top of page
  • Gambar penulisYusrin Ahmad Tosepu

Tentang Aku, Membaca, Kopi Hitam, Ngolah Pikir, Imajinasi, dan Menulis

Diperbarui: 6 Agu 2022


Lagu Dewa 19 “CINTAKAN MEMBAWAMU KEMBALI” dalam video ini, di maknai sebagai panggilan hati untuk kembali menuju tujuan hidup yang telah ditetapkanNya.

---------------------------------------------------------------------------

Tentang Aku Menurut Saya


Aku di mata saya adalah orang yang unik, manusia santuy, enjo, humoris tapi sedikit sensitive dan temperamental terhadap hal yang berkenan dengan kebohongan, irasional, tidak masuk akal, tidak logis dan tidak penting untuk dipikirkan dan atau dipermasalahkan. Dalam aktivitas mengajar pun tak jarang saya motivasi dan cerahkan pikiran mahasiswa akan pentingnya kejujuran, bertidak dan bersikap proporsional, berpikir logis, dan ilmiah.


Begitupula dalam kegiatan perkuliahan, menciptakan situasi mengajar yang aktif dan menyenangkan dan humor menjadi bagian didalam mengajar. Mungkin inilah yang dibilang karakter aku. tidak Aku suka dengan kehidupan ini apa adanya, merencanakan, menata hidup sesuai dengan tujuan hidup tanpa bertele tele dan basa basi. Melakukan apa yang harus dilakukan, berpikir apa yang harus dipikirkan. Mengerjakan pekerjaan yang menjadi kewajiban dan berkarya sesuai dengan hak sebagai manusia yang harus memberi manfaat untuk diri dan orang lain. Bagi saya, bekerja adalah rutinitas, berkarya adalah aktifitas yang penting dan utama.


Intinya, aku dalam kacamata saya adalah sosok rasional, proporsional dan humoris. Tapi kalau soal membaca buku, menulis dan diskusi itu adalah hobi Aku. Dan Diskusi apa pun itu mau yang terkait studi atau stupid adalah satu kegemaran aku, yang penting bisa menghibur dan mencerahkan pikiran, kumpul sama sahabat tertawa bersama-sama.


Mungkin itu pula alasanya hingga hari ini saya lebih enjoy, santai, bila berada café alias warung kopi. Café, warkop dan beraktiftas di kantor dan atau di kampus saya samakan saja hehehe, Warkop aku berikan nama kampus 2. Setelah melaksanakan aktivitas pokok di kampus pasti waktu habis di kafe-warkop, kadang jam 4 sore sudah di warkop. Intinya saya nyaman dengan aktivitas itu, di kafe tentunya tidak asal duduk yah pasti cerita yang bermutu sembari menikmati kopi hitam.


Tentang Membaca


Kegiatan baca buku tidak ada yang mengatur itu alasanya saya suka baca buku, terkadang kesendirianku di ramaikan dengan bacaan-bacaan yang menarik buku-buku kegemaran saya adalah teknologi informasi, komunikasi, Filsafat, bacaan motivasi, dan social lainya. Bagi saya, membaca buku adalah sebuah petualangan tampa batas, saya tidak harus berjabat tangan dengan para penulis, tokoh, penemu, motivator, dan lain sebagainya, tapi lewat membaca saya bisa tau tentang sebagian pikiran cemerlangnya dan sebagian isi dapurnya.


Membaca adalah gerbang untuk masuk dalam dunia yang luas, ia adalah akktivitas yang sangat sederhana tapi implikasinya begitu besar. Ia bisa membentuk seseorang menjadi sosok yang berwawasan, professional dan tentunya cerdas. Tapi idealnya adalah rajin baca buku juga harus sering-sering dibenturkan dengan kejadian di lapangan, jangan hanya menjadi kutu buku. Baca buku lalu di samping ada kopi hitam cukuplah untuk bacaan 1 bab buku. Kreen kan , jadi jangan malas baca buku.


Tentang Kopi Hitam


Banyak yang bilang semua kopi itu sama, kalau warnanya ia sama-sama hitam, tapi kalau rasanya jelas berbeda, aromanya saja berbeda. Hampir semua jenis kopi di Indonesia sudah ku nikmati, dari kopi Lampung, Aceh, Flores, Toraja, Palembang, Kalimantan, Jawa, dan lain lain, Kopi dari berbagai daerah ini masing menyajikan aroma yang khas, seorang penikmat kopi akan menjatuhkan pilihanya pada satu rasa kopi.


Kopi hitam bagiku bisa memberi satu spirit, ini bukan berlebihan, aku tak meminum kopi sehari bawaanya kurang semangat, malas mikir dan ngantuk tapi jika aku meminum kopi bawaanya ingin bercerita intinya ingin beraktivitas sembari menikmati kopi, tak jarang tulisan aku itu berawal dari filosofi kopi hitam, hingga kuberi satu istilah “NGOPI” (ngolah pikir ditemani segelas kopi Hitam).


Kopi hitam memang identik dengan minuman para pria yang suka berimajinasi. Jika wanita menikmati kopi itu tentunya wanita-wanita yang berseni tinggi, ini pengalaman saya berkenalan dengan wanita-wanita penikmat kopi.


Nah, lebih asyik dan seru kalau “ngopi bareng” alias minum kopi bersama rekan, teman, sahabat di kedai kopi alias warkop atau caféshop suasananya lebih hidup. Tak sekedar untuk minum kopi, tetapi juga sebagai tempat ngobrol lepas bahkan diskusi membahas yang remeh temeh sampai yag super serius. Bahkan berkumpul untuk memberikan materi kuliah pada mahasiswa.


Bagi saya, kopi menjadi penghubung bertukar pikiran, baik yang santai maupun yang serius. Sambil menyeruput kopi mendengarkan kawan yang sedang menguraikan gagasan. Tak sebatas berpikir, dalam mencari ide kreatif dan menyelesaikan gagasan pun, tak luput dari secangkir kopi. Bahkan saya menempatkan kopi sebagai sahabat mencari solusi dalam mengerjakan tugas dan ataupun menulis. Hasil olah pikir yang tertuang dalam tulisan dan membukukannya, seringkali dimulai dari Ngopi alias Ngolah Pikir di temani secangkir kopi.

Tentang Ngolah Pikir


Bagiku, ngolah pikir adalah mengubah masa depan dengan pikiran. Ngolah pikir tidak hanya dimaknai sekedar berpikir, tapi mengolah pikiran dengan Penghayatan. Memanfaatkan potensi akal dan pikiran sadar dan bawah sadar untuk IQRA (membaca) yang tersurat maupun tersirat, fenomena dan naumena di semesta ini sebagai tanda tanda kekuasaan sang Pencipta Allah Swt.


Mengelola Pikiran dengan penghayatan membutuhkan keteguhan pendirian karena dalam kehidupan ini pentingnya mengutamakan pikiran. “Hati-hati dengan pikiranmu, karena akan menjadi perkataan, hati-hati dengan perkataanmu karena akan menimbulkan tindakan, dan hati-hati dengan tindakanmu karena akan menjadi kebiasaan”.


Itulah pentingnya kemampuan mengelola pikiran (kognisi) dengan baik karena itu pula yang menentukan perasaan dan emosi (afeksi) kita. Dalam kehidupan ini, keteguhan pikiran sangat diperlukan, terutama untuk menegakkan keyakinan akan yang hak dan memberantas yang bathil, karena keteguhan pikiran akan berdampak pada keteguhan menegakkan keyakinan (keimanan) yang baik dan benar. Hal ini telah dicontohkan secara gamblang sejak empat belas abad yang lalu oleh nabi Muhammad SAW.


Beliau istiqomah dalam menegakkan keyakinan yang benar, akan tetapi pikiran beliau selalu terbuka dengan orang-orang yang berbeda keyakinan. Beliau mengedepankan komunikasi dialogis dengan siapapun untuk mencapai kesepakatan. Pikiran beliau konsisten mengikuti pedoman Al-Qur’an untuk memperjuangkan kebenaran dalam memperbaiki akhlak manusia.


Akan tetapi dalam proses sosialisasi (tabligh) kebenaran (haq) ia juga selalu sabar dan tawakkal dalam menghadapi lawan-lawannya yang berseberangan dalam keyakinan. Saling menasihati akan kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran (Al-Asr: 3). Itulah keunggulan beliau sebagai nabi, rasul dan manusia biasa, yaitu memiliki kemampuan mengelola pikiran dan perasaan dalam menghadapi baik lawan maupun kawan dalam kehidupannya.


Tata kelola pikiran dan perasaan yang tertib dari beliau telah menghasilkan tauladan, bukan hanya perkataan yang sopan dan santun, menyontohkan tindakan yang tepat dan bijak, menjadikan kebiasaan yang baik (akhlaqul karimah), membentuk kepribadian individu-individu yang tangguh, tapi juga membangun kebudayaan manusia yang modern lintas agama sepanjang massa.


Pikiran adalah kekuatan yang dibutuhkan untuk merubah keadaan. Mengolah pikiran adalah cara kita menggunakan akal sebagai kesempurnaan kita sebagai makhluk yang sempurna diantara makhluk lainnya yang diciptakan Allah Swt.


Akal Pikiran diperlukan untuk menuntun hati dan jiwa ke sang pencipta. Berapa banyak ilmu dari pikiran, berapa yang dapat dimanfaatkan untuk keberkahan untuk kemaslahatan diri dan orang banyak. Disitulah muncul istilah “ngolah pikir” untuk mencari lebih banyak ilmu dan pengetahuan sebagai modal menuju pencapaian tujuan kehidupan. Maka itu membuat aku semakin sadar akan pentingnya mengelolah pikiran dengan penuh penghayatan agar aku bisa mengarungi hidup menuju tujuan yang telah ditetapkanNya.


Hidup adalah ketergantungan kepada Sang pemilik kehidupan adalah sesuatu tidak bisa dipungkiri. Korelasi dari “ketergantungan” dimaknai sebagai gerak pikiran, hati, jiwa dan fisik berjalan menuju pencapaian tujuan hidup yang telah ditetapkanNya. Dan tujuan dari hidup adalah pencapaian ketergantungan kepada Sang Pencipta sebagai puncak keabadian.


Deskripsi hidup sesungguhnya adalah persepsi dialektika berpikir, bertindak, berbuat, bergerak menuju samudra pencapaian hidup dengan jembatan keduniaan menuju ke samudera akhirat. Dan sungguh sia sia kehidupan di dunia tanpa pencapaian menuju akhirat. Karena sejatinya hidup untuk kemanfaatan, dan kemanfaatan berbuah keberkahan untuk kemaslahatan. Hidup sesuka kita, pertanggungjawaban ada di kita karena hidup adalah jalanan, bukan masa depan dan masa silam.


Tentang Imajinasi


'Imajinasi adalah alat yang dapat manfaatkan untuk mengubah dunia menjadi lebih baik, lebih berkah, dan lebih indah.'~YAT

Bagiku, batas antara realita dan Impian adalah Imajinasi. Imajinasi adalah permainan bentuk dan ruang dalam pikiran dengan sentuhan seni kehidupan. Tapi kehidupan modern yang keras dan kompetensi hidup yang ketat telah mengikis seni kehidupan demi pencapain kebahagian hidup yang semu, yang pada akhirnya jatuh pada persoalan menang atau kalah. Maka wajar kalau aku terkagum-kagum pada kisah kehidupan para sufi dengan memainkan dan memanfaatkan imajinasi dalam membentuk peradaban hidup mereka.


Mengajar, belajar, menulis dan bermain bersama Imajinasi. Imajinasi dan kreativitas tidak hanya dikaitkan dengan pekerjaan yang berhubungan dengan seni dan literasi, apakah itu lukisan, desain, film, maupun tulisan, padahal menutrisi pikiran dengan pemikiran kreatif dan imajinatif tidak terbatas pada pekerjaan di bidang seni saja.


Peradaban modern lahir karena adanya perubahan, perubahan itu lahir karena adanya ide, dan ide itu lahir sebagai buah kreativitas dan imajinasi. Di era informasi pengetahuan saat ini, imajinasi yang menjadi alat perang kita bukan cuma untuk mencari solusi dari masalah dan situasi yang sedang dihadapi, tapi juga perangkat utama untuk membuat kita lebih fleksibel dalam menghadapi apapun. Yang selalu berubah tidak akan membuat kita takut, yang terlihat statis tidak akan membuat kita bosan.


Sebagai pengajar, tentu imajinasi menjadi bahan bakarku melahirkan kisah, mengubah segala macam yang bersentuhan dengan keseharianku menjadi ide cerita. Namun yang tidak banyak orang tahu, imajinasi dan kreativitas juga menjadi sesuatu yang tidak dapat kulepaskan dari aktifitas sebagai pengajar dan penulis. Aku selalu melihat pekerjaanku sebagai bagian dari kemanusiaan. Mengajar itu membuka pikiran peserta didik untuk melihat kehidupan dengan kacamata ilmu pengetahuan. Menulis itu menghadirkan cermin atas realita dalam bentuk narasi yang tertata, menciptakan jembatan antara manusia lewat tulisan.


Dalam dunia perdosenan, aku tidak hanya berurusan dengan belajar mengajar dan akademik, namun cerita di balik aktifitas tersebut. Mahasiswa, kampus, rekan dosen, semuanya manusia yang punya kebutuhan, punya karakternya masing-masing, dan tidak akan pernah konstan. Tantangannya banyak berhubungan dengan metode strategi mengajar, memberi makna pada pembelajaran, menemukan kesempatan di balik tantangan. Tanpa ‘menghidupkan’ tombol imajinasi dan kreativitas di kepalaku, cerita itu mungkin tidak akan bisa kutemukan.


Situasi hidup sekarang ini, menuntut aku harus pintar-pintar menyikapi keadaan, mencoba untuk tidak ketinggalan di arus hidup yang serasa makin cepat. Hidup memang tidak akan menunggu siapapun, tapi kita selalu butuh jeda untuk bisa melihat sesuatu lebih jelas, untuk bisa berpikir, untuk bisa membebaskan benak bereksplorasi. Begitu juga aku ‘memperlakukan’ kegiatan mengajar dan atapun menulis tidak ada unsur pemaksaan sampai harus mencapai target tertentu; jadi guru besar atau best-seller, menerbitkan lebih banyak buku dalam setahun, atau meraih penghargaan.


Satu buku bisa butuh berbulan bulan untuk selesai kutulis – Analisa perancangan sistem informasi lebih dari 6 bulan, Media baru dalam Komunikasi politik lebih dari tujuh bulan, Arah Perkembangan pendidikan tinggi Indonesia lebih dari 10 bulan, Opini publik dan Jajak pendapat lebih dari 9 bulan dan ini memasuki bulan ke tiga aku mengerjakan buku terkiniku yang judulnya Humor, Dosen dan Pembelajaran.


Bagiku seni menulis adalah mengolah gagasan menjadi sesuatu yang punya makna tertentu ke pembaca, dan pencapaian terbesar bagiku sebagai penulis adalah ketika pembaca bisa mengimplementasikan ide gagasan dalam tulisan itu, bisa ‘memaknai’-nya dengan merefleksikannya pada kehidupan nyata. Begitupula dalam mengajar sebagai seni membelajarkan peserta didik dengan ilmu, pengetahuan dan “nilai-softskill”.


Imajinasi dan Inspirasi sendiri bisa datang dari mana saja, setiap hal yang ‘bersentuhan’ dengan hidupku bisa menjelma menjadi cerita. Kuncinya ada di diriku sendiri, apakah aku membiarkan kepalaku, hatiku, dan segenap inderaku menampung segala pengalaman dan sensasi tadi lalu mengubahnya menjadi inspirasi dan memasaknya menjadi cerita. Peristiwa, orang yang diajak berdiskusi, tempat yang dikunjungi, musik yang didengarkan, film yang ditonton, bahkan emosi yang dirasakan, semuanya ini bisa membangkitkan imajinasi jadi benih inspirasi.


Pernah aku menulis di FB: “Hidup adalah seni bagi mereka yang berpikir, permainan bagi mereka yang mengejar dunia.” Aku percaya seni berpikir dalam diri kita bisa diubah-fungsi menjadi karya. Seni berpikir dan pola pikir sesuatu yang sangat-sangat personal bagi setiap orang. Mengizinkan diri untuk berpikiran terbuka (open minded) berarti membuka pintu untuk ‘Merangkul rasa’ akan menjadikan kita orang yang lebih imajinatif, grounded, lebih realistis, dan lebih berani berekspresi.


Sebuah pertanyaan pernah mampir di telingaku, apa yang akan aku lakukan jika menjadi pengajar sukses. Tetap mengajar dengan menggembirakan peserta didik. Semangat berbagi pengetahuan tanpa dibatasi ruang dan waktu. Ini yang terpenting, ketika peserta didik terguggah dan menyenangkan dalam perkuliahan mereka pun termotivasi belajar dan capain pembelajaran akan tercapai. Bukankah ini yang di kehendaki pendidikan tinggi kekinian?


Begitupula, Apa yang akan aku lakukan jika menjadi penulis besar. Tetap menulis. Berbagi tulisan, dan mengajak lebih banyak lagi orang untuk ikut menulis. Ini yang terpenting, ketika orang-orang terinspirasi oleh tulisanku, dan mereka pun ikut menulis. Bukankah ini sebuah mata rantai kehidupan yang baik? Setiap kita adalah sejarah bagi yang lain. Ilmu yang tidak akan habis, dan nyawa yang akan tetap hidup.


Tentang Menulis


“Dengan Menulis, aku telah menciptakan duniaku sendiri’.~YAT

Bagiku, menulis adalah pekerjaan yang mengasikan dan penuh tantangan. Mungkin bagi sebagian orang, berangkali menulis adalah pekerjaan berat dan membosankan. Ada banyak sekali nama penulis yang telah menorehkan mahakarya yang menjadi inspirasi generasi sekarang ini. Aku mengagumi mereka yang telah mencurahkan pikiran dan tenaganya untuk melahirkan ide-gagasan, pemikiran untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan melalui sebuah tulisan.


Saya suka menulis walaupun itu hanya sekedar cacatan pinggir dari kehidupan saya pribadi sebagai sebuah langkah awal untuk membiasakan diri menulis. Nantinya, akan menjadi tempat pengungkapan semua yang tidak bisa ungkapkan secara langsung, seperti ungkapan perasaan dan ide-ide kehidupan yang diciptakan melalui kata-kata. Akan banyak karya disini, seperti opini, artikel, dan tulisan lepas lainnya.


Sebagai seorang awam dan otodidak, tentunya karya-karya yang dihasilkan tidak lebih bagus dari mereka yang telah lama menjadi seorang penulis dan ataupun pengarang besar yang selalu kukagumi. Bahkan mungkin kata-kata yang tersusun tidaklah tepat dan benar. Disini, peran berlatih untuk selalu menulis sangatlah penting, untuk perbaikan kedepannya sehingga akan bisa membuat karya yang lebih baik lagi dari sebelumnya.


Namun, yang terpenting adalah bisa membuat sesuatu dari hal yang kecil dan sederhanan melalui kata-kata demi kata akhirnya tersusun narasi sebuah tulisan yang indah. Bagiku, menulis merupakan salah satu ketrampilan berbahasa secara produktif. Artinya, seorang penulis menghasilkan lambang-lambang bahasa dalam bentuk tulisan. Kemampuan menulis juga merupakan kemampuan yang saling berkaitan dengan kemampuan membaca ,menyimak, dan mengembangkan ide atau gagasan. Dan kemampuan menulis dapat dimiliki seseorang dengan cara berlatih secara tekun.


Menulis pada dasarnya adalah merangkai ide dan gagasan yang diwujudkan kedalam suatu tulisan secara lengkap sehingga dapat dibaca oleh orang lain. Menulis merupakan rangkaian proses mengungkapkan pikiran, perasaan, pendapat, pengalaman dan sikap penulis kepada pembaca agar pembaca dapat memahami apa yang diungkapkan penulis. Bagiku, menulis sebagai alat komunikasi, juga berfungsi sebagai alat untuk mengekspresikan diri. Dalam hal ini aku dapat menceritakan tentang pengalaman, pendapat, pengetahuan, keinginan, perasaan sampai gejolak kalbuku.


Aku menyadari waktu berlalu begitu cepat, sehingga tanpa terasa, usia terus bertambah dan tentunya juga harus dibarengi dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan pengalaman yang peroleh kita dalam mengarunggi kehidupan ini. Menjalani rutinitas sehari-hari terkadang terasa begitu melelahkan bahkan kadang jenuh dan membosankan. Segala permasalahan serta emosi pun rasanya bercampur menjadi satu. Oleh karena itu aku perlu mengelola pikiran dengan baik dan benar. Dengan menulis, perasaanku menjadi lebih lega dan tenang.


Meluangkan waktu beberapa menit dalam sehari untuk menuliskan apa yang ada di pikiran serta perasaan yang sedang bergumul di dalam batin. Dengan menulis aku bisa menyingkirkan ketegangan fisik dan pikiran, dan tentunya membuat aku lebih santai menyikapi dinamika dan problema hidup. Meluapkan perasaan dengan menulis adalah sebuah terapi yang membuat aku lebih rileks. Dengan menulis, perasaanku akan menjadi lebih lega dan tenang.


193 tampilan
bottom of page