Menulis, Menulis, dan ayo menulis menulis adalah kata yang terus disampaikan guna memotivasi para rekan dosen untuk melakukan hal produktif dalam menghasilkan karya-karya yang bagus, menulis setidaknya menambah wawasan dan pengetahuan para dosen di bidangnya masing-masing.
Dosen tidak hanya berkewajiban untuk melakukan proses pengajaran di dalam kelas semata, tetapi juga punya hak sekaligus kewajiban untuk menulis sebagai bagian dari tanggung jawab dalam mengembangkan dan memajukan pendidikan dan Ilmu Pengetahuan.
Harus di sadari bersama bahwa dosen memang bukan sekedar pengajar biasa, akan tetapi pengajar yang memiliki komitmen sebagai pengembang ilmu pengetahuan. Menurut saya bahwa ada semacam hidden agenda dari Kemenristekdikti tentang tata cara pengajuan guru besar, yaitu keinginan untuk meningkatkan kualitas para dosen yang memasuki dunia akademis tertinggi atau guru besar.
Harapan sekaligus impian ke depan bagi dunia pendidikan Indonesia bahwa para dosen menjadi sangat sibuk untuk memenuhi standart kualifikasi minimal sebagai dosen dengan terus menulis baik di jurnal, majalah atau menghasilkan karya berupa buku. Jika ini bisa dilakukan maka akan kita jumpai dinamika pengembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa.
Kondisi kekinian, dosen di Indonesia masih minim dalam menulis buku. Sebagai seorang pengajar, menulis buku tentu menjadi sebuah keniscayaan yang harus dilakukan oleh dosen.
Apabila ditilik lebih jauh, dosen sebenarnya cukup memiliki potensi yang lebih dalam hal menulis buku. Hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari berbagai pengalaman penelitian yang dilakukan dosen sebagai bagian dari kewajiban yang harus dilakukan di lingkungan akademis.
Berbagai penelitian yang dilakukan dosen, baik berasal dari proyek ataupun individu tentu bisa dijadikan sumber inspirasi untuk menulis buku. Kondisi yang demikian seharusnya dapat mendorong dosen untuk menerbitkan buku referensi sebagai tambahan sumber ilmu pengetahuan yang bisa dipelajari oleh mahasiswa di kelas. Bahkan dengan menulis buku, dosen justru tidak dirugikan, tetapi diuntungkan dengan banyak hal.
MANFAAT MENULIS BUKU BAGI DOSEN
Ketika dosen menulis banyak buku, apa saja manfaat menulis bagi Dosen?
Dengan menulis buku, setidaknya ada beberapa manfaat menulis atau keuntungan yang bisa didapatkan oleh seorang dosen.
Pertama, manfaat menulis untuk dosen sebagai penulis dari buku yang dibuatnya sendiri adalah mendapatkan perlindungan hak cipta. Perlindungan hak cipta tersebut menjadi penting ketika masih banyak masyarakat (bahkan akademisi lain) yang tidak menghargai karya orang lain dengan cara melakukan plagiarisme atau memfotokopi materi tersebut.
Pada kasus tersebut, undang-undang tentang Hak Cipta dinilai mandul karena praktik-praktik plagiarisme masih merajalela. Sebagai salah satu contohnya ketika diktat yang dibuat dosen untuk kepentingan mahasiswanya sering difotokopi dan digunakan oleh dosen atau lembaga lain tanpa sepengetahuan penulis, maka dosen yang membuat diktat tersebut tidak dapat menuntut secara hukum karena tidak memiliki hak cipta.
Dengan menerbitkan buku secara resmi, maka hak ciptanya akan dilindungi dan orang lain akan sean terhadap tulisan dosen yang bersangkutan.
Kedua, pengajar, dosen, widyaiswara, atau pelatih yang menerbitkan buku pada dasarnya akan mendapatkan manfaat menulis berupa nilai angka kredit yang tinggi untuk kenaikan pangkat. Tidak hanya akan mendapatkan kenaikan pangkat secara lebih cepat, penerbitan buku yang dilakukan oleh dosen juga dapat berkontribusi untuk meningkatkan nilai akreditasi lembaga tempat mereka bekerja.
Merujuk pada hal tersebut, apabila akreditasi institusi pendidikan yang menjadi tempat mengajar dosen yang bersangkutan, maka secara tidak langsung akan membuat citra dosen-dosen yang ada di dalamnya juga bagus. Dengan kata lain, kualitas dosen yang ada di institusi tersebut tidak diragukan lagi kemampuannya karena mendapatkan akreditasi yang cukup baik.
Ketiga, dosen yang berhasil menerbitkan buku akan mendapatkan manfaat menulis berupa tambahan di luar pekerjaan utamanya yaitu mengajar. Kegiatan untuk menulis buku pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari penjualan buku-buku yang dilakukan oleh penerbit ataupun penulisnya sendiri.
Apabila buku yang diterbitkan tersebut banyak diminati oleh masyarakat, maka secara tidak langsung pendapatan dari si penulis juga akan semakin besar. Adapun pendapatan berupa uang tambahan tersebut bisa berasal dari sistem royalti antara penerbit dan penulis. Dengan demikian, tulisan yang dibuat oleh dosen yang bersangkutan tidak hanya bermanfaat bagi orang lain, tetapi secara finansial juga bermanfaat bagi dirinya sendiri.
Keempat, semakin laku buku yang ditulis oleh dosen, maka dosen yang bersangkutan secara tidak langsung akan mendapatkan pengakuan dari masyarakat luas. Salah satu contoh pengakuan terhadap penulis yaitu ketika penulis tersebut kemudian diundang oleh masyarakat untuk berbicara di dalam seminar, ceramah, atau lokakarya tentang materi yang ditulis dosen di dalam bukunya tersebut.
Tidak hanya di dalam negeri, penulis yang bukunya terkenal di luar negeri juga bisa diundang untuk memberikan ceramah di luar negeri. Lebih jauh lagi, penulis akan lebih percaya diri untuk menyampaikan isi bukunya karena dia mengetahui secara persis tentang hal-hal yang mereka tulis di dalam bukunya.
Kelima, buku yang ditulis sendiri oleh dosen setidaknya dapat membantu mahasiswa yang diajarnya untuk menemukan referensi yang sesuai dengan materi perkuliahan. Dengan kata lain, dosen yang bersangkutan menulis buku referensi dimana isinya merupakan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukannya, baik secara kelompok ataupun individu. Tidak hanya didapatkan oleh mahasiswa, kemudahan untuk mengakses materi perkuliahan tersebut juga didapatkan oleh penulis yang bersangkutan karena dia akan menguasai materi yang akan disampaikan di dalam kelas.
Selain itu, mahasiswa juga tidak perlu mencari buku tersebut di luar kelas. Dengan kata lain, dosen secara tidak langsung juga dapat mempromosikan bukunya kepada mahasiswanya sehingga kehadiran buku tersebut tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswa, tetapi juga bagi dosen secara finansial.
Keenam, kebiasaan menulis buku yang dilakukan oleh dosen semasa muda hingga karirnya selesai akan membantu dosen tersebut terasa lebih sehat. Hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari kebiasaan dosen untuk tetap menulis buku ketika usianya tidak lagi muda. Sampai kapanpun selama dosen yang bersangkutan masih diberikan kesempatan untuk hidup, tetap menulis buku adalah sebuah pilihan yang tepat karena dari segi kesehatan, menulis memiliki dampak yang positif.
Selain menjaga produktivitas dosen dalam menghasilkan karya-karya yang bagus, menulis setidaknya juga dapat mengisi waktu luang ketika tidak lagi menjalankan kewajiban utamanya sebagai seorang dosen yaitu mengajar di dalam kelas. Pada sisi yang lain, dosen tersebut juga tidak dipandang sebagai orang yang pelit untuk membagikan ilmunya kepada orang lain.
Mungkin di tahap awal dosen hanya akan berpikir minimal, yaitu memenuhi standart minimal persyaratan. Akan tetap lama kelamaan, para dosen akan terus meneliti dalam rangka menemukan teori-teori baru.
Melalui tekanan structural bagi dosen untuk menulis, maka ke depan akan dijumpai semakin semaraknya dinamika ilmiah di kalangan perguruan tinggi.
Semangat Menulis ..!! Semoga bermanfaat. Tetap semangat dalam menjalani aktifitas dan kegiatan, sukses selalu dalam bekerja dan berkarya untuk Pendidikan Indonesia dan Ilmu Pengetahuan.