Beberapa tahun yang lalu, masyarakat sudah sering mendengar istilah “Big Data”. Istilah ini masih terasa bias bagi sebagian masyarakat. Membuat istilahnya terdengar menarik namun maknanya sulit dipahami. Teknologi pada saat itu memang sedang ramai-ramainya dengan media sosial dan mungkin awal dari revolusi penyampaian ide dari yang benar sampai yang bohong, dari biasa sampai yang luar biasa, dari 2rius sampai serius.
Dulu sewaktu kuliah di bidang informatika, topik yang dipelajari lebih banyak menitikberatkan pada proses algoritmik untuk menganalisis data yang pada dasarnya kompleks seperti multimedia (misal peta, gambar, dan video). Istilah ‘big data’ sendiri saya dengar pertama kali dari area yang lebih banyak penekanan pada data dan bagaimana penanganannya. Istilah big data sebagai sebuah konvergensi teknologi. Dulu dikenal istilah pengolahan data terdistribusi atau sistem terdistribusi dan pemrograman paralel ketika teknologi prosesor komputer baru mulai mengenalkan adanya beberapa “slot” kemudian berkembang menjadi ‘core’ dalam satu ‘chip’ dibandingkan sistem basis data dan keluarganya. Konsep basis data banyak digunakan di dunia industry untuk penanganan data khusus.
Big data mulai muncul sebagai tren dalam pengelolaan informasi dalam kurun lima tahun terakhir mengingat begitu besarnya pertumbuhan data di Internet, khususnya melalui media sosial. Secara umum big data dapat diartikan sebagai sebuah kumpulan data yang berukuran sangat besar (volume), sangat cepat berubah/bertumbuh (velocity), hadir dalam beragam bentuk/format (variety), serta memiliki nilai tertentu (value), dengan catatan jika berasal dari sumber yang akurat (veracity).
Big Data adalah suatu tahapan yang dalam perkembangan teknologi yang mempertemukan kemajuan teknologi perangkat keras dan teknik pemrosesan data lanjut. Mulai dari distributed system, parallel computer hingga cloud computing. OLTP, OLAP/data warehouse, basis data non-relasional (NoSQL) hingga Analytics, Business Intelligence. Mulai dari statistik deskriptif, model prediktif, pembelajaran mesin, Data Mining/Knowledge Discovery hingga Data Science. Mulai dari rule-based system, expert system, description logic hingga semantic web. Semuanya mengarah pada kebutuhan yang sama: fokus pada transformasi data menjadi informasi tanpa perlu tahu banyak tentang proses yang ada di bawahnya. Intinya adalah transparansi/abstraksi.
Big Data dapat menyimpan berbagai macam bentuk data dan berasumsi dapat bertanya tentang apapun dari data tersebut, atau siapapun yang memiliki akses ke sistem komputasi tsb, baik sebagai sebagai pemasok data maupun peminta informasi. Dalam berbagai literatur populer di web, kompleksitas yang dimaksud sering disebut sebagai aspek multi-V (3V, 4V, atau 5V) seperti Volume, Velocity, Variety, Veracity, dan Value. Aspek multi-V ini berasal dari karakteristik berbagai disiplin. Volume merupakan topik utama di komunitas basis data (Very Large Data Base). Velocity sepertinya jadi kajian di komunitas Jaringan Komputer, Sistem Terdistribusi, Sistem Komputer. Variety merupakan isu utama dalam komunitas Sistem Informasi. Veracity sudah mulai disebut ketika perkenalan dengan topik Intelegensia Buatan. Terakhir agar teknologi ini dapat dinikmati oleh masyarakat luas, maka syarat utamanya adalah adanya Value bagi penggunanya. V yang terakhir lebih banyak digunakan akhir-akhir ini ditambahkan sebagai salah satu jargon pemasaran.
Dalam pengertian teknis, big data didefinisikan sebagai sebuah problem domain dimana teknologi tradisional seperti relasional database tidak mampu lagi untuk melayani. Peningkatan volume, velositas, dan variasi data banyak diakibatkan oleh adopsi internet dimana setiap individu memproduksi konten atau paling tidak meninggalkan sidik jari digital yang berpotensial untuk digunakan untuk hal-hal baru, dari audiens targeting, rekomendasi ataupun penggunaan yang lebih tak terduga. Dengan Big Data dapat memproses dan mengolah data dalam jumlah yang besar dari berbagai sumber dengan variasi data berbeda, baik yang terstruktur (data structure) ataupun tidak terstruktur (data unstructured) untuk mendapatkan pola-pola yang terjadi sehingga dapat ditemukan korelasi dan menghasilkan informasi yang berguna dengan cepat.
Hal utama yang membedakan big data dengan kumpulan data konvensional terletak pada mekanisme pengelolaannya. Sistem basis data relasional yang saat ini umum digunakan, sudah dirasakan tidak mampu menangani kompleksitas big data secara optimal. Dengan disadari atau tidak, institusi, lembaga, organisasi, perusahaan, masyarakat moderen saat ini, khususnya di kota-kota besar, termasuk di Indonesia telah memiliki ketergantungan terhadap Internet. Sebagai suatu infrastruktur, kehadiran Internet telah bertumbuh menjadi kebutuhan untuk berkomunikasi, bertukar pikiran, bahkan menjadi suatu saluran untuk mencurahkan isi hati.
Masih banyak kalangan, bicara soal data seringkali masih diartikan terbatas pada data berupa angka atau statistik. Data dianalogikan hanya diproduksi oleh kalangan tertentu saja, seperti peneliti, pakar keuangan, ilmuwan, dll. Padahal menurut definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia (Daring) milik Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, data adalah keterangan yg benar dan nyata: pengumpulan untuk memperoleh keterangan atau bahan nyata yg dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan). Definisi tersebut jelas tidak membatasi bahwa data harus berupa angka atau data harus dikeluarkan oleh siapa.
Tanpa disadari setiap individu saat ini menghasilkan serta berurusan dengan data. Mulai dari data sederhana berupa posting di Facebook, obrolan di WhatsApp, hingga data penting seperti presentasi tender milyaran rupiah kepada klien. Sejumlah pakar memprediksi bahwa saat ini diperkirakan sekitar 2.5 triliun byte data dihasilkan setiap harinya. Mesin pencari google saja konon memproses 3.5 juta permintaan/ hari dan Facebook menayangkan 300 juta foto/ hari. Belum lagi sumber-sumber lain yang jumlahnya tak terbatas. Sangat Luar biasa bukan? Data yang terus menerus mengalir setiap detik, luar biasa banyak dan beragam itulah yang kemudian dikenal dengan istilah Big Data.
Big Data memungkinkan ditemukannya pola-pola tersembunyi, korelasi data tak terduga, market trend, selera konsumen, dan informasi bisnis berharga lainnya. Dimulai dengan pencarian sumber data, mengekstrak seluruh data yang menjadi perhatian, menganalisa keterhubungan data, mengelompokkan hasil analisa menjadi kumpulan informasi, kemudian informasi tersebut divisualisasikan untuk memudahkan pengguna dalam menangkap hasil analisa sehingga pengguna mendapatkan insight dalam membuat strategi. Dampak akhirnya tentunya peningkatan kinerja organisasi, bisnis, mulai dari efektivitas program marketing, peluang pendapatan baru, pemahaman konsumen yang lebih baik, daya saing perusahaan, serta berbagai manfaat bisnis lainnya. Meskipun sekarang mungkin belum banyak pihak memanfaatkan inovasi ini, namun semua hanyalah soal waktu. Sama halnya ketika internet pertama kali dikenalkan sekitar dua dekade lalu. Tidak semua perusahaan langsung mengadopsinya kala itu.
Sekarang, tidak ada institusi, lembaga, organisasi, perusahaan yang tidak membutuhkan internet. Mengapa? Karena "lilitan" data yang semakin rumit akan memaksa banyak pihak untuk mencoba menguraikannya dan menjadikannya bermanfaat. Contoh sederhana. Di era tahun 1980-an, bisa jadi hanya ada 100 perguruan tinggi di Indonesia. Tapi kini, seiring perkembangan dan kebutuhan pendidikan tinggi dan kemajuan teknologi dan kompetensi, berbagai perguruan tinggi bermunculan. Setiap perguruan tinggi kini harus bisa menunjukkan "kelebihannya" di mata konsumen, alias harus jelas positioning-nya. Aktivitas riset pun mulai menjadi pilar pengembangan strategi bisnis, untuk mengetahui secara pasti apa keinginan pasar, bagaimana kondisi lapangan, dsb.
Kehadiran Big Data merupakan suatu terobosan yang dapat membantu berbagai macam aktivitas di era global, tak terkecuali dengan perguruan tinggi. Teknologi Big Data semakin banyak diaplikasikan seiring dengan volume data yang terus meningkat karena layanan berbasis online juga terus berkembang. Salah satu kemudahan yang ditawarkan oleh Big Data, yaitu mengumpulkan data yang berskala sangat besar, meski belum terstruktur, namun dapat diolah untuk proses pengambilan keputusan, turut faktor yang berperan dalam meningkatkan poularitasnya.
Beberapa prinsip dari big data adalah tidak membuang data apapun karena residu tersebut mungkin akan menjadi penting sejalannya waktu. Berikutnya, real-time processing. Sedangkan untuk menghadapi variasi data yang tinggi, big data menciptakan struktur melalui ekstraksi, transformasi, tanpa harus membuang data mentah yang dimiliki. Hal yang utama yang yang menyertai perkembangan dan pengelolaan big data, yaitu: 1). infrastruktur jaringan komputer; 2). normalisasi (penyamaan) persepsi terhadap data (data science); 3). big data sebagai fondasi untuk collaborative intelligence; dan 4). perlunya kesaradaran akan nilai informasi yang mengiringi citra diri seseorang, sebuah organisasi ataupun institusi.
Simak video berikut : Teknologi Penyimpanan Data ‘Cloud’ Menjadi Kunci Transformasi Bisnis Era Digital
Pemerintah, para pemangku pendidikan tinggi, intitusi dan lembaga lainnya harus dapat memahami tentang fenomena big data yang mulai menghinggapi Indonesia. Big data ini relevan sekali untuk dapat dimanfaatkan, khususnya dalam rangka inovasi pendidikan, pengembangan mutu dunia pendidikan tinggi Indonesia.
Dulu untuk mengetahui data dan informasi perkembangan di segala bidang (pendidikan, bisnis, ekonomi, social, politik, dsb) biasanya memakan waktu berbulan-bulan, saat ini bisa diselesaikan dalam waktu yang jauh lebih singkat. Dampaknya? Organisasi, intitusi pendidikan, lembaga, perusahaan semakin lincah dan responsif menanggapi perubahan atau dinamika bisnis lainnya.
Dengan big data, dari kultur yang banyak tergantung pada keputusan berbasis insting dan pengalaman, menjadi budaya pengambilan keputusan yang lebih objektif, berbasis data, dan memanfaatkan kekuatan teknologi. Jadi, individu dan organisasi juga harus terdorong untuk berubah. Kemampuan mengetahui lebih banyak, dapat menciptakan produk baru, memberikan layanan yang lebih baik, menjalin hubungan dengan stakeholders yang harmonis dan berkelanjutan. Jika tidak, selengkap dan secepat apa pun informasi berharga yang dihasilkan oleh Big Data, akan berakhir sebatas tampilan indah di layar computer
Perkembangan teknologi Big Data ke depan tidak melulu terkait dengan inovasi perangkat/ tools. Kelahiran teknologi ini juga mendorong terciptanya paradigma baru dalam menjalankan bisnis di segala bidang. Tantangan terbesar dalam adopsi Big Data di sebuah organisasi, intitusi, lembaga, perusahaan adalah menciptakan evolusi dari budaya "merasa serba tahu" menjadi budaya belajar. Memasuki era Big Data artinya (harus) siap memasuki era penuh inovasi, kreatifitas, petualangan tanpa batas.
SEMOGA BERMANFAAT. SALAM PENDIDIKAN TINGGI INDONESIA
Simak video berikut : Big Data: Power, Potential, and Perils