Menulis di Era Digital
- Yusrin Ahmad Tosepu
- Apr 1, 2018
- 6 min read
“Jangan ragu untuk menuliskan hal-hal baik, karena kebaikan akan datang kepada kita juga. Dan walau kita hanya dapat menulis sedikit-sedikit pastikan kita tidak berhenti, karena untuk bisa harus terlatih untuk membiasakannya.”_Yusrin Ahmad Tosepu

Bagi Dosen, mahasiswa dan masyarakat yang hobi menulis, patut berbahagia karena di era digital hobi menulis bukan lagi dunia yang sepi. Sepuluh tahun yang lalu hobi menulis selalu identik dengan dunia sepi, terhalang dari riuhnya dunia luar. Namun, kemajuan teknologi informasi mengubah banyak hal termasuk tradisi menulis. Ketika hobi menulis pada masa itu merupakan dunia sunyi yang tersembunyi di balik diary dan korespondensi. Hobi menulis pada masa itu sebagian besar berkutat pada dua media itu. Hanya sebagian kecil saja dari penulis yang berhasil menembus sekat sunyi ini, dan berhasil mempublikasikan tulisannya ke khalayak ramai.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang melaju begitu cepat bak kilat mengubah semuanya. Akses internet yang semakin luas, memuat dunia hanya selebar monitor PC, laptop, notebook. Situs jaringan sosial media memberi peluang bagi siapapun terhubung satu sama lain. Saling berbagi kabar dan cerita melalui tulisan pendek hingga panjang. Hobi menulis yang awalnya terkungkung di dunia sepi bermigrasi ke dunia online yang ramai yang tak bertepi. Menulis di era digital terasa lebih hidup dan mengasyikkan. Mengapa? Karena di sini kita tidak lagi menguatak atik sendiri merangkai kata demi kata. Ada media sosial yang mempublikasikan sependek apapun ocehan kita. Ada blog yang siap menjadi diari online tempat menulis curahan hati hingga media online untuk berbagi opini. Semua tulisan yang diposting tidak lagi menjadi konsumsi pribadi, akan tetapi akan menjadi konsumsi publik. Siapa saja yang membaca bisa memberikan komentarnya. Sebagai seorang penulis harus siap dengan semua tanggapan itu. Karena ini era digital, siapapun bisa menulis, siapapun bisa membaca dan siapapun bisa menanggapi. Dunia kata adalah dunia kita.
Menulis di era digital merupakan aktivitas untuk memancing diskusi hingga perdebatan. Inilah warna berbeda yang ditawarkan oleh era digital pada penulis. Jika Ingin eksis di era digital melalui tulisan? Bersiaplah dengan perubahan dinamika pergaulan era digital yang jauh dari kata ‘sepi’, sekalipun hanya nongkrong di sudut kamar. Konsekuensinya, kita harus benar-benar selektif dalam memilih kata dan mempublikasikan tulisan. Setiap kata dan tulisan di media online sangat mungkin menjadi bumerang bagi penulisnya. Banyak kepala yang membaca, banyak persepsi yang tercipta. Bukan hal yang mustahil persepsi yang muncul adalah persepsi yang jauh berbeda dari apa yang kita inginkan. Menulislah dengan gaya, tapi tetap bersahaja dan waspada. Karena bumerang bisa muncul dari mana saja.
Mulai dari sekarang!
Zaman kekinian adalah zaman yang serba mengandalkan teknologi. Media online menjadi sasaran bagi masyarakat di seluruh dunia dalam melakukan banyak hal. Adanya media online membuat setiap orang bergantung pada gadged-nya dan dengan adanya media online ini baik sosial media, dan media online lainnya menjadikan banyak orang yang berkarya di dalamnya. Salah satunya adalah menulis. Banyak sekali media sosial saat ini yang keseluruhan isinya membuat para penggunanya untuk menulis. Dan menulis di media online menjadi minat terbesar, karena masyarakat saat ini banyak menggunakan gadget-nya sehingga memungkinkan memiliki banyak pembaca.
Ada banyak orang yang dengan mudahnya menulis di sosial medianya, namun juga ada yang kesulitan untuk menulis. Adapun juga yang di dalam dirinya memiliki keinginan untuk menulis namun terkadang terhenti dan tak memiliki semangat untuk menulis. “Ada yang memiliki keinginan dan kemampuan dalam menulis namun malas untuk menulis?” “Bagaimana mungkin kita melewatkan zaman yang serba canggih ini untuk tidak memanfaatkan kemampuan kita dalam menulis?” Sarananya banyak, ada blogger, tumbler, wordpress, dan lainnya. Dan dari semua itu dapat menjadikan sebuah karya yang bisa nantinya dijadikan buku.
Mari kita belajar bersama untuk menciptakan semangat dalam menulis. Ada beberapa hal yang perlu kita tahu, sehingga menciptakan semangat untuk menulis yaitu :
1. Menulis menjadikan kita dikenal oleh dunia
Dengan menulis akan ada sedikit demi sedikit pembacanya yang nantinya akan terus memiliki banyak pembacanya. Karena dengan menulis, karya tulismu akan abadi dan pembacamu akan menyebarkan tulisan-tulisan itu sehingga banyak yang menyukainya dan menjadikan semakin banyak yang mengenalmu.
2. Menulis merupakan ladang pahala
Pastikan kita menuliskan hal-hal baik dan bermanfaat bagi pembaca. Dengan kita menulis hal-hal baik yang bermanfaat dan setelah itu tulisan kita dijadikan pembelajaran untuk pembacanya sehingga bermanfaat bagi pembacanya, maka pahala kebaikan diberikan pada kita. Karena tulisan kita bermanfaat bagi orang lain yang membacanya. Adapun jika kita menuliskan tentang ilmu dan ilmu yang kita tulis dilakukan oleh pembaca, maka pahala itu sampai pada kita juga dan menjadikan amal jariyah atas apa yang kita tulis. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila manusia itu telah mati maka terputuslah dari semua amalnya, kecuali tiga perkara yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shaleh” (HR. Muslim).
3. Menulis menjadikan ilmu itu akan terus tersimpan
Dengan menulis kita menyimpan sebuah ilmu yang kita dapat, sehingga menjadikan kita memiliki banyak ilmu. Karena tiap ilmu yang didapat kita langsung tuliskan dan dapat menjadi bahan tulisan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ikatlah ilmu dengan menulisnya” (HR. Ahmad). Adapun perkataan Imam Asy Safi’i rahimahullah yaitu, “Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan jika engkau memburu kijang, setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja”. Ingat menulis itu butuh ilmu gunanya untuk menambah wawasan pengetahuan dan dengan tujuan dapat dibagikan kepada banyak orang.
Menulis, Keterampilan yang paling penting di Era Digital
Dunia saat ini adalah dunia texting. Orang lebih senang mengirimkan pesan text daripada berbicara. Informasi yang muncul di kotak kecil ajaib itu membludak lewat berbagai pesan text di twitter, facebook, blog, line, media online. Dilengkapi dengan foto dan video yang atraktif, mata kita seolah tak boleh dibiarkan lepas dari layar. Dengan platform media yang berbeda, gaya penulisan saat ini juga sudah berubah. Tidak lagi hanya sekadar gaya menulis yang monotan dan membosankan. Tantangannya, kita sekarang hanya kemauan dan waktu untuk menulis disertai tulisan harus cukup menarik perhatian untuk berkompetisi.
Menulis itu mudah asalkan tahu hakikatnya. Ada 3 hakikat menulis; ekspresi, pengalaman dan narasi. Ekspresi adalah ungkapan yang akan menunjukkan siapa sesungguhnya penulis yang tergambar melalui pernyataan, gagasan dan perasaan dalam tulisan. Pengalaman, merupakan sumber sebuah tulisan baik pengalaman diri sendiri atau pengalaman orang lain yang ia dapatkan melalui pengamatan, wawancara atau membaca buku. Sedangkan narasi adalah sebuah seni menggabungkan ekspresi dan pengalaman dalam kerangka yang tepat.
Jika hakikat menulis sudah difahami maka langkah-langkah dalam menulis akan menjadi sangat mudah. Langkah-langkah tersebut berupa; mengumpulkan dan klasifikasi pengalaman, menentukan ekspresi, memilih narasi, menetapkan plot, membuat outline dan elaborasi outline. Sesingkat itu saja, jadi seharusnya tidak ada alasan bagi orang untuk mengatakan bahwa ia tidak bisa menulis. Kita hanya perlu mencoba dan terus berlatih. Menulis adalah latihan, kita tidak bisa bagus dalam semalam, butuh ketekunan dan kesabaran.
Menulis dapat dikatakan sebagai kegiatan yang membentuk simbol-simbol. Tetapi menulis lebih dari sekedar memproduksi simbol grafis, seperti berbicara yang diartikan bukan hanya sebagai produksi suara. Simbol-simbol ini harus disusun, berdasarkan konvensi tertentu, untuk membentuk kata-kata dan kata-kata disusun untuk membentuk kalimat. Secara sederhana hakikat menulis, yaitu menuangkan ide atau pikiran secara tertulis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia., “menulis adalah menyusun suatu cerita buku dan sebagainya. (Alwi, dkk. 2003: 506). Sejalan dengan pengertian di atas, Learner (dalam Abdurrahman, 1996: 192) mengemukakan,bahwa “ menulis atau mengarang adalah mengemukakan ide dalam bentuk visual.” Lebih jauh, Sumarmo (1989, hlm. 7) mengemukakan, bahwa “menulis adalah mengungkapkan bahasa dalam bentuk simbol gambar.”
Menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai (Tarigan,1986:hlm,15). Merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu objek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diperoleh secara otomatis. Kemampuan menulis seseorang bukan dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh melalui tindak pembelajaran. Berhubungan dengan cara pemerolehan kemampuan menulis, seseorang yang telah mendapatkan pembelajaran menulis belum tentu memiliki kompetensi menulis dengan andal tanpa banyak latihan menulis.
Aktivitas menulis merupakan sebuah bentuk manifestasi kompetensi berbahasa paling akhir dikuasai pembelajar bahasa setelah kompetensi menyimak, berbicara dan membaca. Dibandingkan ketiga kompetensi bahasa tersebut, kompetensi menulis dapat dikatakan lebih sulit untuk dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan karena kompetensi menulis menghendaki penguasaaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi dari tulisan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi pesan harus terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan tulisan yang runtut, padu dan berisi. (Nurgiyantoro (2014: hlm, 422),
Intinya, menulis itu bukan hanya melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu dan pengalaman hidup seseorang dalam bentuk bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan tidak perlu dipelajari, tetapi harus dikuasai.
Penguasaan terhadap menulis berarti keterampilan untuk mengetahui dan memahami struktur bahasa yang sesuai dengan kaidah yang berlaku. Keterampilan tersebut adalah sebagian dari persyaratan keterampilan menulis seseorang untuk mengetahui, memahami, dan menggunakan unsur-unsur kata, kalimat, paragraf, serta tata tulis menulis.
Semoga catatan ini dapat menyemangati kita untuk terus menulis. Mari terus semangat untuk menuliskan hal-hal baik, karena kebaikan akan datang kepada kita juga. Dan walau kita hanya dapat menulis sedikit-sedikit pastikan kita tidak berhenti, karena untuk bisa harus terlatih untuk membiasakannya. Semoga !
Simak video berikut : Asma Nadia - Tidak ada alasan untuk tidak menulis
Simak video berikut :