top of page

Terkadang Menyerah Adalah Pilihan Yang Tepat!

  • Gambar penulis: Yusrin Ahmad Tosepu
    Yusrin Ahmad Tosepu
  • 26 Jun 2020
  • 2 menit membaca

Diperbarui: 1 Jul 2020


Kenyataan hidup yang begitu keras kadang membuat diri merasa lelah dan seolah ingin menyerah.


Ya, pemikiran semacam ini memang wajar. Namun kita juga harus mengerti bahwa menyerah bukanlah pilihan yang tepat, tapi tak selamanya buruk.


Menyerah bisa dipertimbangkan sebagai pilihan paling sehat dengan 2 alasan yang tepat.



Pertama, Menyerah ketika menyadari

tujuan tidak tercapai. Dalam jurnal Psychological Science yang ditulis oleh Wrosch dan Miller, disebutkan bahwa ketika seseorang menemukan diri mereka berada dalam situasi yang gak memungkinkan tujuannya terwujud, respon yang paling adaptif ialah melepaskan diri dari tujuan itu.


Dengan kata lain, jika kamu terus berpegang pada tujuan yang pada akhirnya gak bisa diraih, sikap ambisius yang dipaksakan itu akan membuatmu depresi. Dengan begitu, kita dapat menghindari pengalaman berulang atas kegagalan dan konsekuensinya terhadap pikiran dan tubuh.


Misalnya, ketika kamu diminta menghadiri sebuah seminar penting untuk menentukan kenaikan jabatanmu, namun kondisi kesehatanmu ternyata gak mendukung dan memaksamu harus dirawat di rumah sakit.

Nah, di situlah kita berada di satu titik untuk menentukan pilihan untuk terus maju atau menyerah. Jika kita maju, belum tentu kamu bisa menikmati kesuksesanmu dengan keadaan sehat walafiat.


Tapi, jika kita menyerah, kita masih bisa berjuang lagi di kesempatan berikutnya dengan tubuh yang lebih sehat dan kondisi yang lebih siap.


Menyerah pada keadaan bukan berarti menurunkan standar kemampuan kita sebagai manusia. Menyerah justru mengajari kita menghargai waktu dan energi untuk menggunakannya dengan bijak.


Sebenarnya kesempatan menjadi sukses itu gak cuma datang sekali, Kesempatan itu selalu ada di mana-mana, asalkan kita mau membuka mata dan mempertajam intuisi untuk mengupayakannya menjadi sarana untukmu mewujudkan mimpi.


Kedua, Ketika merasa tujuan tidak lagi penting secara pribadi. Berpikir bahwa kita harus terus berjuang hingga mampu mencapai tujuan itu memang manusiawi.


Tapi, yang perlu kita sadari adalah keadaan bisa berubah kapan saja tanpa dapat diprediksi terlebih dulu.


Nah, mestinya kita bisa belajar terbuka pada perubahan-perubahan itu. Keinginan berubah, kondisi berubah, dan kebutuhan juga ikut berubah. tidak ada satupun yang bisa mengatisipasi perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia.


Sebab, yang bisa kamu lakukan ialah membuat segala perubahan itu menjadi satu tujuan yang baru, yang mungkin saja berdampak lebih besar untuk diri kita dan orang sekitar.


Proses inilah yang akan menjadikan kita lebih bijak lagi dalam memahami keadaan.


Mengubah tujuan dengan sasaran yang lebih banyak mengandung hal positif. Kadang-kadang saran untuk “jangan pernah menyerah” bisa menyesatkan ketika kita sedang berada dalam dilema. Ibaratnya, maju salah, mundur juga salah.


Tapi, memaksakan diri untuk terus maju, lalu mengorbankan rasa nyaman dan bahagia dalam diri bukanlah hal yang lebih baik juga. Justru, keadaan-keadaan yang merugikan kesehatan dan pikiran bisa jadi perlahan-lahan akan muncul.


Yang penting, ketika memutuskan suatu pilihan, kita harus tetap berpikir logis dan mempertimbangkan dampak baik dan buruknya.


Menyerah bukan berarti kalah. Jargon itu yang sering orang-orang katakan ketika mereka sudah bertemu dengan tujuan lain yang pernah diabaikannya.


Menyerah pada satu tujuan lalu berpindah pada tujuan lain bisa membuka peluang untuk melakukan hal lain yang siapa tahu justru bisa lebih bermakna.


Dari perjalanan hidup yang telah kita lalui, tentunya kita bisa belajar tentang makna menyerah yang sebenarnya. Menyerah itu gak selalu buruk dan bukan berarti gak bisa diterima.


Memang, untuk meraih tujuan yang ingin dicapai sebaiknya pantang menyerah dan terus berjuang, tapi terkadang menyerah bisa menjadi pilihan paling sehat untuk situasi ke depannya.


Sekian, semoga bermanfaat. Jangan pernah putus asa, sekalipun!

 
 
 

Postingan Terakhir

Lihat Semua
Bahaya Kesombongan Intelektual

Intelektual yang ideal adalah yang semakin alim, maka kian takut kepada Allah. Sikap sombong (al-kibr) adalah sebuah penyakit hati....

 
 
 
Kebahagiaan Sejati

Pandangan umum yang menganggap kebahagiaan dapat ditemukan dengan memiliki lebih banyak uang, lebih banyak barang, lebih banyak status...

 
 
 

Comments


© 2018 by Yusrin Ahmad Tosepu. Makassar, Sulawesi Selatan. Indonesia 

bottom of page