Cemas dan Khawatir
- Yusrin Ahmad Tosepu
- 27 Jun 2022
- 6 menit membaca
Setiap orang pasti dihinggapi rasa cemas dan kahawatir. Orang yang didiagnosis dengan gangguan kecemasan, termasuk gangguan panik, sering berjuang dengan kekhawatiran kronis. Kekhawatiran yang sering muncul mungkin tampak tidak rasional bagi orang luar.
Misalnya, Anda mungkin khawatir tentang hal-hal yang bahkan belum terjadi atau di luar kendali Anda, seperti kesehatan dan keselamatan orang yang Anda cintai atau biaya hidup saat ini.
Terlalu khawatir bisa menjadi beban berat yang membebani hubungan Anda, harga diri , karier, dan aspek lain dalam hidup Anda. Ini juga dapat memengaruhi Anda secara emosional dan mental, berkontribusi pada gejala panik dan kecemasan Anda.

Perlu diketahui bahwa istilah khawatir dan kecemasan memiliki pengertian yang berbeda. Khawatir dan cemas memang mirip, tetapi nyatanya kedua kondisi psikologis tersebut sangatlah berbeda.
Anda mungkin berpikir tidak penting untuk mengetahui bedanya khawatir dan cemas, karena keduanya toh sama-sama untuk menunjukkan kondisi keresahan secara umum.
Namun, perlu diketahui , rasa khawatir dan kecemasan bisa memberikan dampak yang berbeda terhadap emosi dan kesehatan psikologis.
Berikut bedanya khawatir dan cemas.
1. Kekhawatiran Cenderung Dirasakan di Kepala, Sedangkan Kecemasan pada Tubuh
Rasa khawatir biasanya hanya dirasakan oleh pikiran di kepala kita. Saat kita mengkhawatirkan sesuatu, pikiran kita menjadi penuh dan fokus dengan masalah tersebut. Namun, keresahan tersebut hanya sampai di kepala saja. Sedangkan kecemasan, merupakan perasaan yang lebih mendalam hingga bisa kamu rasakan sampai ke seluruh tubuh.
2. Kekhawatiran Cenderung Spesifik, Sedangkan Kecemasan Lebih Luas
Rasa khawatir biasanya cenderung dirasakan pada hal-hal yang spesifik. Misalnya, kamu khawatir akan terlambat sampai di bandara (masalah yang spesifik). Sedangkan kecemasan, biasanya dirasakan pada hal-hal yang lebih umum. Contohnya, kamu cemas untuk bepergian (amankah perjalanan nanti selama di pesawat atau bagaimana setelah tiba sampai di kota/negara tujuan).
3. Kekhawatiran Biasanya Hanya Berdampak pada Pikiran, sedangkan Kecemasan Memengaruhi Pikiran dan Mental
Perbedaan ini penting, karena dampak mental dan emosi yang disebabkan oleh kecemasan dapat memberi pengaruh yang jauh lebih besar pada kinerja kardiovaskular, dibanding rasa khawatir yang hanya berdampak pada pikiran saja secara emosional. Inilah mengapa kecemasan dapat membuat kamu sakit secara fisik juga.
4. Kekhawatiran Memicu Pengidapnya untuk Menyelesaikan Masalah, sedangkan Kecemasan Tidak
Kekhawatiran dapat membuat kita berpikir untuk mencari solusi dan strategi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sedangkan kecemasan, ibarat roda hamster yang hanya membuat kita berputar-putar tanpa membawa ke solusi yang produktif. Hal ini karena sifat kecemasan yang meluas membuat seseorang yang mengalaminya menjadi lemah dan tidak bisa mencari penyelesaian masalah.
5. Rasa Khawatir Menyebabkan Tekanan Emosional Ringan, sedangkan Kecemasan Memberi Tekanan Emosional yang Parah
Kecemasan merupakan kondisi psikologis yang jauh lebih kuat daripada kekhawatiran. Itulah sebabnya kecemasan dapat lebih mengganggu dan menimbulkan masalah pada pengidapnya.
6. Kekhawatiran Disebabkan oleh Sesuatu yang Realistis daripada Kecemasan
Bila kamu khawatir dipecat karena punya kinerja yang buruk, maka itu disebut khawatir. Oleh karena sesuatu yang kamu khawatirkan tersebut realistis. Namun, bila kamu khawatir dipecat karena atasan sepertinya tidak memperhatikan atau jarang menyapa, maka itu namanya cemas.
7. Kekhawatiran Cenderung Dapat Dikendalikan, sedangkan Kecemasan Jauh Lebih Sulit Diatasi
Dengan upaya pemecahan masalah dan strategi untuk mengatasi penyebab kekhawatiran kamu, maka dapat mengurangi rasa khawatir. Namun, kecemasan jarang bisa dikendalikan sendiri, karena itu orang yang cemas butuh pertolongan orang lain.
8. Kekhawatiran Cenderung Menjadi Kondisi yang Sementara, tetapi Kecemasan Dapat Bertahan Lama
Oleh karena kekhawatiran biasanya dapat memicu seseorang untuk mencari jalan keluarnya, makanya kekhawatiran bersifat sementara. Namun, kecemasan dapat bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama, bahkan berpindah dari satu fokus ke fokus lainnya. Misalnya, awalnya kamu mencemaskan pekerjaan, tetapi setelah itu mulai mencemaskan kesehatan, kemudian keuangan, dan lain-lain.
9. Kekhawatiran Tidak Memengaruhi Profesionalitas dan Kepribadian, tetapi Kecemasan Memengaruhi Kedua Hal Tersebut
Kecemasan dapat membuat seseorang merasa sangat gelisah, tidak nyaman, dan sulit berkonsentrasi, sehingga ia mungkin akan merasa terlalu tertekan untuk melakukan kegiatan ataupun aktifitas bekerja.
10. Kekhawatiran Dianggap Sebagai Kondisi Psikologis yang Normal, sedangkan Kecemasan Tidak
Bila terjadi dalam tingkat dan durasi tertentu, kecemasan bisa dianggap sebagai gangguan mental yang memerlukan perawatan psikologis atau pengobatan
Kendalikan Otak Agar Tidak Terlalu Cemas dan Khawatir
Di tengah suasana yang serba tidak pasti, merenung dan khawatir berlebihan dapat membuat perasaan tertekan dan gelisah. Jika dibiarkan begitu saja, cemas dan depresi bisa menghampiri. Segera kendalikan pikiran Anda!
Pada situasi serba tidak menentu seperti saat ini, banyak orang terkubur dan terobsesi dalam pikiran mereka sendiri. Bayangkan Anda berada di sebuah lorong labirin besar, setiap belokan mengarah ke jalinan bencana yang lebih dalam dan rumit, ada berbagai peristiwa menyedihkan di sana.
Seperti itu kira-kira rasanya ketika cemas memikirkan masalah yang menghadang. Memang, setiap orang sesekali memikirkan hidup atau pilihan mereka secara berlebihan. Namun, beberapa orang tidak dapat menghentikan spiral arus pikiran ini.
Ada dua komponen dalam monolog batin ini: khawatir dan merenung berkepanjangan.
1. Merenung berkepanjangan
Menurut Susan Nolen-Hoeksema, profesor psikologi di Universitas Yale, aktivitas merenung berkepanjangan melibatkan pengulangan masalah dalam pikiran seseorang. Manusia merenung dengan terobsesi pada pikiran kita dan berpikir berulang kali tentang berbagai aspek situasi pada masa lalu.
Aktifitas otak ini biasanya melibatkan rasa menyesal, membenci dan menyalahkan diri sendiri. Merenung dikaitkan dengan perkembangan depresi, kecemasan, dan gangguan makan.
Orang yang rentan mengalami pola pemikiran seperti ini biasanya terlalu banyak menganalisis setiap detail dari suatu hubungan yang kini tidak lagi berlangsung. Mereka sering menyalahkan diri sendiri atas apa yang telah terjadi dan diliputi penyesalan.
Pemikiran yang hinggap seringnya berupa:
- Saya seharusnya lebih sabar dan lebih mendukung.
- Saya telah kehilangan pasangan paling sempurna yang pernah ada.
- Tidak ada lagi yang akan mencintai saya.
2. Khawatir
Rasa khawatir biasanya terkait dengan apa yang terjadi di masa mendatang, melibatkan pikiran negatif tentang hal-hal yang mungkin terjadi, atau tidak terjadi. Satu contohnya adalah kekhawatiran tentang apakah akan mendapatkan pekerjaan seusai wawancara, atau juga berapa lama akan menganggur.
Pikiran-pikiran semacam ini menguras energi dan membuat stres. Ini bisa terjadi pada siapa saja yang sedang stres. Tetapi ketika Anda mencapai titik di mana pikiran dan kekhawatiran tersebut telah membatasi dan mengurung Anda dari menjalani hidup sehari-hari, Anda harus mengambil tindakan.
- Kendalikan pikiran Anda
Reuben Berger, psikoterapis di rumah sakit universitas di kota Bonn, Jerman, merekomendasikan beberapa langkah praktis yang dapat Anda terapkan dalam rutinitas harian ketika merasa khawatir atau dalam kondisi merenung berkepanjangan. Salah satu cara yang efektif, kata Berger, adalah dengan memerintahkan pikiran untuk berhenti.
"Ketika pikiran negatif datang atau perenungan berkepanjangan dimulai, Anda mesti berkata kepada diri sendiri: 'Berhenti!'" ujarnya. Berger menambahkan bahwa akan lebih efektif jika Anda benar-benar mengucapkan kata itu dengan lantang.
Dia bahkan merekomendasikan agar orang-orang dengan kecenderungan seperti ini untuk memakai gelang karet di pergelangan tangan mereka dan menjepret ringan diri sendiri sambil bilang āberhenti!ā Teknik ini efeknya lebih kuat lagi, ujarnya.
Ide utama dari tindakan ini adalah untuk mengkondisikan diri Anda dalam menghentikan lingkaran kekhawatiran, membuat prediksi-prediksi tentang masa depan, atau perenungan berkepanjangan di mana Anda terobsesi dengan peristiwa masa lalu.
Berger mengatakan butuh waktu hingga dua minggu untuk menerapkan teknik ini setiap hari agar bisa berhasil. "Konsistensi sangat penting," katanya.
- Hanya sebatas pikiran
Cara lain untuk mengatasi pikiran negatif yang sering digunakan dalam terapi modern adalah menyadari bahwa pikiran bukanlah fakta, kata Berger. Dia mengatakan adalah sangat penting ketika kita memikirkan sesuatu, kita harus bertanya: Apakah ini nyata? Apa ini benar-benar terjadi? Hal terburuk apa yang bisa terjadi?
Salah satu contoh di mana pikiran dipersepsikan sebagai fakta adalah ketika seseorang merasa cemas berlebihan sebelum bepergian dengan pesawat. Meskipun perjalanan udara adalah cara paling aman untuk bepergian, orang yang menderita takut terbang menganggap pikiran dan ketakutan mereka sebagai kenyataan, kemudian menindaklanjutinya dengan menolak terbang.
- Bersikap penuh kesadaran
Berger juga merekomendasikan penggunaan teknik mindfulness yang penuh kesadaran. Dengan sikap ini, seseorang mengalihkan pikiran mereka sepenuhnya kepada pengalaman yang tengah dialaminya tanpa dibubuhi penilaian apa pun untuk mengurangi kekhawatiran.
"Sikap penuh kesadaran membantu Anda menjauhkan diri dari pikiran-pikiran Anda dan menjadi lebih hadir pada saat ini," katanya.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa sikap penuh kesadaran semacam ini memiliki dampak positif dalam mengurangi perilaku terkait stres seperti merenung berkepanjangan dan khawatir. Sikap fokus terhadap suatu momen membuat seseorang cenderung tidak memiliki energi untuk cemas akan hal lain.
- Akali otak agar bahagia
Namun, orang yang diganggu oleh pikiran obsesif tidak selalu bisa melakukan cara-cara tersebut untuk mengalihkan perhatiannya. Dr. Edward Selby, psikolog di universitas di Florida, melakukan penelitian bahwa orang-orang juga mencoba menghindari perenungan berkelanjutan dengan melakukan berbagai perilaku tidak terkontrol, seperti pesta makan dan penyalahgunaan zat-zat tertentu.
Tetapi dia mengatakan bahwa masih ada cara lebih baik untuk mengalihkan perhatian kita, seperti mendengarkan musik, membaca buku, menari atau berolah raga, berkumpul dan bersosialisasi dengan teman, menonton film ataupun bermeditasi.
- Ubah persepsi atas sebuah peristiwa
Cara orang memandang suatu situasi sangat memengaruhi emosi dan perilaku mereka. Bukan situasi itu sendiri yang menentukan perasaan mereka, melainkan cara mereka menafsirkannya. Membingkai ulang pikiran-pikiran negatif atas sebuah peristiwa dapat mengarah pada emosi positif dan, menggiring pada perilaku yang lebih sehat.
Terapi perilaku kognitif (CBT) saat ini menjadi standar emas dalam psikoterapi. CBT bertujuan untuk mengubah cara seseorang dalam berpikir dan bertindak. Terapi ini sebagian besar melibatkan cara yang menantang keyakinan atau sikap yang tidak membantu seperti generalisasi yang berlebihan seperti "Saya selalu gagal berbicara di depan umum."
Seorang psikoterapis dapat mengajarkan bagaimana cara menerapkan teknik mengubah pikiran seperti itu ke dalam hidup orang yang cenderung berpikir berlebihan. Teknik bervariasi tergantung pada masalah dan tujuannya.
Solusinya dekat dengan Anda. Cobalah mencari cara untuk menghindari kekhawatiran, perenungan, dan pemikiran berlebihan yang membuat Anda merasa paling nyaman.
Comments