Apa makna Milad (hari lahir) alias ulang tahun? tentu berbeda-beda bagi setiap orang. Ada yang memaknainya dengan merayakan dengan pesta bersama keluarga besar dan teman-teman, ada juga yang berbagi cuka cita dengan mengajak makan anak-anak yatim, ada juga yang hanya bertafakur kepada Ilahi sambil mengingat-ingat apa saja amal perbuatan yang telah dikerjakan sebagai hamba Allah. Setiap orang berhak merayakan datangnya hari pergantian umur dengan caranya masing-masing.
Bagi saya, yang dilahirkan pada tanggal 13 Januari 1976 (persis hari ini), tepatnya 41 tahun yang lalu, hari ini merupakan pertanda bahwa tahun-tahun menjelang kembali keharibaan Ilahi menjadi semakin dekat. Ucapan selamat dari keluarga tercinta, kakak-adik, keponakan, teman, sahabat dan semua orang-orang terdekat, merupakan anugerah tersendiri. Syukur alhamdulillah dan terima kasih atas doa-doa yang diberikan, mudah-mudahan Allah Yang Maha Baik mengijabah doa-doa yang dipanjatkan untuk saya dengan tulus.
Banyak hal yang masih harus diperbaiki, tingkah laku dan perbuatan, terutama ketaqwaan kepada Sang Khaliq yang telah memberikan waktu kepada saya untuk dapat menghirup udara dengan bebas setiap waktu serta dapat menikmati kehidupan duniawi yang telah diberikan oleh Sang Pencipta yang tiada tara banyaknya. Fabiayyialaairobbikumatukadziban, maka nikmat Allah yang manakah yang engkau dustakan?
Sekali lagi terima kasih kepada semuanya, mudah-mudahan disisa umur yang masih ada, saya masih bisa memberikan manfaat kepada orang-orang tercinta yang berada disekeliling saya. Aamiien Ya Rabbal Alaamiin.
Catatan pinggir ini, membuat saya berpikir akan bentuk perubahan yang saya capai selama ini. Tergiang jelas wejangan Imam Al Ghazali tentang makna waktu bahwa “Yang terjauh dari diri seorang manusia adalah Masa Lalunya”.
Secara lahiriah, milad ke 41 tahun dalam hitungan dunia keberadaan saya atau 1 tahun berkurang jatah hidup dan 1 tahun bertambah hitungan mundur sisa hidup saya. Mengutip syair Lagu Opick berjudul “Bila waktu telah berakhir” syairnya : Bila waktu telah berakhir, teman sejati tinggallah amal. Bila waktu telah terhenti teman sejati tinggallah sepi.
Kemudian tergiang di pikiran saya akan nasihat Iman Al Ghazali yang lain bahwa “Yang terdekat dari seorang manusia adalah KEMATIANnya sendiri”. Betapa sebuah nasihat yang luar biasa bermakna, sangat menyentuh dan tentunya sarat dengan ilmu illahi yang sangat dalam untuk digali lebih lanjut. Sebuah perjalanan panjang yang akan saya hadapi nanti, anda juga akan menghadapinya. Pertanyaannya, Are you ready?
Bagaimana sikap kita dalam menghadapi awal kehidupan (Akhirat) sesudah akhir kehidupan (dunia)? Sudah seberapa besar persiapan kita untuk menuju awal kehidupan? Sudah seberapa peduli keluarga kita untuk mengingatkan dan membantu mempersiapkan diri kita menghadapi awal kehidupan yang abadi? Apa yang sudah kita persiapkan untuk menghadapi sesuatu yang pasti tersebut.
Pintu gerbang menuju tempat yang abadi dan panjang untuk kita jalani. Hanya 1 tempat yang akan jadi muara segala kegiatan kehidupan kita sekarang ini yaitu AWAL KEHIDUPAN (AKHIRAT) dan alangkah naifnya apabila seorang manusia hanya AKHIR KEHIDUPAN (DUNIA) yang menjadi tujuannya
Dunia tidak lebih sebagai tempat nongkrong yang tidak berguna yang berisi candaan dan gurauan semata. Allah swt mengingatkan kita akan hal itu dalam surat Al An’am:32.
“Dan tidaklah Dunia ini selain permainan dan senda gurau belaka.”
Bagi orang-orang beriman mempergunakan waktu di kehidupan Akhir ini (dunia) untuk mempersiapkan bekal dengan berbagai kegiatan ibadah, berbagi kebaikan, sedekah dan amal jariyah lainnya untuk bekal hidup di Awal Kehidupan nanti (Akhirat).
Korelasikan ayat di atas dengan ayat lain pada surat Ali Imran: 185 berikut ini:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
Bila kita kembalikan pada arti mainstream sebuah milad alias ulang tahun, milad biasa dirayakan dengan canda tawa, pesta meski kecil-kecilan, berbagi senyum dan bahkan berbagi do’a yang terkesan basa basi karena doa-doa yang dipanjatkan tidak menyebutkan nama Allah dalam pengharapannya. Dikatakan “Semoga panjang umur” dan bukan “Semoga Allah memanjangkan umur kamu penuh keberkahan”…dikatakan “Semoga Sukses selalu” dan bukan “Semoga Allah memberikan kesuksesan kepada kamu”. Bukankah itu basa basi namanya?
Pantaskah kita merayakan hilangnya waktu? Sudikah kita merayakan bertambahnya peluang mendekati Awal Kehidupan (Akhirat)? Sudah seberapa siap dan urgenkah kita menanti Akhir Kehidupan kita di dunia?
Wal tandhur nafsun ma qaddamat li ghad, “Perhatikan masa lampaumu untuk hari esokmu” (QS al Hasyr [59] : 18 )
Peringatan hari kelahiran bukanlah termasuk amal ketaatan (perkara menjalankan kewajibanNya dan menjauhi laranganNya) namun termasuk amal kebaikan (amal sholeh).
Sebuah amal kebaikan (amal sholeh) tidak terkait dengan dicontohkan atau tidak dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wassalam maupun para Salafush Sholeh. Perkara baru dalam amal kebaikan (amal sholeh) asalkan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits tetaplah perkara yang baik (mahmudah/hasanah)
Dengan memperingati hari kelahiran dapat kita mengevaluasi apa-apa saja yang telah kita kerjakan sampai hari ini dan berbuat lebih baik untuk kemudian hari.
Dalam hadits qudsi Allah berfirman:
“Ketika hambaku berusia 40 tahun aku bebaskan dia dari 3 penyakit, gila kusta dan albino. Jika berusia 50 tahun (jika mati) Aku hisab dia dengan hisab yang mudah. Jika berusia 60 tahun Aku buat dia tertarik bertaubat. Jika berusia 70 tahun dia disukai oleh para malaikat. Jika berusia 80 tahun ditulis kebaikannya dan dibuang (tidak ditulis) keburukannya . Jika berusia 90 tahun para malaikat berkata ; dia adalah tawanan Allah (atas jaminan Allah) di bumiNYA, maka Allah mengampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang, dan memberi syafaat (bawa berkah) bagi keluarganya.”
Dalam pandangan filasafat, panjang umur sebenarnya mengandung dua pengertian :
Pertama, panjang umur dalam arti benar-benar panjang umur secara matematis, seperti berusia seratus tahun atau lebih misalnya. Dalam pengertian ini, perbandingannya adalah mereka yang memiliki umur yang lebih pendek. Sebagai contoh misalnya, apabila jasmani berusia 100 tahun dan rohani 90 tahun, maka jelas jasmani bisa disebutkan berusia panjang.
Kedua, lebih kepada hakikat, yaitu seberapa besar seseorang mengisi umurnya dengan hal-hal yang baik, dengan amal sholeh, berguna untuk kemaslahatan ummat lainnya.
Lalu bagaimana implementasi dari makna Hakikat panjang umur tersebut?
Amal ketaatan (perkara menjalankan kewajibanNya dan menjauhi laranganNya) hanya berlaku sepanjang nyawa dikandung badan atau selama kita hidup. Sedangkan amal kebaikan (amal sholeh) adalah berlaku jauh lebih lama daripada amal ketaatan.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya”. ( QS Maryam [19]:76 )
Dari firman Allah Swt diatas, maka secara pribadi memberikan semangat sekaligus dorongan untuk berbuat yang terbaik dalam akhir kehidupan ini untuk bekal di awal kehidupan nan abadi, yaitu : Senantiasa menyampaikan informasi dan ilmu yang bermanfaat kepada saudara muslim kita adalah amal kebaikan (amal sholeh) . Jika ilmu itu bermanfaat maka amal kebaikan (amal sholeh) terus diperoleh walaupun kita sudah wafat.
Mendidik anak, mencari nafkah kepada keluarga adalah amal kebaikan (amal sholeh). Anak dan keluarga sholeh yang ditinggalkan akan terus mendoakan kita , maka amal kebaikan (amal sholeh) terus diperoleh walaupun kita sudah wafat.
Bekerja dan bersedekah untuk kepentingan Agama dan kemanusiaan berupa pembangunan sarana-sarana dijalan Allah ta’ala adalah amal kebaikan (amal sholeh) yang akan terus diterima manfaatnya walaupun kita sudah wafat.
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa’at baginya dan anak shalih yang selalu mendoakannya.” (HR Muslim 3084)
Dalam riwayat Ibnu Hibban, disebutkan: “Senyummu dihadapan saudaramu adalah shadaqah. Menyingkirkan batu, duri, dan tulang dari jalan manusia adalah shadaqah. Petunjukmu kepada seseorang yang tersesat di jalan juga shadaqah.”. Ibnu Hibban dalam Shahih-nya (al-Ihsan:474, 529)
Segala macam amal kebaikan (amal sholeh) yang pernah dilakukan akan terus kita peroleh manfaatnya di akhirat kelak dengan syarat sampai kita wafat masih termasuk orang yang telah bersyahadat (muslim) karena orang-orang yang tidak bersyahadat (orang kafir) tidak akan memperoleh apa-apa di akhirat kelak atas segala amal yang mereka perbuat.
Semoga Allah Azza wa Jalla meneguhkan kita semua dalam ni’mat Iman dan Islam dan memberikan kemudahan bagi kita untuk melakukan amal sholeh sehingga dimasukkan kita ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.
“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mu’min dan beramal sholeh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka”. (QS Muhammad [47]:12 )
Ya Allah, Rabb ku yang Maha Agung dan Maha Tinggi , Berkahilah sisa umurku ini, matikanlah aku dalam keadaan khusnul khatimah. Aamiin Ya Rabbal Alaamiin.
Semoga di sisa umur.., Allah SWT masih memberikan kesempatan berbuat yang terbaik untuk bekal di Awal kehidupan (Akhirat) nan ABADI.
Alhahamdulillah.., Wa Syukurillah Ya Allah Atas segela Nikmat yang Engkau telah berikan pada hambamu.
Doa qu
اَللَّهُمَّ طَوِّلْ عُمُورَنَا وَصَحِّحْ أَجْسَادَنَا وَنَوِّرْ قُلُوْبَنَا وَثَبِّتْ إِيْمَانَنَا وَأَحْسِنْ أَعْمَالَنَا وَوَسِّعْ أَرْزَقَنَا وَإِلَى الخَيْرِ قَرِّبْنَا وَعَنِ الشَّرِّ اَبْعِدْنَا وَاقْضِ حَوَائِجَنَا فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالۤاخِرَةِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ
ALLAHUMMA THOWWIL UMUURONA, WA SHOHHIH AJSAADANA, WA NAWWIR QULUUBANA, WA SABBIT IIMAANANAA WA AHSIN A'MAALANAA, WA WASSI' ARZAQONAA, WA ILAL KHOIRI QORRIBNAA WA 'ANISY-SYARRI AB'IDNAA, WAQDHI KHAWAA-IJANA FIDDIINI WADDUNYAA WAL AAKHIRATI INNAKA 'ALAA KULLI SYAI-IN QODIIRUN
Artinya :
Ya Allah! Panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
اَللهُمَّ اِنَّا نَسْأَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ
ALLOOHUMMA INNAA NAS-ALUKA SALAAMATAN FID DIINI WA 'AAFIYATAN FIL JASADI WA ZIYAADATAN FIL 'ILMI WA BAROKATAN FIR RIZQI WA TAUBATAN QOBLAL MAUTI WA ROHMATAN 'INDAL MAUTI WA MAGHFIROTAN BA'DAL MAUTI
Artinya :
Ya Allah kami memohon kepadaMu keselamatan dalam agama, dan kesejahteraan/kesegaran pada tubuh dan penambahan ilmu, dan keberkahan rizqi, serta taubat sebelum mati dan rahmat di waktu mati, dan keampunan sesudah mati.
رَبِّ هَبْلِيْ مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاءِ
ROBBI HABLII MIN LADUNKA DZURRIYYATAN THOYYIBATAN INNAKA SAMII'UD DU'AA-I
Artinya :
Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar Doa.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
ROBBANAA HABLANAA MIN AZWAAJINAA WA DZURRIYYAATINAA QURROTA A'YUNI WAJ-'ALNAA LILMUTTAQIINA IMAAMA
Artinya :
Ya Tuhan kami, Anugerahkanlah kepada kami, istri-istri kami dan anak cucu kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.
Aamiin.., Aaamiin, Aamiin.., Ya Rabbal Alaamiin.
SPIRIT MILAD KE 41