Kaitan Antara Peradaban Dan Pendidikan
- Yusrin Ahmad Tosepu
- 5 Apr 2018
- 12 menit membaca
Diperbarui: 1 Jul 2020
Membangun peradaban hidup yang lebih baik diperlukan peran pendidikan. Pendidikan dalam arti luas, yaitu sebuah proses pemanusiaan, yang dapat terjadi dimana saja, dan sepanjang kehidupan.
Tulisan ini menegaskan bahwa pendidikan itu bermakna universal, dan mempunyai peranan penting dalam membangun sebuah peradaban.
Esensinya ialah bahwa maju mundurnya sebuah peradaban sangat ditentukan oleh kualitas individu dan masyarakatnya.
Kualitas individu dan masyarakatnya ditentukan oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi ditentukan oleh proses pendidikan dengan segala aspeknya.
Makna Peradaban dan Pendidikan
Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya, sekalipun dalam masyarakat yang masih terbelakang (primitif).
Pendidikan sebagai usaha sadar yang dibutuhkan untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang perannya di masa datang. Upaya pendidikan yang dilakukan oleh suatu bangsa tentu memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan rekayasa bangsa di masa mendatang, karena pendidikan merupakan salah satu kebutuhan asasi manusia.
Bahkan M. Natsir menegaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan maju mundurnya kehidupan masyarakat tersebut.
Peradaban ialah suatu keseluruhan yang kompleks yang meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan sikap kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai warga masyarakat.
Konsep dari āperadabanā digunakan sebagai sinonim untuk ābudaya (dan sering moral) Keunggulan dari kelompok tertentu.ā Dalam artian yang sama, peradaban dapat berarti āperbaikan pemikiran, tata krama, atau rasaā.
āPeradabanā dapat juga digunakan dalam konteks luas untuk merujuk pada seluruh atau tingkat pencapaian manusia dan penyebarannya (peradaban manusia atau peradaban global).
Istilah peradaban sendiri sebenarnya bisa digunakan sebagai sebuah upaya manusia untuk memakmurkan dirinya dan kehidupannya.
Peradaban adalah bentuk budaya paling tinggi dari suatu kelompok masyarakat yang dibedakan secara nyata dari makhluk-makhluk lainnya. Peradaban mencerminkan kualitas kehidupan manusia dalam masyarakat. Kualitasnya diukur dari ketentraman (human security), kedamaian (peacefull), keadilan (justice), kesejahteraan (welfare) yang merata.
Dalam membangun peradaban, masyarakat harus berupaya untuk mewujudkan tatanan hidup yang lebih baik dengan meningkatkan taraf pendidikan yang memadai, penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Dalam membangun peradaban hidup, masyarakat harus membangun sumber daya manusia yang terampil memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, berbudaya dan bermoral yang berakar dari agama.
Selain agama faktor terpenting lainnya dalam membangun peradaban hidup adalah tradisi keilmuan. Salah satu upaya untuk membangun tradisi keilmuan yang tinggi adalah melalui pendidikan. Dengan pendidikan, generasi muda akan mampu mengemban tanggung jawab. Mereka juga akan mampu memelihara dan meningkatkan mutu dari hasil-hasil positif masa lalu.
Peradaban hidup sangat ditentukan oleh mutu berkarya dari sumber daya manusianya. Upaya pengembangan sumberdaya manusia yang bermutu yakni melalui pendidikan. Selanjutnya B.J. Habibie (2009: 36) menjelaskan bahwa tiga tiang peradaban yang diperlukan dan dikembangkan untuk membangun peradaban hidup yang maju, sejahtera, mandiri dan kuat adalah manusia-manusia yang memiliki keunggulan yaitu āHO2ā, āHatiā (iman dan taqwa), āOtakā (ilmu pengetahuan), dan āOtotā (teknologi).
Pendidikan sebagai titik sumbu untuk menyalakan ambisi dan motivasi kemajuan peradaban hidup setiap individu dan masyarakat. Pendidikan adalah factor utama dan cara paling efektif bagi kemajuan masyarakat, karena pendidikan dengan penguasaan pengetahuan dapat menghasilkan orang-orang yang mampu membangun peradabannya dimasa mendatang.
Penguasaan pengetahuan itu merupakan cara terpenting untuk membangun peradaban manusia. Jika individu-individu yang berpengetahuan berakumulasi dalam sebuah masyarakat, maka dapat dikatakan sebagai indikator masyarakat yang bersangkutan telah membangun peradabannya dengan berhasil.
Fungsi dan Peran Pendidikan Dalam Membangun Peradaban
Pendidikan dalam arti luas menjadi isu strategis, dalam menjawab segala persoalan berkaitan dengan pembangunan peradaban yang lebih manusiawi, santun dan cerdas. Peran utama pendidikan ialah sebagai instrumen sekaligus pelaku untuk perubahan mind set dalam istilah populer kekinian disebut revolusi mental.
Jika arah kebijakan bertumpu pada mutu sebagai orientasi pendidikan, maka seluruh stake holder harus memiliki mind set yang sama, untuk mengubah orientasi pendidikannya ke arah mutu. Selain itu pendidikan juga berperanan sebagai pusat pembudayaan nilai-nilai. Nilai-nilai penting yang perlu dibudayakan ialah nilai kejujuran, nilai disiplin, nilai sopan santun, nilai keadilan, nilai empati, dan nilai-nilai kearifan lainnya.
Pendidikan juga berperanan sebagai pembebasan. Dalam konteks sosial ternyata manusia memerlukan instrumen pendidikan sebagai pembebasan. Pembebasan dari kebodohan menjadi konsep utamanya.
Konsep utama ini yang berupa kebodohan umat manusia, mempunyai relasi yang sangat lekat dengan kemiskinan, kemiskinan bisa bermuara kembali kepada kebodohan, membentuk lingkaran yang oleh Bourdieu disebut sebagai pembenaran dari teori reproduksi kelas.
Kelas anak-anak pinggiran yang bodoh dan miskin, senantiasa berada pada kelas marginal, dan pada konteks reproduksi maka kelas marginal dapat dipastikan akan mewariskan hak istimewanya kepada generasi berikutnya.
Oleh Pulo Preire disebut dengan pendidikan kaum tertindas, yaitu; untuk memutus mata rantai reproduksi kelas marginal yang identik dengan kemiskinan dan kebodohan, maka diperlukan pendidikan.
Berbagai upaya pembaharuan pendidikan telah dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan namun sejauh ini belum menampakkan hasil maksimal. Sistem pendidikan yang dibangun harus disesuaikan dengan tuntutan zamannya, agar pendidikan dapat menghasilkan outcome yang relevan dengan tuntutan zaman.
Peranan pendidikan sangat besar pengaruhnya dalam membangun peradaban hidup. Pendidikan bertujuan mencetak generasi agar lebih berprestasi dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu dengan tambahan nilai-nilai moral dan tingkah laku yang telah menjadi sebuah harapan bangsa tersebut. Peradaban hidup suatu masyarakat tergantung dangan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki.
Tidak ada kegiatan yang lepas dari peran pendidikan. Sebab utama mengapa pendidikan berpengaruh terhadap setiap kegiatan dalam kehidupan karena faktor manusia. Peran manusia sangat menentukan dalam pelaksanaan berbagai kegiatan itu, juga ketika terjadi kemajuan teknologi yang amat pesat.
Dengan pendidikan kita transfer dan tumbuhkan pada Manusia nilai-nilai, kecerdasan dan kecakapan, serta sikap mental yang ulet dan tangguh. Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk menyampaikan kepada orang atau pihak lain segala hal untuk menjadikannya mampu berkembang menjadi manusia yang lebih baik, lebih bermutu, dan dapat berperan lebih baik pula dalam kehidupan lingkungannya dan masyarakatnya.
Hal yang disampaikan itu meliputi sistem nilai, pengetahuan, pandangan, kecakapan dan pengalaman. Makin baik penyampaian itu, makin besar kemungkinan manusia menjadi bermartabat. Dan makin baik perannya dalam kehidupan lingkungan dan masyarakatnya. Itu juga menjadi persiapan yang baik untuk menghadapi pekerjaan dan kehidupan, menjadikan manusia makin mampu melakukan pekerjaannya.
Pada dasarnya pendidikan dilakukan di lingkungan keluarga. Pendidikan di Lingkungan Keluarga menjadi landasan segenap usaha pendidikan sepanjang hidup manusia. Kelurga merupakan tempat pertama bagi pembentukan sebuah karakter pada setiap individu.
Di dalam keluarga tercermin jalinan kasih dan cinta, kekerabatan sangat mendominasi yang kuat. Kegagalan keluarga dalam membentuk sebuah karakter pada anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter. Oleh karena itu, setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa pembentukan karakter dimulai di lingkungan keluarga.
Pendidikan sebagai penyangga peradaban
Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya pewarisan nilai, yang akan menjadi penolong dan menuntun masyarakat dan atau umat manusia dalam menjalani kehidupan dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan perdaban umat manusia.
Tanpa pendidikan maka diyakini manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi masa lampau yang dibanding dengan manusia masa sekarang jelas sangat tertinggal baik kualitas kehidupan maupun proses-proses merancang masa depannya. Secara ekstrim bahkan dapat dikatakan, maju mundurnya baik buruknya beradaban suatu bangsa atau masyarakat akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang dijalani oleh masyarakat tertentu.
Dalam kontek ini, maka kemajuan peradaban yang dicapai umat manusia dewasa ini sudah barang tentu tidak terlepas dari peran-peran pendidikannya. Dengan demikian pendidikan merupakan tumpuan setiap individu, masyarakat meraih masa depannya.
Membangun peradaban hidup melalui pendidikan adalah suatu tujuan mensintesakan dan mengintegrasikan berbagai dimensi menjadi suatu sistem nilai yang terintegrasi baik politik, ekonomi, sosial, maupun iptek yang secara dinamis terus berkembang, mampu menghadapi berbagai tantangan, baik tantangan dalam maupun tantangan lain yang telah mengglobal.
Suatu peradaban yang menjadi individu, masyarakat cerdas kehidupannya, yaitu indivisu dan masyarakat yang modern dan maju, dengan sumber daya manusia yang handal, demokratis, sejahtera, berkeadilan sosial yang menjunjung tinggi HAM berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Untuk membangun peradaban hidup yang berdampak kepada kehidupan yang bermutu, diperlukan manusia yang memiliki kemampuan (intelektual, dan vokasional/ professional) dan berkarakter (berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki rasa tanggung jawab, dan demokratis). Untuk itulah diperlukan suatu proses pendidikan yang bermakna proses pembudayaan kemampuan, nilai, dan sikap.
Membangun peradaban hidup melalui pendidikan pada hakikatnya adalah pengembangan watak dan karakter manusia unggul dari sisi intelektual, spiritual, emosional, dan fisikal yang dilandasi oleh fitrah kemanusiaan. Fitrah adalah titik tolak kemuliaan manusia, baik sebagai bawaan seseorang sejak lahir atau sebagai hasil proses pendidikan.
Membangun peradaban hidup tidak dapat dilakukan hanya dengan melalui satu dua bidang kehidupan. Ia merupakan proses bersinergi, simultan dan konsisten. Untuk itu, peradaban ini perlu disadari bersama sebagai sesuatu yang wajib dan merupakan tanggung jawab yang perlu dibebankan kepada seluruh anggota masyarakat.
Jika menengok sejarah, menunjukkan bahwa pengembangan ilmu pengetahuan adalah sentral sifatnya. Dari perkembangan ilmu inilah kemudian dikembangkan bidang-bidang lain baik secara simultan ataupun secara gradual. Ilmu, sudah barang tentu, diperlukan oleh semua kelompok apapun orientasi dan strategi perjuangannya.
Pembangunan politik, ekonomi, pendidikan, dan lain sebagainya tidak bisa tidak harus dimulai dari ilmu. Untuk memperbaiki keadaan ini, masyarakat harus mengarahkan target pendidikan kepada pembangunan individu yang memahami tentang kedudukannya baik di depan Tuhan, di hadapan masyarakat dan di dalam dirinya sendiri.
Dengan kata lain pembangunan masyarakat harus dilandaskan pada konsep pengembangan individu yang beradab. Pembentukan individu yang beradab tersebut, secara strategis, dapat dimulai dari pendidikan. Namun pendidikan tersebut harus terlebih dahulu diletakkan dan berlandaskan pada interpretasi yang benar sehingga dapat melahirkan sarjana, ulama dan pemimpin yang mempunyai pandangan hidup yang sesuai dokma agama.
Perlu dicatat bahwa penekanan pada pendidikan merupakan salah satu yang utama. Penekanan terhadap pendidikan sering dikaitkan dengan adanya pengaruh Westernisasi dan modernitas. Pendidikan merupakan medium pengembangan individu, mengarah kepada pembentukan insan kamil.
Pendidikan fungsinya adalah untuk membentuk insan yang beradab dengan kemampuan dan potensi masing-masing. Oleh sebab itu pendidikan mengarah kepada penanaman ilmu pengetahuan yang berstruktur dan konseptual. Pendidikan pada hakikatnya membentuk pengetahuan inderawi, aqli dan intuisi disatukan dalam suatu cara berfikir yang integral: obyektif dan subyektif, idealistis dan realistis.
Pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga fungsi sekligus: pertama, menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan tertentu dalam masyarakat mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan yang sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi keberlangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Sehingga bisa dikatakan bahwa pendidikan bukan hanya berfungsi sebagai tranfer of knowladge saja, tetapi juga sebagai tranfer of value.
Masyarakat memandang pendidikan sebagai pewarisan kebudayaan atau nilai-nilai budaya baik yang bersifat intlektual, keterampilan, keahlian dari generasi tua ke generasi muda agar masyarakat tersebut dapat memelihara kelangsungan hidupnya atau tetap memelihara keperibadiannya.
Dari segi pandangan invidu pendidikan berarti upaya pengembangan potensi-potensi yang dimiliki individu yang masih terpendam agar dapat teraktualisasikan secara komplit, sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh individu tersebut dan juga masyarakat.
Pendidikan mempunyai fungsi ganda. Pada satu sisi pendidikan berfungsi untuk memindahkan nilai-nilai dalam upaya memelihara kelangsungan hidup suatu masyarakat dan peradaban. Sedangkan di sisi lain pendidikan berfungsi untuk mengaktualisasikan fitrah manusia agar dapat hidup secara optimal, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dan mampu memikul tanggung jawab atas perbuatannya, sehingga memperoleh kebahagiaan dan kehidupan yang lebih baik.
Pendidikan adalah jantung peradaban dalam kehidupan manusia. Siapa pun orangnya secara filosofis disebut sebagai animal educandum, yakni individu yang terus-menerus dididik dan mendidik. Ini artinya, proses pendidikan merupakan sebuah ikhtiar yang tanpa henti.
Pendidikan dalam hidup memegang peranan penting guna memajukan peradaban. Untuk pencapaian itu mayarakat harus mencapai tingkat kedewasaan, dalam artian dapat menyelesaikan berbagai masalah kehidupan, sehingga mampu memacu perkembangan peradaban. Maka bukan sekedar mengetahui pengetahuan yang sudah ada, akan tetapi juga mampu mengembangkan dan menciptakan pengetahuan baru.
Jika kondisi ideal tersebut dapat dicapai maka pendidikan akan bisa mengambil peranan yang cukup besar dalam membangun peradaban hidup setiap individu ataupun masyarakat secara luas.
Bagaimana Peradaban Masyarakat Modern?
Dalam kaitannya dengan pergumulan umat manusia dalam menata kehidupannya, peradaban dapat memiliki banyak arti, para ahli sering mengartikan peradaban sebagai sebuah kemajuan dalam bidang kebudayaan.
Secara etimologi peradaban berasal dari kata adab yang artinya kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti. Kemudian menjadi kata beradab yang berarti; mempunyai adab yaitu, sopan, baik budi bahasanya. Selanjutnya kata peradaban dapat diartikan sebagai kemajuan kecerdasan, kemajuan kebudayaan.
Ada beberapa kata penting dalam pengertian peradaban yaitu; kemajuan, kecerdasan, dan kebudayaan. Kemajuan dapat diartikan sebagai sebuah proses peningkatan secara terus menerus dalam segala aspek kehidupan.
Meskipun untuk mencapai kemajuan dalam segala aspek memerlukan pendidikan, bukan berarti pendidikan sudah maju dengan sendirinya, melainkan pendidikan sebuah bangsa juga memerlukan kemajuan bagi dunianya sendiri.
Kecerdasan, dalam konteks pendidikan dapat dimaknai sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan. Pencapaian kecerdasan seseorang, sampai pada suatu tahap kemampuan menggunakan pengetahuan dan keterampilan dengan baik, juga memerlukan proses pendidikan.
Sedangkan kata kebudayaan, mempunyai arti yang cukup luas. Kebudayaan diartikan sebagai seluruh sistem tatanan kehidupan dalam masyarakat. Didalamnya ditekankan perihal pentingnya nilai-nilai kesopanan, pentingnya kehalusan budi bahasa, yang diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa kemajuan kebudayaan sebuah bangsa memerlukan proses pendidikan.
Berdasarkan kajian tentang makna yang terkandung dalam kata peradaban, maka esensinya adalah kecerdasan. Meningkatkan kecerdasan merupakan sebuah proses epistemologi dalam ilmu pengetahuan, untuk mampu memiliki, menguasai, dan mengembangkan, serta mengimplementasikan pengetahuan itu dalam kehidupan. Karena itulah maka peradaban masyarakat modern akan dicirikan oleh masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based Society).
Ciri peradaban masyarakat modern yang bertumpu pada penguasaan pengetahuan (knowledge based society) berimplikasi pada seluruh sub sistem budaya yang melingkupinya. Dalam bidang ekonomi, masyarakat modern juga menyelenggarakan seluruh proses perekonomiannya berbasiskan pengetahuan (knowledge based economy).
Hal itu dapat dimaknai bahwa proses produksi barang maupun jasa di era peradaban modern, tidak lagi berorientasi pada kuantitas produk, melainkan sangat bertumpu pada kualitas dan nilai tambah (value added).
Implikasi selanjutnya ialah, bahwa masyarakat yang ekonominya bertumpu pada pengetahuan (knowledge based economy), hanya mampu dikelola oleh Sumber Daya Manusia yang berkualitas, yang menguasai dan mampu mengimplementasikan pengetahuan secara baik. Karena itu persaingan mendasar dibidang ketenagakerjaan dalam membangun peradaban ialah meningkatkan tenaga kerja yang berbasis pengetahuan (knowledge based worker).
Masyarakat dan atau individu memiliki pengetahuan dan mengimple mentasikan dalam kehidupan, selain dapat bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, dan bangsa dalam konteks membangun peradaban, juga dimaknai sebagai persembahan kepada Sang Pemilik sekaligus sumber dari pengetahuan itu. Jalan pengetahuan merupakan tahapan tertinggi, dari setiap tahapan kemajuan peradaban.
Profesi Pendidik: Membangun Peradaban
Profesi guru/dosen sesungguhnya bukan sembarang profesi, karena sejatinya adalah pekerjaan yang membangun proyek peredaban. Sebab itu, tugas utama dosen adalah mendidik peserta didiknya agar menjadi manusia terdidik yang bermanfaat bagi masyarakat dan umat manusia, terutama dalam mewujudkan masa depan yang berkemajuan dan berperadaban luhur.
Tugas mulia seorang dosen bukan sekadar melakukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur dalam rangka memanusiakan (humanisasi) diri peserta didik: membentuk karakter dan kepribadiannya agar memiliki integritas moral dan akhlak mulia; membekali kompetensi, sikap positif, dan keterampilan hidup (life skills) agar bisa menjalani dan memaknai kehidupannya; dan membentuk mindset positif dalam rangka meraih prestasi dan kesuksesan duniawi dan ukhrawi.
Kendati demikian, tidak semua dosen mempunyai idealisme sebagai pembangun peradaban. Banyak diatara mereka gagal mengemban tugas edukasi karena beberapa alasan. Mereka yang tidak memiliki jiwa mendidik. Profesi dosen bukan panggilan jiwanya atau bukan pilihan utamanya sehingga menjadi dosen hanyalah āprofesi sampinganā. Tidak memiliki visi dan misi luhur dalam mendidik yaitu membangun peradaban melalui pengembangan ilmu, pembentukan sikap dan kepribadian, serta pelatihan keterampilan, baik life skills maupun soft skills.
Kegagalan dosen dalam mendidik boleh jadi juga disebabkan oleh sistem pendidikan dan pembelajaran yang tidak kondusif. Universitas atau kampus tidak dibangun dan dikembangkan dengan sistem pelayanan yang baik; sarana dan prasarana sangat minim; budaya akademik tidak efektif dan produktif; dan lingkungan pembelajaran tidak kondusif dan tidak inovatif.
Sejatinya, seorang pendidik tidak hanya mendidik dan mengajar anak didiknya untuk menjadi manusia terbaik, melainkan juga membangun peradaban yang agung: humanis, universal, dan berkeadaban.
Profesi pendidik merupakan profesi paling mulia karena dapat mengantarkan manusia mencapai keutamaan dan mendekatkan diri Sang Pencipta sebagai tujuan utama pendidikan.
Profesi pendidika harus dikembangkan dengan sistem pembinaan yang jelas dan professional, karena warisan budaya hanya bisa ditransmisikan kepada generasi muda melalui proses pendidikan.
Penanaman nilai, pembentukan sikap, perilaku, karakter, dan kepribadian manusia hanya dapat dilakukan melalui aktualisasi fungsi pendidikan dan profesi pendidik.
Tugas pendidik bukan sekadar menyampaikan materi pelajaran, menuntaskan bab demi bab pembahasan dalam buku pelajaran, dan mengevaluasi kemampuan dan kompetensi peserta didiknya melalui ulangan (ujian).
Pendidik adalah mitra peserta didik dalam mengaktualisasikan dirinya, sekaligus sebagai fasilitator, motivator, dan inspirator bagi peserta didik dalam membangun kepribadiannya sehingga motivasi dan inspirasinya itu dapat mengubah mindset dan orientasi mereka dalam membangun peradaban.
Dalam konteks pembangunan sektor pendidikan, tenaga pendidik (guru/dosen) merupakan pemegang peran yang amat sentral dalam proses pendidikan. Karena itu, upaya meningkatkan profesionalisme para pendidik adalah suatu keniscayaan. Guru/Dosen harus mendapatkan program-program pelatihan secara tersistem agar tetap memiliki profesionalisme yang tinggi dan siap melakukan adopsi inovasi.
Guru/Dosen juga harus mendapatkan penghargaan dan kesejahteraan yang layak atas pengabdian dan jasanya. Sehingga, setiap inovasi dan pembaruan dalam bidang pendidikan dapat diterima dan dijalaninya dengan baik.
Oleh karena itu, seorang pendidik harus siap memenuhi aspek kebutuhan pendidika, baik kebutuhan belajar maupun kebutuhan di masa mendatang, dan siap mengantisipasi setiap perubahan yang ada. Seorang pendidik harus mampu membuat materi pelajaran yang tadinya sulit menjadi mudah diajarkan, mudah dipelajari, dan terukur pencapaiannya oleh setiap peserta didik.
Dalam konteks itu pula, seorang pendidika bukan sekadar memindahkan materi pelajaran ke peserta didik, tapi juga memberikan ruang yang seluas-luasnya kepada setiap anak untuk mengembangkan potensi yang sudah ada dalam diri mereka.
Potensi tersebut sudah dimiliki sejak lahir dan setiap orang memilikinya. Pendidikan sebagai upaya menuntun agar potensi yang bersemayam dalam diri peserta didik keluar dan berkembang menjadi kompetensi. Dengan demikian, makna pendidikan adalah memberikan pelayanan kepada setiap anak agar kekuatan-kekuatan yang tersembunyi dalam diri anak dapat 'dikeluarkan', dikembangkan, dan diberdayakan.
Hasilnya, anak menjadi semakin siap, tangguh, dan matang dalam menghadapi persoalan kehidupan. Pematangan itu terus terjadi tanpa jeda. Ia berkembang sejalan dengan pengalaman yang dilalui. Setiap fase berjalan seiring dengan napas dan keberadaannya sebagai manusia, setiap perkembangan langsung dimanfaatkan dalam kehidupan.
Sejatinya, esensi peradaban yang harus dibangun dan dikembangkan oleh seorang pendidik adalah sinergi iman, ilmu, amal, karya (ilmiah, teknologi, institusi pendidikan, dan lainnya), dan budaya yang memberi nilai tambah (added value) kemaslahatan bagi kemanusiaan.
Peradaban tidak lahir dalam ruang hampa (nilai). Peradaban dibangun oleh seorang pendidika yang memiliki keyakinan (iman) yang kuat bahwa Allah itu Maha Beradab, memiliki dan mengembangkan ilmu, mengamalkan ilmu yang dikuasainya, dan mewariskannya kepada generasi masa depan dalam bentuk legasi budaya dan karya nyata.
Intinya, peradaban hidup yang dapat dibangun seorang pendidik adalah peradaban ilmu, seni budaya, dan peradaban sistem kehidupan yang dibangun atas dasar iman, ilmu, dan amal saleh (karya nyata dan bermaslahat) bagi umat manusia.
Penutup
Hubungan pendidikan dengan peradaban itu saling berkaitan. Peradaban hidup yang bermutu adalah peradaban yang dibangun oleh pendidikan. Membangun peradaban harus dimulai dengan membangun pemikiran masyarakat yang diselenggarakan melalui pendidikan, meskipun tidak berarti kita berhenti membangun bidang-bidang lain.
Artinya, pembangunan ilmu pengetahuan hendaknya dijadikan prioritas bagi seluruh gerakan kehidupan. Oleh karena itu, membangun peradaban harus dimulai dari pembangunan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Masyarakat dengan peradaban yang maju, cenderung memiliki pendidikan yang maju, demikian sebaliknya. Bahkan lebih luas dapat disimpulkan bahwa masyarakat dengan pendidikan yang maju, meniscayakan masyakatnya terbebaskan dari kemiskinan, paling tidak dari kebodohan.
Selain itu, pendidikan juga harus didukung oleh pengajar yang berkualitas baik, media yang mendukung pembelajaran, peran orang tua, sekolah, lingkungan dan masyarakat supaya pendidikan benar benar dapat membangun peradaban hidup yang lebih baik.
Referensi
Alparslan Acikgence, Scientific Thought And Its Burdens, An Essay in the History and Philosophy of Science, Fatih University Publications, 2000.
Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, alih bahasa Ibrahim Husein, Jakarta, Bulan Bintang, 1979.
Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi dalam Islam Sejarah dan Peranannya dalam kemajuan ilmu pengatahuan, Logos Publising House, Jakarta, 1994.
Edwin Hung, The Nature of Science: Problem and Perspectives (Belmont, California, Wardsworth, 1997)
Ninian Smart, Worldview, Crosscultural Explorations of Human Belief, (New York: Charles Sribnerās sons, n.d).
Oliver Leaman, āScientif and Philosophical Enquiry: Achievement and Reaction in Muslim Historyā, dalam Farhad Daftary (ed), Intellectual Traditions in Islam, I.B Tauris, London-New York in association with The Institute of Ismaili Studies, 2000.
Thomas F Wall, Thinking Critically About Philosophical Problem, A Modern Introduction, Wadsworth, Thomson Learning, Australia, 2001.
Joy A. Palmer, 50 Pemikir Paling Berpengaruh Terhadap Dunia Pendidikan Modern, (Jakarta, Laksana: 2010), h. 25
Paulo Preire, Pendidikan Kaum Tertindas (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008)
http://www.hukumpedia.com/negara/guru-membangun-peradaban-bangsa-hk525f9f03b76b4.html
http://pramitaseishin.blogspot.com/p/pendidikan-dan-peradaban-bangsa.html
http://mobelos.blogspot.com/2013/10/pengertian-pendidikan-definisi.html
http://priendah.wordpress.com/2009/09/04/peran-pendidikan-dalam-membangun-bangsa/

Comments