Peran Dosen sebagai Mentor dan Futurolog
- Yusrin Ahmad Tosepu
- 12 Agu 2020
- 7 menit membaca

Dosen Sebagai Mentor
Era kekinian, dosen tidak hanya dituntut pandai mengajar, atau sekedar menjadi dosen pelatih atau trainer. Dosen harus mampu memfungsikan dirinya sebagai dosen mentor atau dosen pembimbing akademik demi pencapaian prestasi mahasiswa. Sayangnya, peran dosen sebagai mentor mahasiswa kurang menjadi fokus perguruan tinggi dalam mengembangkan mahasiswa sehingga prestasi akademik mahasiswa menuru, dan banyak diantara mereka yang mengalami kemunduran kelulusan.
Dengan demikian, perguruan tinggi perlu mulai konsentrasi pada pemberdayaan dosen guna menggapai prestasi akademik dan kelulusan tepat waktu melalui kegiatan mentoring terutama untuk perguruan tinggi berbasis entrepreneurship. Inilah pentingnya peran dosen sebagai mentor untuk mencapai prestasi akademik mahasiswa terutama di lingkungan pendidikan entrepreneurship sebagai strategi dalam mengembangkan kualitas lulusan perguruan tinggi.
Ada perbedaan tugas antara menjadi seorang mentor dan instruktur. Seorang mentor membantu mahasiswa berkebutuhan khusus. Mentorship tidak dilakukan dalam kelompok, melainkan secara personal. Bantuan yang diberikan bukan sebagai pengajar tambahan atau pengganti dosen. Bantuan yang diberikan lebih kepada memberikan motivasi dan membantu menyusun rencana belajar, lengkap dengan timeline dan target-target yang SMART. Setiap minggu perkembangan belajar dievaluasi bersama-sama sambil menyusun penyesuaian rencana belajar berikutnya. Sementara itu tugas dosen sebagai instruktur adalah memfasilitasi proses belajar untuk mata kuliah yang dianggap sulit.
Dosen sebagai mentor akademik adalah orang yang sangat berpengalaman dan berkualitas dalam bidang keahlian tertentu. Tujuan mentoring adalah untuk mentransfer pengalaman kepada seseorang yang kurang berpengalaman dan membantunya tumbuh di bidang keahlian mentor. Mentor memberikan nasihat yang baik, pengalamannya memungkinkan dia untuk melihat kedalaman dan mengenali apa yang hilang. Penting: dosen sebagai mentor akademik beroperasi di bidang keahlian yang sempit (keahlian dan keterampilan).
Dosen sebagai mentor untuk bidang keahlian tertentu dan pelatih akan membantu mahasiswa untuk membuat kemajuan yang lebih baik dan mencapai hasil yang luar biasa. Ini berarti bahwa dosen sebagai mentor akan memfasilitasi transfer pengetahuan langsung. Menggunakan teknik pelatihan untuk memungkinkan mahasiswa untuk mendapatkan pemahaman yang lebih besar tentang topik di tangan atau untuk mengubah pola pikir paradigma.
Salah satu ciri utama dosen sebagai mentor adalah jumlah arahan yang diberikan. Jika mahasiswa macet dan tidak dapat menemukan jawaban - biasanya pelatih akan menghindari memberikan solusi (dan mengajukan pertanyaan yang berbeda - 'jika mahasiswa tahu, apa yang akan menjadi jawabannya'). Seorang mentor akan memberikan jawaban dengan sedikit keraguan sebagai metode dan strategi melatih keterampilan berpikir peserta didik.
Dosen sebagai mentor adalah dosen yang memiliki pengetahuan khusus berdasarkan bidang keahlian dan pengalaman. Mengetahui area pekerjaan, (dunia usaha dan industri yang ada), tahu hambatan yang akan mahasiswa hadapi, tantangan yang harus mahasiswa atasi, jebakan dan juga cara untuk berhasil.
Dosen mentor mengenal industri dengan sangat baik dan memiliki koneksi, juga dapat membimbing mahasiswa untuk menghindari membuat terlalu banyak kegagalan dan mengarahkan mahasiswa untuk sampai ke tempat yang mereka inginkan.
Dosen mentor akademik akan melakukan banyak hal lebih sebagai pelatih atau bahkan seseorang yang merupakan pelatih. Hubungan mentoring sering berkembang secara bertahap, dan semakin kuat ketika mentor memiliki wawasan dan pengalaman yang berharga untuk dibagikan, dan ketika mahasiswa yang dibimbing menemukan keinginannya untuk belajar dari mentor.
Dosen sebagai mentor akademik selalu peduli dengan mahasiswanya, dia menikmati perubahan yang dia lihat di mentee-nya setiap hari, setiap situasi, Dia menikmati memahat mentee dengan cara yang paling cocok dengan bakatnya. Seorang dosen mentor dalam mengajar mata kuliah, dia membantu mengembangkan beberapa konsep pada mahasiswa tetapi tidak melemahkan nilai-nilainya. Nilai Softskil (adab, etika, keikhlasan, bertanggungjawab, kejujuran), selalu dimuat.
Sedangkan dosen yang hanya berfungsi sebagai sebagai pelatih atau trainer, menyederhanakan subjek yang cocok untuk sejumlah besar mahasiswa untuk keuntungan komersial. Dia tidak peduli tentang perkembangan mahasiswanya dan cara dia membentuk, dan tidak memberikan nilai sama sekali. Pelatih atau trainer bisa siapa saja yang penting punya keahlian untuk mengajar-melatih satu keterampilan tertentu, tapi dosen mentor labih dari itu. Ia sosok yang professional dan menjadi panutan.
Dosen sebagai mentor berperan sebagai konselor yang memandu mahasiswa dalam aktifitas kegiatan akademik. Permentoran adalah hubungan formal yang teratur antara dosen dan mahasiswa, dan terkadang hubungan ini tidak formal, layaknya teman yang dianggap sebagai panutan.
Dosen sebagai mentor akademik akan membantu mahasiswa mempelajari suatu hal, namun tidak melakukan hal tersebut untuk mahasiswa. Mentor membimbing dengan contoh. Misalnya, menawarkan trik efisiensi, saran, dan contoh untuk menunjukkan mahasiswa cara pintar menuju kesuksesan, atau membimbing mahasiswa melakukan riset namun tidak membantu mahasiswa menyunting esai, naskah riset . Hal tersebut adalah perbedaan tutor dan mentor.
Dosen sebagai Mentor akademik akan:
Menilai kelebihan dan kekurangan mahasiswa dalam hal akademik.
Membantu mahasiswa memahami struktur dan organisasi suatu topik.
Memberi mahasiswa sudut pandang baru, dan memperbaiki pemikiran yang salah.
Meningkatkan kemampuan mahasiswa mengambil keputusan.
Mengenalkan mahasiswa pada trik-trik terkait bidang topik bidang studi mahasiswa.
Memberi mahasiswa sumber penting dan referensi berguna.
Seorang dosen sebagai mentor akademik adalah penuntun bagi mahasiswanya. Membuat mahasiswa bertanggung jawab atas pertumbuhan prestasi akademiknya. Ia memberdayakan mahasiswa untuk tumbuh. Seorang mentor (dosen) adalah seorang pembaharu. Tidak hanya mengarahkan mahasiswa untuk tumbuh berkembang tapi mengajar dan membimbing mahasiswa bagaimana cara hidup tumbuh berkembang.
Seorang mentor (dosen) memberi mahasiswa hal-hal yang tidak mereka miliki dan butuhkan. Menjawab pertanyaan mahasiswa, menghilangkan keraguan mahasiswa, serta mengajar dan membimbing mahasiswa menjadi bagian dari dunia ini.
Seorang mentor (dosen) mempertanyakan jawaban mahasiswa, menciptakan keraguan, menggandakannya dan kemudian membantu mahasiswa untuk menyelesaikannya. Membantu mahasiswa keluar dari labirin.
Seorang Mentor (dosen) membimbing dan mengajar mahasiswa untuk taat dan disiplin, serta mengajarkan kepercayaan dan kerendahan hati kepada mahasiswa, serta memberi mahasiswa bekal hardskill dan softskill sebagai pakaian dan mempersiapkan mahasiswa untuk perjalanan hidup di masa kini dan masa depan.
Seorang mentor (dosen) adalah penuntun dan penujuk jalan menuju jalan masa depan, membekali mahasiswa dan mempersiapkan mahasiswa ke jalan menuju kesuksesan sebagai penerus yang bermanfaat bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Seorang mentor (dosen) melihat bakat mahasiswa, membantu mahasiswa mengidentifikasi bakatnya sendiri. Menjelaskan dunia dan sifatnya kepada mahasiswanya serta mengajarkan mahasiswa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
Seorang mentor (dosen) memandu untuk membentuk lingkungan terdekat di sekitar mahasises untuk kemajuan umat manusia serta membuat mahasiswa mengerti bagaimana cara dan dimana harus bergerak di dunia.
Seorang mentor (dosen) menunjukkan kepada mahasiswa di mana semestinya mahasiswa berdiri dalam hubungannya dengan dunia, memberi mahasiswa pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dan kreatifitas mahasiswa.
Seorang mentor (dosen) membangun mahasiswa, menajamkan pikiran mahasiswa. Ilmu, pengetahuan dan keterampilan sebagai isntruksi utama membangun membuka pikiran mahasiswa sebagai modal menuju kemakmuran.
Seorang mentor (dosen) adalah pemikir sistematis. Menyentuh pikiran dan jiwa mahasiswanya. Membawa mahasiswa kembali ke rasa ingin tahu. Menginstruksikan mahasiswa tentang bagaimana menyelesaikan masalah dan menunjukkan kepada mahasiswa cara mengatasi masalah. Membuat mahasiswa bijak dan memberi kedewasaan dalam menghadapi setiap dinamika kehidupan.
Seorang mentor (dosen) adalah pemikir lateral. Menghukum mahasiswa dengan belas kasih. Memberi “contoh” yang baik akan peran seorang pendidik dan pengajar bagi mahasiswanya.
Seorang mentor (dosen) adalah untuk mendidik mahasiswa seperti anaknya. Menemukan dan menerima mahasiswa untuk dibimbing. membimbing mahasiswa dengan memberi contoh. Ketika wacana, pembelajaran berakhir, mahasiswa berterima kasih kepada dosen.
Singkatnya, mentor (dosen) adalah profesional yang sangat terampil di bidang akademik dan bidang keilmuanya. Memiliki kemampuan mengajar dan membimbing mahasiswa, kemampuan mentransfer pengetahuan dan “nilai” (Hardskill dan Softskill). Memperluas kesadaran, menciptakan cara baru ke depan dan membantu mahasiswa untuk membuat rencana tindakan, yang membawa perubahan dan / atau hasil.
Jadi, era pendidikan kekinian nenutut dosen untuk memiliki pendekatan, alat, strategi yang dapat membawa lebih banyak kekuatan dalam mengajar, membelajarkan, dan memberdayakan mahasiswa.
Dosen Sebagai Futurolog
Futurolog atau futuris adalah ilmuwan yang mempunyai spesialisasi dalam futurologi, atau upaya untuk secara sistematis mengeksplorasi prediksi dan kemungkinan tentang masa depan dan bagaimana ia bisa muncul dari sekarang, apakah itu masyarakat manusia tertentu atau kehidupan di Bumi secara umum.
Futurolog tentu beda dengan ahli ramal. Eksplorasi prediksi mereka dibangun dari riset dan realita yang berkembang dan bisa diamati saat ini. Disisi lain, kitab suci agama mungkin memberi informasi yang sama, namun sering ada ruang kosong yang dibiarkan tanpa penjelasan detail. Pendekatan yang ditawarkan ilmuwan bisa jadi jawaban yang lebih rasional, memberi jawaban bagi naluri klausal nalar kita: ‘kalau ada akibat, ya harus ada sebab’.
Secara umum, label futurolog termasuk kelompok awam, profesional, dan akademis seperti visioner, konsultan, ahli strategi perusahaan, analis kebijakan, kritikus budaya, perencana, pemasar, peramal, pengembang pasar prediksi, pemeta jalan, peneliti operasi, manajer investasi, aktuaris dan analisis risiko lain, dan individu yang berorientasi pendidikan masa depan di setiap disiplin akademik, termasuk antropologi, studi kompleksitas, ilmu komputer, ekonomi, teknik, desain perkotaan, biologi evolusi, sejarah, manajemen, matematika, filsafat, ilmu fisika, ilmu politik, psikologi, sosiologi, teori sistem, studi teknologi, dan disiplin ilmu lainnya.
Kita telah menyaksikan perkembangan dan kemajuan luar biasa dalam sains dan teknologi (saintek) dekade terakhir tidak lepas dari peran para akademisi sekaligus ilmuwan dalam melahirkan maha karya melalu riset dan kajian yang menyokong kemajuan IPTEKS. Para akademisi sekaligus ilmuwan tersebut melakukan terobosan, menghasilkan inovasi dibidang sains teknologi dalam 10 tahun ke depan. Mereka mampu memprediksi bagaimana wajah dunia nanti dengan membuat fantasi sainstek mutakhir dimasa depan.
Dr Michio Kaku, salah satu futurology terkemuka juga Profesor fisika teoretis di City University of New York dan penulis buku ‘The Future of the Mind.’ Michio Kaku memprediksi dalam 10 tahun ke depan, teknologi internet akan mengalami transisi secara bertahap ke jaring-otak. Ini memungkinkan pikiran, emosi, perasaan, dan kenangan dapat dipancarkan langsung ke seluruh planet ini.
Lebih lanjut, Michio Kaku memprediksi bahwa otak manusia dapat terhubung ke komputer dan mulai memecahkan kode beberapa kenangan dan pikiran kita. Ini pada akhirnya bisa merevolusi komunikasi dan media hiburan. Film masa depan akan bisa menyampaikan emosi dan perasaan. Bukan hanya gambar dan video di layar perak, pengguna media social bisa saling mengirim kenangan dan sensasi mereka. Para sejarawan dan penulis akan bisa merekam kejadian tidak hanya secara digital, tapi juga dimensi emosional mereka.
Futurology Fritjof Chapra, seorang akademisi dan ilmuwan fisika dan penulis buku berjudul ‘Titik Balik Peradaban’. Chapra mencoba menguliti semua aspek peradaban dan menemukan kesimpulan bahwa peradaban kita tengah merosot, lalu dengan perspektif fisika, dia mengajukan solusi supaya peradaban bisa lahir kembali dan tumbuh (growth). Dia pakai kerangka keruntuhan dan kebangkitan peradaban ala Arnold Toynbee.
Adapula Alvin Toffler, seorang penulis dan futurolog Amerika, yang dikenal karena karya-karyanya membahas mengenai revolusi digital, revolusi komunikasi, dan singularitas teknologi. Toffler adalah profesor tamu di Universitas Cornell, dan mengajar di New School of Social Research. Sebagai dosen pengajar ia banyak disukai, dan telah memperoleh berbagai gelar kehormatan dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra, dan hukum.
Alvin Toffler banyak meneliti dan menulis makalah mengenai dampak sosial dan organisasi dari komputer, yang membuatnya berhubungan dengan orang-orang terawal yang adalah para "guru" komputer dan peneliti kecerdasan buatan dan pendukungnya. Xerox mengundangnya untuk menulis tentang laboratorium penelitiannya, dan AT&T berkonsultasi untuk meminta saran strategis kepadanya.
Pekerjaan di AT&T ini menyebabkan timbulnya studi mengenai telekomunikasi. Pada pertengahan tahun ’60-an, pasangan Toffler mulai mengerjakan karya yang kemudian menjadi buku laris Future Shock.
Ketiga akademisi dan ilmuwan ini mampu membuat prediksi dengan membuat narasi ilmiah dibidang keilmuanya dengan memadukan realitas sekitar kehidupan sehari-hari, sehingga jadi mudah dipahami. Pendekatan yang ditawarkan ilmuwan seperti mereka bisa jadi jawaban yang lebih rasional, memberi jawaban bagi naluri klausal nalar: ‘kalau ada akibat, ya harus ada sebab’.
Pendekatan yang dilakukan oleh ketiga akademisi dan ilmuwan ini mungkin jadi yang terbaik memprediksi masa depan dengan pendekatan keilmuanya masing-masing. Dan menjadi contoh bagi para akademisi dan ilmuwan Indonesia untuk bisa memiliki pemikiran-pemikiran yang responsif terhadap perubahan zaman.
Pemikiran yang bersifat Antisipatif-Akomodatif. Artinya, pemikiran yang dapat mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di masa depan dan menerima perubahan-perubahan yang bersumber dari luar secara selektif. Pemikiran yang dapat mengantisipasi perubahan adalah yang berorientasi masa depan (future oriented), dengan menjadikan problem-problem kekinian sebagai telaah untuk menganalisis perubahan di masa mendatang.
Comments