Tantangan Dosen Dalam Dunia Pendidikan Tinggi
Diakui atau tidak diakui dalam dunia pendidikan paradigma yang dianut sekarang adalah konstruktivisme. Jika dahulu pengetahuan mahasiswa bersumber dari dosen, dan mahasiswa dianggap sebagai gelas kosong yang siap diisi. Maka dengan paradigma konstruktivisme, mahamahasiswa harus dianggap memiliki pengetahuan awal, dan tugas dosen hanya mengkonstruksinya. Mahamahasiswa pun diibaratkan tanaman yang sudah punya potensi untuk tumbuh dan berkembang, sedangkan dosen hanya berfungsi sebagai penyiram yang membantu tanaman (mahasiswa) tumbuh dan berkembang dengan baik. Akibatnya, peran dosen berubah dari pengajar menjadi fasilitator dengan model pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (student center), tidak lagi berpusat pada dosen (teacher center). Proses belajar mengajar (PBM) bersifat memandirikan mahasiswa dalam mengeksplorasi rasa keingintahuannya dan memecahkan masalah yang diberikan dosen.
Proses globalisasi merupakan kaharusan sejarah yang tidak mungkin dihindari, dengan segala berkah dan mudhorotnya. Bangsa dan Negara akan dapat memasuki era globalisasi dengan tegar apabila memiliki pendidikan yang berkualitas. Kualitas pendidikan, terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar yang berlangsung di ruang-ruang kelas. Dalam proses belajar mengajar tersebut dosen memegang peran yang penting. Dosen adalah kreator proses belajar mengajar. Ia adalah orang yang akan mengembangkan suasana bebas bagi mahasiswa untuk mengkaji apa yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreatifitasnya dalam batas-batas norma-norma yang ditegakkan secara konsisten. Sekaligus dosen akan berperan sebagai model bagi anak didik.
Kebesaran jiwa, wawasan dan pengetahuan dosen atas perkembangan masyarakatnya akan mengantarkan para mahasiswa untuk dapat berpikir melewati batas-batas kekinian, berpikir untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
Tugas utama dosen adalah mengembangkan potensi mahasiswa secara maksimal lewat penyajian mata pelajaran. Setiap mata pelajaran, dibalik materi yang dapat disajikan secara jelas, memiliki nilai dan karakteristik tertentu yang mendasari materi itu sendiri. Oleh karena itu, pada hakekatnya setiap dosen dalam menyampaikan setiap mata pelajaran harus menyadari sepenuhnya bahwa seiring menyampaikan materi pelajaran, ia harus pula mengembangkan watak dan sifat yang mendasari dalam mata pelajaran itu sendiri.
Materi pelajaran dan aplikasi nilai-nilai terkandung dalam mata pelajaran tersebut senantiasa berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Agar dosen seanantiasa dapat menyesuaikan dan mengarahkan perkembangan, maka dosen harus memperbaharui dan meningkatkan ilmu pengetahuan yang dipelajari secara terus menerus. Dengan kata lain, diperlukannya adanya pembinaan yang sistematis dan terencana bagi para dosen.
Memasuki abad 21 pendidikan akan mengalami pergeseran perubahan paradigma yang meliputi pergeseran paradigma:
dari belajar terminal ke belajar sepanjang hayat,
dari belajar berfokus penguasaan pengetahuan ke belajar holistik,
dari citra hubungan dosen-murid yang bersifat konfrontatif ke citra hubungan kemitraan,
dari pengajar yang menekankan pengetahuan skolastik (akademik) ke penekanan keseimbangan fokus pendidikan nilai,
dari kampanye melawan buta aksara ke kampanye melawan buat teknologi, budaya, dan komputer,
dari penampilan dosen yang terisolasi ke penampilan dalam tim kerja,
dari konsentrasi eksklusif pada kompetisi ke orientasi kerja sama.
Dengan memperhatikan pendapat ahli tersebut nampak bahwa pendidikan dihadapkan pada tantangan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam menghadapi berbagai tantangan dan tuntutan yang bersifat kompetitif.
Gambaran Pembelajaran di Abad Pengetahuan (abad 21)
Kampus memerlukan sumber belajar yang banyak. Tetapi kampus dihadapkan pada kenyataan bahwa sumber belajar yang ada di perpustakaan sangat terbatas. Koleksi buku dan compact disk (CD) yang dimiliki kampus pun acapkali sudah usang. Pembaharuan koleksi buku dan CD tentu memerlukan biaya yang sangat besar. ICT dapat dijadikan solusi bagi permasalahan ini.
Praktek pembelajaran yang terjadi sekarang ini masih didominasi oleh pola atau paradigma yang banyak dijumpai di abad industri. Pada abad pengetahuan (abad 21) paradigma yang digunakan jauh berbeda dengan pada abad industi. Pendekatan pembelajaran yang digunakan pada abad pengetahuan adalah pendekatan campuran yaitu perpaduan antara pendekatan dari dosen, belajar dari mahasiswa lain, dan belajar pada diri sendiri.