan kita ibarat pisau yang digunakan dengan tepat sehingga dapat memberikan manfaat.


Namun apabila kita menggunakan lisan kita untuk berkata-kata yang buruk-buruk, lisan kita ibarat pisau yang digunakan dengan cara yang salah, sehingga melukai diri sendiri atau orang lain.


Meskipun berbicara adalah hal yang sederhana dan tidak membutuhkan tenaga yang besar, dampaknya dapat menjadi besar dan sulit dilupakan. Pertengkaran, ketidakharmonisan, dan konflik dapat bermula dari hal yang sederhana ini.


Mengutip petuah sang Buddha yang mengatakan bahwa sebelum berbicara, alangkah lebih baik bila dipikir terlebih dahulu apakah ucapan itu bermanfaat atau tidak, menyakiti orang lain atau tidak, tepat waktu atau tidak.


Sang Buddha mengatakan bahwa ucapan itu baik apabila diucapkan pada saat yang tepat (kฤlena), ucapannya sesuai dengan kenyataan (bhลซtena), kata-katanya lembut (saแน‡hena), kata-katanya dapat memberikan manfaat (atthasaแนƒhitena), dan kata-kata itu diucapkan dengan dasar cinta kasih (mettacittฤ)ย 


Berbicara di waktu yang tepat sangatlah penting, karena tidak semua kebenaran dapat diterima dengan baik bila disampaikan di waktu yang tidak tepat. Sekalipun itu adalah pembicaraan yang bermanfaat, kalau disampaikan di waktu yang salah bisa menjadi pembicaraan yang tidak bermanfaat.


Selain itu, berbicara juga harus sesuai dengan kenyataan. Apa yang ingin seseorang bicarakan, seharusnya bukan ucapan-ucapan bohong. Dalam menyampaikan sesuatu, kata-katanya juga harus lemah lembut sehingga tidak membuat pendengar merasa terganggu.


Sekalipun pembicaraan yang bermanfaat, kalau disampaikan dengan kata-kata kasar, tidak dengan lemah lembut, apa yang ia bicarakan seakan seperti sampah. Isinya hanya marah-marah dan kata-kata kotor. Ucapan yang baik adalah ucapan yang dapat memberikan manfaat. Tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga orang lain.


Ucapan juga seharusnya disampaikan dengan dasar cinta kasih, agar apa yang disampaikan tidak membuat orang lain tersakiti. Ucapan yang didasari dengan dendam atau kemarahan, akan menghasilkan ucapan yang kotor.ย ย 


Ucapan benar adalah ucapan yang menghindari ucapan bohong, fitnah, ucapan kasar, dan omong kosong. Apapun alasannya, kebohongan tetaplah kebohongan, yang apabila terungkap ada pihak yang dirugikan.


Fitnah adalah ucapan yang menyakitkan dengan tujuan menjelekkan orang lain dengan tanpa dasar atau fakta yang jelas. Ucapan fitnah dapat menyebabkan sakit hati yang berkepanjangan.


Ucapan-ucapan kasar dapat membuat orang lain menjadi tidak nyaman dan merasa dirugikan. Dan omong kosong sangatlah tidak bermanfaat. Sesungguhnya lebih baik diam daripada banyak bicara tapi isinya kosong dan tak bermanfaat.


Diam lebih mulia daripada menghabiskan waktu dan tenaga untuk membicarakan hal-hal yang tidak penting. Bergosip, menceritakan keburukan orang lain, pamer kepunyaan, adalah ucapan-ucapan yang tidak bermanfaat yang harus dihindari.


Jadi, jika kita tidak memiliki apa-apa untuk dikatakan, jangan katakan apa pun. Terkadang diam lebih bijak dalam menyikapi keadaan daripada bersikeras memaksa orang lain untuk sekadar memahami. Ada dua pilihan yang tepat ketika seseorang sedang berkumpul bersama, yaitu berbicara yang dapat memberikan manfaat atau diam.ย 




14 tampilan
bottom of page