top of page

Buku : MEDIA BARU DALAM KOMUNIKASI POLITIK (Komunikasi Politik di Dunia Virtual)

  • Yusrin Ahmad Tosepu
  • Mar 26, 2018
  • 6 min read

Media sosial atau medsos menjadi fenomena yang makin mengglobal. Keberadaannya makin tidak dapat dipisahkan dari cara berkomunikasi antarmanusia. Media sosial sebagai bentuk media baru, merupakan teknologi informasi dan komunikasi dengan konteks sosial yang berhubungan dan menyatukan tiga elemen: alat dan artefak teknologi; aktivitas, praktik, dan penggunaan dan tatanan serta organisasi sosial. Beragam paradigma komunikasi muncul. Ada model komunikasi yang sifatnya satu arah, di mana satu pihak memberikan informasi kepada pihak lain, ada pula model komunikasi yang sifatnya partisipatoris, di mana pihak-pihak yang berkomunikasi melakukannya secara dialogis. Pada model partisipatoris, pengguna medsos saling berbagi informasi, pendapat, pandangan, pengetahuan, pengalaman, keinginan dan membangun kerangka tindakan untuk mencapai kemajuan bersama.


Media baru memberi kontribusi yang besar bagi demokrasi. Kontribusi tersebut berupa terbentuknya ruang publik yang universal, bisa diakses oleh siapa saja. Sehingga masyarakat tidak mengalami hambatan untuk menyuarakan aspirasinya. Di sisi lain, media baru mengubah komunikasi politik yang selama ini cenderung top-down, menjadi bottom up dan decentralized. Pemerintah makin membuka ruang bagi masyarakat lewat program e-government untuk meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat. Perubahan ini pada akhirnya akan meningkatkan partisipasi politik masyarakat. Partisipasi politik merupakan modal bagi terwujudnya demokrasi yang substantif bagi suatu bangsa.


Hadirnya media sosial melahirkan peradaban baru dalam komunikasi politik termasuk munculnya sejumlah terminologi baru seperti cyberdemocracy, cyberprotest, dan new public sphere untuk tautan gagasan, pemikiran, dan partisipasi politik. Fenomena komunikasi politik yang tak lagi terbatas pada ruang-ruang fisik dengan melimpahnya informasi di dunia virtual. Menjadi dinamika tersendiri bagi komunikasi politik yang digunakan para aktor politik. Kondisi itu tentu menjadi tantangan bagi setiap parpol, politisi dan lembaga politik lainnya untuk segera melakukan inovasi meraih dukungan politik dari kalangan muda atau biasa disebut generasi millennial yang termasuk masyarakat swing voters. Millennials adalah aktor utama Indonesia masa kini dan masa depan.


Di Indonesia, jumlah millennials 61,8 juta atau sekitar 24,5 persen dari total jumlah penduduk. Jumlah terbesar dan sudah melampai jumlah generasi-generasi sebelumnya. Karakter utama yang melekat pada Generasi Millennial, yaitu Connected,Creative,dan Confidence (3C). Connected, mereka adalah pribadi yang pandai bersosialisasi, aktif berselancar di media sosial dan internet. Sangat fasih menggunakan Facebook, Twitter, Path, dan Instagram maupun Media sosial yang lain. Kedepan kiprah generasi ini akan mempengaruhi berbagai lini, termasuk akan menciptakan budaya politik baru dan kepemimpinan masa depan.


Buku ini bermanfaat dan menjadi awal untuk menyusun strategi, melakukan evaluasi, meningkatkan kinerja parpol, politisi dan lembaga politik lainnya dalam membangun komunikasi politik di era media baru. Menyampaikan konten konten informasi politik secara efektif dan efisien. Membangun komunikasi partisipatoris dengan publik dan seluruh pihak yang berkepentingan. Dengan spirit Membangun Kualitas Politik dan Demokrasi yang lebih baik, maka akan mendorong bangsa kita kepada kemajuan dan daya saing bangsa ini dimasa mendatang. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak yang membantu mewujudkan buku ini hadir. Tentunya buku ini akan berarti apabila dibaca, dipahami, diaplikasikan dan terus disempurnakan.



SPIRIT PENERBITAN BUKU



Masyarakat global tidak bisa dipisahkan dari infiltrasi aplikasi-aplikasi media sosial. Dalam sejarah perjalanan medsos, beragam aplikasi datang dan pergi. Ada yang hilang dari dunia maya, namun ada yang terus bertahan karena dibutuhkan dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Apa yang membuat medsos terus dibutuhkan masyarakat? Salah satu kata kuncinya adalah karena kekuatan informasi, komunikasi, dan jejaring sosial yang terkandung di dalamnya.


Saat ini Indonesia telah menjadi pengguna Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) terdepan di dunia. Jumlah pemakai internet di Indonesia mencapai 70 juta atau 28% dari total populasi. Pemakai medsos seperti Facebook berjumlah sekitar 50 juta atau 20% dari total populasi, sementara pengguna Twitter mencapai 40 juta atau 16% dari total populasi. Angka-angka di atas dari tahun ke tahun bakal terus bertumbuh, karena ditopang oleh basis pemakai mobile/telepon seluler dan internet yang besar.


Media sosial telah menjadi energi baru yang membuat kekuatan sipil tumbuh menjadi “Daud” sosial-politik yang mampu menandingi supremasi “Goliath” kekuasaan. Media sosial membuat masyarakat sipil lebih mudah menjalankan perannya sebagai kekuatan penyeimbang kekuasaan dan penyangga negara. Namun, di sisi lain, potensi positifnya ini paralel dengan potensi negatifnya untuk mencederai dan melemahkan demokrasi. Ini sisi gelap media sosial yang bukan hanya mengancam Indonesia, tapi juga negara-negara besar.


Media sosial juga dimanfaatkan secara kreatif oleh pemilih sebagai alat partisipasi politik yang baru. Hoax merupakan implikasi tak terpisahkan dari alat partisipasi politik baru yang bernama media sosial ini. Potensi terjadinya konflik sosial-politik semakin mudah karena difasilitasi secara maya. Media sosial alat yang sangat potensial untuk memperkuat sekaligus memperluas demokrasi yang mengalami krisis partisipasi.


Pemerintah, parpol, politisi, dan lembaga politik lainnya harus mengambil dua peran sekaligus. Pertama, memanfaatkan medsos untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Berkewajiban untuk mensosialisasikan program, kebijakan dan memberi jawaban atas kepentingan serta keingintahuan publik mengenai dunia politik. Peran kedua, menggunakan medsos sebagai sarana pemasaran politik. Demi peningkatan dua peran tersebut, maka Pemerintah, parpol, politisi dan lembaga politik lainnya untuk membangun kompetensi pemanfaatan medsos dengan baik dan benar. Targetnya, membangun jaringan komunikasi politik yang memberikan wawasan politik dalam kehidupan bernegara. Program, kebijkan, Ide, gagasan politik yang menawarkan nilai perubahan.



TUJUAN PENERBITAN BUKU


Perkembangan new media, diperkuat dengan semakin banyaknya media sosial seperti situs jejaring sosial (social network site) dan weblog interaktif dalam jalinan komunikasi antarwarga. Hadir-nya ruang publik baru (new public sphere) dengan menciptakan komunitas-komunitas virtual dalam kehidupan modern sudah tak terbantahkan lagi. Ramainya penggunaan internet melahirkan peradaban baru komunikasi politik termasuk munculnya sejumlah terminologi baru seperti cyberdemocracy, cyberprotest, dan new public sphere untuk tautan gagasan, pemikiran, dan partisipasi politik. Hadirnya media baru menjadi dinamika tersendiri bagi komunikasi politik yang digunakan para aktor politik.


Pengguna internet (netizens) semakin signifikan dalam politik. Tipologi netizen seperti publicist, hactivist, propagandist, disseminator pun menjadi warna baru yang membuat kanal media baru kian menghadirkan komunikasi politik yang mudah dan interaktif. Penggunaan internet dalam komunikasi politik semakin intensif dan meluas. Hal ini tak bisa dilepaskan dari lingkungan dinamis yang terjadi di era globalisasi informasi. Banyaknya aktor politik yang juga memiliki akun di Facebook, Twitter, dan sejumlah sosial media lain menandakan fenomena pencitraan dan kampanye politik tidak bisa dihindari dalam laju perkembangan demokrasi di Indonesia. Dalam kondisi demikian, proses komunikasi politik yang dikembangkan haruslah bersifat interaktif dialogis dengan membangun partisipasi publik; bersifat searah, komando dan paternalistik. Munculnya media sosial di ranah politik, mendorong para politisi, parpol, lembaga politik lainnya mengambil peran strategis dan taktis dalam membangun partisipasi politik masyarakat. Mengarahkan penggunaan Media sosial pada target terciptanya suatu masyarakat digital berbasis pengetahuan (knowledge based society) yang benar. Jika masyarakat berbasis pengetahuan itu terbentuk, maka diharapkan mereka bisa menggunakan informasi dan pengetahuan di media sosial secara cerdas dan tepat.


Dalam konteks komunikasi politik modern, media sosial tidak hanya menjadi bagian integral dari politik, tetapi juga memiliki posisi yang sentral dalam politik. Program, kebijakan harus disebarluaskan agar rakyat mengetahui dan ikut mendiskusikannya dalam berbagai bentuk forum diskusi publik di media sosial. Tuntutan atau aspirasi masyarakat yang beraneka ragam harus diartikulasikan. Semuanya membutuhkan saluran atau media untuk menyampaikannya. Media sosial merupakan saluran komunikasi politik yang banyak digunakan untuk kepentingan-kepentingan seperti ini. Hal tersebut dikarenakan sifat media sosial yang dapat mengangkat pesan pesan (informasi dan pencitraan) secara masif dan terdistribusi menjangkau khalayak atau publik yang beragam, jauh, dan terpencar luas. Pesan politik melalu media sosial akan sangat kuat mempengaruhi perilaku politik masyarakat.


Pentingnya komunikasi politik dan perilaku politik dalam menunjang keberhasilan pembangunan politik di negeri ini. Asumsi umum menunjukkan bahwa demokrasi dapat dipelihara dan dipertahankan karena terdapat partisipasi warga negara yang aktif dalam urusan kewarganegaraan. Partisipasi aktif mereka dalam kehidupan politik tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan informasi, dan saluran atau media yang paling efektif untuk penyebaran informasi adalah media sosial. Hadirnya media sosial bisa turut memperbaiki kualitas komunikasi politik dalam demokrasi kita. Pemanfaatan media sosial oleh para politisi, parpol, lembaga politik lainnya dan masyarakat umum secara optimal dapat meningkatkan partisipasi politik dan kualitas demokrasi di negeri ini. Hal ini meneguhkan penguasaan komunikasi politik menjadi keniscayaan dalam praktik politik modern, terlebih di tengah pasar pemilih demokrasi elektoral seperti sekarang.


Komunikasi politik tak sekadar kajian teoritis dan konseptual, tapi sudah menjadi ilmu terapan dalam ranah komunikasi yang selalu dinamis. Hadirnya Media baru dalam komunikasi politik memposisikan kajian ilmu komunikasi dan pemanfaatan media sosial menjadi sangat perlu dipahami sekaligus strategis untuk dikuasai dan diimplementasikan. Buku ini secara rinci membahas komunikasi politik di era media baru, mulai dari definisi media sosial, etika bermedia sosial, komunikasi politik dan strategi komunikasi di media sosial, dan generasi millennial dalam pusaran politik. Selain itu, juga secara memadai mengulas pemanfaatan media baru dalam komunikasi politik, dan buzzer media sosial dalam komunikasi politik.


Buku ini menarik untuk dibaca dan didalami baik oleh akademisi, praktisi politik, jurnalis, hingga masyarakat umum. Terutama untuk mereka yang memerlukan “kode kunci” yang akan mengantarkan pembaca pada ranah era baru dalam komunikasi politik yang dinamis.


Simak Video Berikut : Media Massa dan Politik

Video : Kekuatan Media Sosial

 
 
 

Comments


Follow

  • Facebook

Contact

082187078342

Address

Makassar, Sulawesi Selatan Indonesia

©2016 by Yusrin Ahmad Tosepu

bottom of page