Jejak Digital itu Kejam, Bijaklah dalam Menggunakan Internet
- Yusrin Ahmad Tosepu
- 5 Apr 2019
- 7 menit membaca
Diperbarui: 1 Jul 2020
"Cukup tinggalkan jejak jarimu, tapi jangan jejak digitalmu"~Yusrin Ahmad Tosepu
Mengenal Jejak Digital
Era digital mampu membuat hidup lebih mudah. Dengan adanya internet, orang mampu berkomunikasi dengan lebih mudah. Dengan adanya mesin pencari, orang mampu mencari informasi dengan lebih mudah. Dengan adanya situs dan aplikasi penunjang kerja, orang mampu bekerja dengan lebih mudah.
Disisi lain dari pengunaan internet telah menghasilkan jejak digital jauh lebih banyak dibandingkan dari waktu sebelumnya. Hal ini terjadi karena penggunaan smartphone jauh lebih berkembang sampai 2,32 miliar pengguna dari seluruh dunia.
Apa itu Jejak Digital?
Jejak digital adalah segala rekaman jejak perjalanan seseorang yang terekam melalui aplikasi smartphone seperti GPS, media sosial, bahkan email. Keseluruhan data digital yang membentuk jejak digital merupakan yang tersimpan di komputer maupun yang tersimpan online.
Jejak digital milikmu adalah kumpulan dokumen digital maupun akun digital yang telah kamu buat atau unggah.
TechTerms juga membagi jejak digital menjadi dua jenis, pasif dan aktif. Jejak digital pasif adalah data yang 'ditinggalkan' tanpa sadar oleh pengguna ketika berselancar di dunia maya.
Contohnya adalah ketika mengunjungi sebuah situs, maka server tempat situs itu tersimpan mungkin akan menyimpan alamat IP pengunjungnya. Dari alamat IP itu bisa dikenali internet service provider (ISP) yang dipakai, termasuk perkiraan lokasi pengakses situs tersebut.
Alamat IP kecuali yang statis memang akan terus berubah dan tak menyimpan informasi personal pemakainya, namun alamat ini tetap masuk dalam kategori jejak digital. Contoh lain dari jejak digital pasif adalah search history, yang biasanya disimpan oleh mesin pencari ketika kita login dan menggunakan layanan mereka.
Sementara jejak digital aktif adalah data atau informasi yang dengan sengaja diunggah oleh seseorang ke dunia maya. Mengirimkan email adalah salah satu contoh dari jejak digital jenis ini. Karena kebanyakan orang menyimpan email secara online, pesan yang dikirimkan lewat email ini cenderung akan tersimpan dalam jangka waktu yang lama.
Namun jejak digital aktif yang paling populer saat ini tentulah blog dan media sosial. Setiap kicauan yang dikirimkan ke Twitter, setiap update status yang dipublikasikan lewat Facebook, dan setiap foto yang diposting ke Instagram adalah jejak digital aktif.
Semakin lama anda berkutat di media sosial, maka jejak digital anda akan semakin besar. Bahkan untuk hal sepele seperti me-like sebuah laman di Facebook pun akan tercatat sebagai sebuah jejak digital, karena data tersebut akan tersimpan di server Facebook.
Semua orang yang menggunakan internet tentu akan mempunyai jejak digital, jadi ini bukanlah sebuah hal yang seharusnya dikhawatirkan. Namun hal yang harus dikhawatirkan adalah data atau informasi apa yang kita tinggalkan di dunia maya, karena suatu saat data tersebut bisa disalahgunakan oleh orang atau pihak lain.
Jejak digital itu bisa ditemukan dengan mudah dalam bentuk foto, video maupun informasi-informasi di sosial media.
Jejak Digital di Google dan Media Sosial
Lewat google dan media sosialmu juga bisa menjadi jejak digital yang paling akurat tentang seseorang. Jika kamu mengatifkan tombol riwayat lokasi, jejak digital ke mana saja lokasi yang pernah kamu datangi dapat dengan mudah untuk diketahui.
Tentunya jika GPS di smartphone-mu selalu aktif. Seseorang bisa mengetahui di mana rumahmu, di mana kamu sedang berada, atau bahkan mengetahui rumah teman-teman yang pernah kamu datangi.
Jejak digital sebenarnya sangat bermanfaat bagi kebutuhan pribadi seseorang. Akan tetapi, kehadirannya bisa menjadi āsenjata makan tuanā bagi pengguna apabila terlalu āterbukaā terhadap informasi yang dibagikan di media online.
Waspada terhadap jejak digital kini perlu lebih diperhatikan untuk meminimalisasi informasi pribadi kita disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Bijaklah dalam Bermedia Sosial
Sebagai pengguna social media yang pintar dan bijak sudah tentu paham dengan apa yang namanya privasi dalam dalam bermedia social, mana konten yang sifatnya public dan aman yang pribadi.
Setiap apa yang kita posting tersebut merupakan jejak digital yang mungkin akan dilihat di waktu mendatang dan mungkin sudah dalam kondisi yang berbeda sehingga apa yang kita posting dulu sdh tdk relevan dengan sekarang.
Seperti halnya dlm dunia politik, dulu tokoh ini bilang A dan sekarang bilang B tentang lawan politiknya yang artinya mungkin dia tidak konsisten dengan pernyataannya dulu dan sekarang, itu semua karena politik itu dinamis.
Saya tidak akan membahas tentang politik, saya hanya berbagi tentang kejamnya jejak digital saat ini agar kita lebih bijak dalam membuat konten di media social.. Kita harus benar benar dipisahkan mana konten yang isa dikonsumsi publik dan mana konten pribadi jangan sampai keduanya itu dicampur adukan.
Konten public bisa dilihat siap saja yang berada di facebook dan bahkan diluar media facebook seperti mesin pencari di internet. Konten akan menyebar secara luas tanpa bisa kita control semuanya. Selain itu, konten yang bersifat public akan sangat mudah dibagikan secara online dan juga bisa diunduh ke offline dan kemudian dibagikan lagi orang lain di media miliknya.
Jika dalam konten itu ada nama atau wajah atau watermark milik dan kemudian konten tersebut bermasalah di kemudian hari dan kita ingin menghapus konten tersebut tentu kita tidak bisa melakukannya karena tidak ada pada kendali kita
.Oleh sebab itu sekali lagi silakan bedakan mana konten publik dan mana konten pribadi. Kadang kalau sedang merasa naik daun kita lupa dengan dua hal tersebut mana milik pribadi dan mana milik orang lain.
Namun, di era digital ini Sebagian orang tak lagi bisa membedakan mana konten public dan mana konten pribadi. Segala sesuatu di dunia nyata dianggap maya karena belum dipublikasikan di dunia maya. Dunia maya dianggap nyata karena telah ada, tertulis dan meninggalkan jejaknya.
Banyak orang menggunakan media sosial (Medsos) untuk mengungkapkan segala curahan hati dan idenya. Agar publik tau apa yang menjadi gagasannya. Selain itu dengan tulisan-tulisannya dia berharap mendapatkan dukungan dan komentar yang menguatkan.
Pengguna medsos seperti berefuoria. Tanpa pikir panjang dan pertimbangan matang mengunggah segala bentuk informasi baik bersifat pribadi maupun umum dalam bentuk video, gambar maupun tulisan. Tidak berpikir dampak yang diperoleh kelak suatu hari nanti.
Simak konten mendso di Indonesia saat tahun-tahun politik, medsos seolah-olah memiliki peran penting dalam memengaruhi dan membentuk pola pikir serta opini publik. Unggahan-unggahan, cuitan-cuitan secara lantang bertebaran di laman-laman medsos. Kemudian dibagikan oleh pendukungnya, dikomentari, dan akhirnya banyak yang menjadi viral.
Tak lagi memandang konten itu viral negatif atau positif. Masyarakat latah hanya karena 'ingin seperti teman', aktif dan eksis di dunia maya.
Kebiasaan baru masyarakat pengguna medsos yang latah banyak yang tak memahami bagaimana sebaiknya menggunakannya dengan bijak. Apakah akan berdampak positif atau justru memicu konflik saat berbicara di dunia maya. Di mana kecepatan penyebaran informasi sangatlah cepat sepersekian detik sudah menyebar ke seantero belahan dunia.
Jika tanpa pertimbangan matang, medsos akan meninggalkan jejak yang sangat kejam. Kalimat-kalimat unggahan yang memicu konflik, merendahkan orang lain, isue sara akan dituai akibatnya oleh penggunanya sendiri.
Meskipun begitu masih banyak pula konten positif untuk kebaikan, namun publik harus sangat selektif dan harhati-hati. Harus merunut dengan baik, tau sumber jelasnya dari mana.
Atas dasar tanpa banyak pertimbangan dalam bermedia sosial banyak kita lihat kekejaman dunia maya yang merugikan penggunanya. Sebagai contoh, ada artis yang jadi viral karena unggahan video yang membuka aibnya. Ada lagi video penghinaan sehingga terjerat hukum. Tulisan di blog yang dibagikan banyak pengguna, ternyata akun abal-abal yang bertujuan memecah belah persatuan bangsa.
Bahkan para tokoh, politisi maupun pejabat public pun dengan kalimat terbuka menyampaikan gagasan dan pemikirannya yang menjadi polemic public karena dianggap memiliki muatan ujaran kebencian, dan isue SARA.
Dari banyaknya pengalaman bermedsos itulah akan lebih baik jika pengguna memanfaatkannya dengan bijak. Semakin sering menggunakan medsos pada akhirnya akan tau bagaimana menggunakannya dengan bijak.
Untuk itu sebisa mungkin hindari hal-hal di bawah ini agar tak menuai jejak digital yang akibatnya sangat merugikan diri sendiri dan orang lain.
1. Curhat
Setiap orang pasti akan mengungkapkan seluruh isi hatinya agar perasaan bisa lega. 'Uneg-uneg' bisa keluar semua tanpa membebani pikiran. Namun perlu dipahami bahwa curhatan hanya boleh dilakukan dengan orang yang dipercaya saja.
Medsos adalah ranah publik yang sebaiknya tidak dijadikan ajang curahan hati. Tersebab, dengan curhat pengguna seperti menelanjangi diri sendiri.
Bisa jadi membuka aib diri dan keluarga. Hal ini juga bisa menyebabkan kejahatan yang bersumber dari curhat. Misal curhat tentang keberadaannya saat itu, justru akan dimanfaatkan orang jahat terhadap dirinya. Sungguh akibatnya sangat fatal.
2. Isue SARA
Jangan sekali-kali mengunggah konten di medsos yang memicu konflik karena isue SARA. Karena isue ini mudah sekali 'digoreng'. Apalagi di Indonesia yang notabene memiliki suku yang banyak dan terdiri dari berbagai agama.
Bagi yang merasa mayoritas bisa merasa dihina yang minoritas merasa dipinggirkan. Untuk itulah konten SARA tidak dianjurkan diunggah di medsos apapun.
3. Merendahkan orang lain
Pengguna medsos kadang-kadang tidak menyadari bahwa kalimat-kalimatnya terbilang merendahkan orang lain. Setelah menuai banyak protes baru sadar dan akhirnya minta maaf. Hal ini tentu menjadi satu hal layaknya 'nasi telah menjadi bubur'.
Saat sudah menyebar tak bisa ditarik kembali. Meskipun telah dihapus, jejaknya sudah terekam pengguna lainnya. Konten positif, sekali lagi menjadi pilihan yang lebih baik.
4. Unggah foto tak berperikemanusiaan
Masyarakat pengguna medsos tentu harus banyak belajar dengan apa yang diunggah di medsos. Jangan karena alasan ingin viral dan terkenal mengesampingkan perikemanusiaan. Bisa dibayangkan saat foto korban kecelakaan, foto mayat, foto pelaku kejahatan diunggah begitu saja tanpa sensor.
Dampaknya keluarga bisa tidak terima, membuat resah masyarakat, mempermalukan orang lain, menjadi kejahatan visual karena tanpa 'tedheng aling-aling' apa adanya.
Penggunaan medsos seharusnya tetap memegang perikemanusiaan, meskipun di jaman teknologi harus tetap menggunakan hati dan perasaan. Kita kembalikan pada diri sendiri, jika itu dialami oleh kita sendiri rasanya seperti apa, tentu tak mau bukan?
Untuk itulah sebaiknya pengguna medsos berhati-hati. Selalu menyeleksi postingan atau konten yang akan ditampilkan. Membaca tuntas konten informasi sebelum komentar dan mengunggah kembali konten tersebut.
Pastikan konten tersebut mencantumkan sumber yang jelas. Dari mana sumber bacaan dan rujukannya. Siapa pemilik akunnya, apakah bisa dipercaya atau sekadar akun abal-abal yang ingin menyebarkan berita dan informasi hoax.
Jadi buatlah postingan atau konten yang isinya tidak akan menjadi masalah Konten yang aman dari hak cipta dan jangan pernah mengklaim milik orang lain meskipun konten tsb tanpa hak cipta. Sebaiknya bikin konten yang original
Sebaiknya tidak merepost informasi yang belum jelas. Hal ini sering terjadi di medsos. Informasi sudah viral dibagikan jutaan orang, ternyata berita hoax yang tidak benar. Jadi berpikir seribu kali sebelum unggah kembali. Karena salah-salah justru semakin banyak orang teracuni.
Akan lebih bermanfaat jika medsos digunakan mengembangkan diri. Misalnya dengan menyemai informasi yang bermanfaat kepada khalayk. Membangun komunikasi dengan komunkitas profesi atau dengan komunitas hobi yang sama sehingga mampu mengembangkan diri.
Mencari portal-portal informasi yang bagus sehingga akan meningkatkan pendidikan, pengetahuan, dan karir seseorang. Sehingga medsos benar-benar dapat dimaksimalkan dengan baik.
Selain hal tersebut, medsos juga dapat kita gunakan untuk meningkatkan produktivitas. Saat ini marak marketing dan selling online, jika dimanfaatkan dengan baik akan dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan. Medsos juga bisa meningkatkan produktivitas menulis.
Nah, lebih baik bermedsos dengan bijak dari pada melakukan sesuatu yang merugikan diri dan orang lain di media social.
Comments