Gagasan Besar Pengembangan Perguruan Tinggi
- Yusrin Ahmad Tosepu
- Sep 25, 2018
- 4 min read

Gagasan besar hanya lahir dari sebuah Institusi Pendidikan yang memiliki visionary leadership, bukan dari organisasi yang monoton dan tertutup pola pikirnya. Institusi Pendidikan yang enggan berubah, tidak akan mampu menemukan gagasan besar dalam menyusun strategi dan taktik yang baik.
Institusi Pendidikan Tinggi yang memiliki gagasan besar adalah mereka yang juga mau mengambil risiko dan mampu mengintegrasikan seluruh potensi dan fungsi yang dimilikinya untuk merubaha dan mengembangkan organisasinya.
Sebuah gagasan besar biasanya melibatkan perubahan proses untuk berbagai fungsi dalam organisasi dan bukan hanya di manajemen pengelolaan. Gagasan besar bukanlah membuat sebuah organisasi baru, tetapi melibatkan perilaku dan proses yang berbeda dari sebelumnya.
Walau banyak organisasi menginginkan ide dan gagasan besar, kenyataan menunjukkan bahwa dalam membuat perencanaan, sangat kecil kita menjumpai ide besar. Mengapa ini terjadi? Karena umumnya senang dengan ide dan gagasan kecil; Ide-ide kecil biasanya mudah karena memiliki tingkat risiko yang kecil.
Salah satu contoh perusahaan yang sukses mengembangakan ide dan gagasan besar Apple Inc; dibawah pimpinan Steve Jobs. Keyakinan yang dia lontarkan tahun 1997 bahwa dia akan kembali membuat Apple Inc menjadi perusahaan besar, akhirnya terwujud. Produk iPod telah mengubah industri musik secara total.
Pada tahun 2001, industri musik mengalami pertumbuhan yang negatif akibat serangan dari Napster. Dengan menggabungkan kemampuan MP3 Player, kemampuan komputer Apple dalam hal memprogram dan menyimpan, serta layanan Napster, maka terciptalah produk cantik iPod yang dilengkapi layanan iTunes untuk men-download musik secara online. Dampaknya adalah setiap menit, ratusan iPod terjual di berbagai belahan dunia.
Begitupula dengan perusahaan Samsung Korea; Di pertengahan tahun 1995, Kun-Hee Lee, chairman dari Samsung mengubah posisi Samsung secara jelas. Lee ingin membawa Samsung menjadi perusahaan yang menghasilkan produk-produk elektronik berkualitas dengan desain yang menjadi trend-setter.
Untuk memperlihatkan komitmennya ini, Lee menghentikan penjulan produk-produk Samsung yang berkualitas rendah. Samsung juga tidak segan-segan merekrut manajer terbaik dari seluruh dunia. Mereka menciptakan sebuah budaya perusahaan di mana setiap periset memiliki kebebasan dan wewenang yang besar untuk menciptakan produk baru.
Hasilnya, hari ini kita melihat produk Samsung yang berkualitas. Bahkan, hari ini Samsung memiliki brand equity yang lebih besar dibandingkan dengan Sony, Sharp, dan Philips.
Bagaimana cara Mendapatkan Sumber Gagasan
Bernd Schmitt, dalam buku Big Think Strategy ini, banyak sekali mengupas secara mendalam bagaimana organisasi perusahaan dan pelaku di dalamnya dapat memperoleh berbagai gagasan besar dalam strategi bisnisnya. Paling tidak, terdapat lima cara untuk mendapatkan gagasan besar untuk pengembangan organisasi dan bisnis.
Berikut sumber gagasan Bernd Schmitt, dalam buku Big Think Strategy yang saya coba narasikan ke dalam industry Jasa layanan pendidikan.
Pertama, mencoba mengkombinasikan sesuatu yang tidak compatible. Misalnya, bagaimana kita bisa mengombinasikan produk pendidikan dengan hiburan? Sepintas ini bukan pasangan yang pas. Rasanya, sulit mencari di mana titik temunya. Tapi, inilah cara pertama bagi mereka yang ingin memperoleh sebuah gagasan besar. Sebuah gagasan besar akan lahir dengan cara memasangkan dua hal yang tidak biasa.
Kedua adalah dengan melakukan benchmarking dari institusi di luar dan institusi kita sendiri. Banyak benchmarking dilakukan oleh institusi pendidikan dengan cara melakukan observasi dan mempelajari institusi pendidikan yang terbaik untuk menerapkan di institusi mereka.
Kalau kita melakuan hal seperti ini, biasanya kita akan merasa cepat belajar. Mengapa? Semua pemain dalam Industri jasa pendidikan, memiliki pandangan yang sama, memiliki persepsi yang sama terhadap pendidikan dan sederet asumsi yang sama pula. Tidak mengherankan, benchmarking dalam institusi pendidikan hanya akan melahirkan perbaikan yang bersifat incremental.
Kalau sebuah institusi pendidikan dapat belajar dari industri penerbangan atau sebaliknya, mereka akan memiliki peluang untuk mendapatkan gagasan yang besar. Begitupula Jika sebuah institusi pendidikan melakukan benchmarking dengan industri consumer goods dalam hal pengelolaan dan pelayanan. Sekalipun industri yang kita pelajari sangat berbeda, masih ada kemungkinan untuk memperoleh gagasan besar dan kemudian menyingkirkan aspek yang tidak relevan untuk institusi pendidikan kita.
Ketiga adalah selalu memikirkan alternatif-alternatif dari sesuatu yang diyakini sudah menjadi kebiasaan. Sebagai contoh; Misalnya sebuah gagasan besar tentang produk baru untuk menggantikan produk pembersih kaca. Ide ini bermula dari kenyataan bahwa banyak perusahaan selalu menciptakan produk pembersih kaca. Mereka berlomba-lomba membuat produk pembersih kaca yang daya bersihnya lebih kuat. Apakah tidak ada alternatif lain? Bagaimana kalau alternatifnya jangan memproduksi pembersih kaca, tetapi justru membuat kaca dengan bahan yang tidak perlu dibersihkan?
Kalau semua institusi pendidikan membuka prodi/jurusan sama, kenapa tidak kita membuat sesuatu yang berbeda walaupun masih dalam ruang lingkup kajian ilmu yang sama. Atau membuat ciri khas pendidikan dan pembelajaran yang tidak sama dengan institusi lainnya. Dengan meminjam istilah, kalau perusahaan memproduksi padat, kenapa tidak cair? Kalau semua membuat produk untuk wanita, kenapa tidak untuk pria? Kalau semua produk adalah dikonsumsi di pagi hari, kenapa tidak membuat produk untuk malam hari?
Keempat adalah dengan melihat waktu. Waktu sering kali memainkan peranan penting. Tidak sedikit produk yang ada telah usang; sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Perusahaan harus selalu berinovasi menciptakan Produk dan jasa yang mengikuti perubahan dan perkembangan zaman, tentunya Contoh Industri fashion; desain dan model yang selalu menyesuaikan perubahan dan perkembangan zaman.
Begitupula seharusnya dalam institusi pendidikan selayaknya selalu melahirkan inovasi pada produknya; Pola, metode pendidikan dan pembelajaran yang menyesuaikan perkembangan kekinian. Dengan memperhatikan tren yang ada, yang kemudian bisa menyesuaikannya.
Kelima adalah metode Stripping. Pendekatan ini memiliki pola yang sederhana. Langkah pertama adalah dengan melihat semua atribut produk jasa pendidikan yang ada saat ini. Misalnya prodi/jurusan yang dibuka, setelah itu, telisik secara seksama prodi/jurusan yang ada, pilih atribut prodi/jurusan yang sudah tidak relevan dengan perkembangan dan perubahan zaman dengan jumlah peminatan yang terus berkurangan. Langkah selanjutnya adalah melakukan diferensiasi yang radikal terhadap atribut prodi/jurusan tersebut.
Salah satu contoh dari metode Stripping ini adalah sebuah perusahaan asuransi misalnya, bisa memulai langkah pertama dan akhirnya memperoleh kesimpulan bahwa kualitas layanan saat klaim adalah atribut pelayanan yang paling penting. Kemudian membuat layanan klaim yang lebih radikal, yaitu menawarkan garansi klaim yang super cepat dan memberikan reward atas keterlambatan dari perusahaan.
Sebagai penutup; Sebuah Gagasan besar, tidak akan ada artinya bila tidak dieksekusi. Memperoleh gagasan besar adalah langkah awal yang baik. Tentunya diperlukan langkah-langkah evaluasi dan kemudian membuat ide ini menjadi sebuah strategi yang siap dieksekusi.
#SemogaBermanfaat. @Maju Terus Pendidikan Tinggi Indonesia