top of page

Lakukan 7 Hal Ini Jika Ingin Selalu Miskin

  • Gambar penulis: Yusrin Ahmad Tosepu
    Yusrin Ahmad Tosepu
  • 23 Jun 2022
  • 2 menit membaca

Diperbarui: 11 Jul 2022



Miskin adalah orang yang penghasilannya tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, meskipun sudah bekerja sepanjang waktu. Secara istilah, miskin adalah adalah orang yang memiliki harta dan pekerjaan, namun tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. Sedangkan kaya memiliki arti yang beragam pada setiap orang. Tapi pada akhirnya, tujuan dari menjadi kaya adalah mendapatkan kebebasan keuangan supaya dapat meraih cita-cita dan standar hidup tertentu.


Apapun pekerjaan, pendidikan, dan gaya hidupnya, banyak orang ingin meraih kebebasan keuangan dan sulit mendapatkannya. Kabar baiknya, tidak ada kata terlambat untuk menjadi kaya, asalkan ada kemauan.


Nah, ada beberapa alasan mengapa Anda selalu miskin dan tidak kunjung mencukupi kebutuhan hidup Anda meskipun Anda telah memiliki penghasilan dan dan sudah bekerja sepanjang waktu.


Berikut 7 hal yg menyebabkan mengapa penghasilan anda tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari alias selalu kekurangan:


1. Boros : Menghabiskan uang cenderung memenuhi keinginan bukan kebutuhan


Memang menyenangkan membeli barang-barang yg diinginkan. Kalaupun tidak mahal, Anda akan sulit kaya dengan gaya hidup membeli barang yang tidak dibutuhkan.


Rasa bersalah mungkin hanya muncul ketika Anda menyadari bahwa masih banyak kebutuhan yang terpenuhi. Penyakit boros ini akan menjadi kronis kalau Anda tidak segera mengubahnya. Belanjalah sesuai kebutuhan bukan memenuhi keinginan.


2. Tidak punya perencanaan keuangan yang baik


Tanpa rencana jangka pendek, menengah, dan panjang, cita-cita menjadi kaya hanyalah sebuah dongeng belaka. Dan hal ini bisa menjadi alasan Anda untuk tetap menghamburkan uang dan sedikit menabung. Membuat rencana keuangan memang sangat mengintimidasi. Yang penting, buatlah prioritas tujuan dan tuliskan rencana tersebut di tempat-tempat Anda mudah mengingatnya.


3. Tidak punya dana darurat


Anda mungkin sering mendengar teori soal dana darurat. Dalam rekening tersebut harus terdapat nominal sebesar enam kali gaji bulanan Anda. Tapi pada prakteknya, dana ini sering habis untuk pengeluaran tidak terencana, seperti perbaikan rumah, membayar tagihan rumah sakit, dan sebagainya. Ketika situasi itu terjadi memang lebih baik memakai dana darurat.


4. Tidak Menabung


Dalam hitungan hari, bulan, dan tahun tanpa menabung, pendapatan Anda akan menipis. Menabung adalah bisa dalam bentuk menyimpan uang dan berinvestasi.


Bahkan ketika Anda dalam kondisi berutang, menyimpan sedikit uang akan sangat membantu proses ini. Semakin cepat Anda melakukannya, semakin mudah meningkatkan jumlahnya.


5. Banyak mengeluh daripada berkomitmen


Banyak alasan untuk tidak menabung atau berinvestasi. Uang habis, banyak membayar utang, pendapatan kurang, dan lainnya.


Mudah sekali mejadi malas dan membiarkan kebiasaan buruk menghabisi uang Anda. Saatnya berubah dan fokus untuk mengambil tanggung jawab keuangan Anda.


6. Hidup hanya untuk saat ini bukan masa depan


Memang sulit membayangkan masa pensiun ketika sekarang saja banyak kebutuhan dan pengeluaran., keluarga perlu makan, dan lainnya. Masalahnya, kadang ada masa ketika Anda merasa impulsif dan membeli barang-barang tidak perlu. Buang kebiasaan "beli sekarang, khawatirkan nanti," dan ganti dengan "menabung sekarang. Dinikmati hasilnya nanti.


7. Tidak berinvestasi


Manusia condong menjadi makhluk impulsif dan serakah. Hal ini membuatnya kurang disiplin dalam menabung. Saatnya Anda mengambil opsi untuk berinvestasi agar bisa meningkatkan tabungan.


 
 
 

Postingan Terakhir

Lihat Semua
Bahaya Kesombongan Intelektual

Intelektual yang ideal adalah yang semakin alim, maka kian takut kepada Allah. Sikap sombong (al-kibr) adalah sebuah penyakit hati....

 
 
 
Kebahagiaan Sejati

Pandangan umum yang menganggap kebahagiaan dapat ditemukan dengan memiliki lebih banyak uang, lebih banyak barang, lebih banyak status...

 
 
 

Comments


© 2018 by Yusrin Ahmad Tosepu. Makassar, Sulawesi Selatan. Indonesia 

bottom of page