top of page
Writer's pictureYusrin Ahmad Tosepu

Reposisi Dosen di Era Pendidikan 4.0


Dosen masa kini dituntut kreatif dan inovatif dalam pengajaran. Dosen tak ubahnya harus seperti seorang arsitek yang sebelum membangun sebuah gedung terlebih dahulu melakukan survei dan meneliti keadaan tanah, hal ini bertujuan untuk mengetahui tempat itu bisa menopang bangunan yang akan didirikan.


Dosen haruslah menciptakan suatu motede dan teknik mengajar membelajar sebagai bangunan yang memiliki stabilitas dan mampu menahan goncangan perubahan. Karena dalam kegiata mendidik dan mengajar memiliki sebuah energi, semacam gerakan sentrifugal yang membuat dosen dan peserta didik secara terus menerus bertindak menyesuaikan kebutuhan zaman dan meluaskan pengetahuan.


Seorang dosen haruslah membuat metode dan teknik yang cukup baik agar tujuan pendidikan dan pengajaran dapat terlaksana dengan baik. Dosen tidak hanya menciptakan metode mengajar yang menurutnya baik untuk dirinya sendiri, tetapi terlebih dahulu harus melakukan penyelidikan keadaan peserta didik tempat metode atau teknik mengajar membelajar itu akan diberlakukan, sehingga bisa dapat diterima dengan baik oleh peserta didik.


Jadi metode dan teknik mengajar dan membelajar yang sehat dan kuat adalah hal pertama yang harus diciptakan sendiri oleh dosen itu, ketimbang berharap pada teori dan konsep yang disediakan oleh para ahli yang cakupan bahasannya begitu luas. Hal ini dapat kita lihat pada salah satu contoh kecil pendidikan di negara Singapura.


Mengapa Singapura? Hal ini karena pada dasarnya rangka pendidikan sebuah negara dapat diukur dengan dua cara, yakni melalui sistem dan metode pendidikannya dan mutu pendidikannya. Dalam dua ukuran ini terdapat hubungan yang adil yang menjadikan sistem pendidikan sebuah negara menjadi bentuk pendidikan yang mengaggumkan.


Simpelnya seperti ini, pendidikan yang diselenggarakan dalam sebuah negara untuk mencerdaskan dan meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya, bahkan sekaligus untuk menghadapi tantangan hidup didalamnya. Dalam proporsi ini terletak tiga kekuatan maksimal; kebutuhan masyarakat akan pendidikan, sistem dan mutu pendidikan yang diselenggarakan, dan kebutuhan SDM yang unggul.


Maka tugas institusi pendidikan adalah mendesain suatu pendidikan agar dapat menghasilkan luaran yang bisa menjawab tantangan dan masalah di kehidupan nyata. Sedangkan dalam proses pendidikan, dosen merupakan salah satu unsur utama dalam keberhasilan suatu pendidikan, karena dosen merupakan desainer suatu pembelajaran. Dosen yang merancang proses, media dan metode yang digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.


Maka sangat penting bagi dosen untuk mengetahui kondisi nyata agar dapat merancang pembelajaran yang hasil akhirnya, mahasiswa dapat menyelesaikan masalah nyata yang akan dihadapi ketika mereka sudah terjun ke dunia kerja.


Untuk bisa menghasilkan sarjana yang kompeten, yang berkualitas, harus melalui desain pembelajaran yang tepat. Maka dosen haruslah terampil dan tentunya profesional dalam mengajar peserta didiknya. Terampil mengasah dalam memberikan asuhan pendidikan dan pengetahuan kepada peserta didiknya.


Dosen ibaratnya seorang pelatih renang yang harus mahir berenang, bukan hanya orang yang tahu teori berenang dan mengajarkan berenang. Pelatih renang harus masuk ke dalam kolam dan aktif melakukan olah raga renang.


Dengan demikian, maka untuk menghasilkan sarjana yang kompeten, maka harus di didik oleh dosen yang kompeten baik teori maupun prakteknya. Dan hal ini tecantum dalam komponen penilaian Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi.


Oleh karena itu, institusi pendidikan melalui SPMI dapat menilai kemampuan dosen bukan hanya penguasaannya terhadap teori, tetapi juga ketrampilannya secara nyata dalam mengajar dan membelajarkan peserta didiknya. Membekali lulusannya dengan kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan dunia kerja di Era Revolusi Industri 4.0.


Metode Pembelajaran kekinian harus mampu membentuk watak yang terpadu untuk mempertahankan eksistensi dan kepastian nasib peserta didik di masa mendatang, jika tidak hanya akan melahirkan luaran yang termakan globalisasi disegala bidang kehidupan.


Dosen kekinian haruslah memiliki daya kreasi dan inovasi dalam mengajar membelajar yang menyatukan konsistensi dari masyarakat terdahulu dengan kepatuhan dari masyarakat yang baru.

Dari hal inilah pentingnya seorang dosen melihat dengan jernih kondisi, serta mampu untuk meramalkan dan memprediksi kebutuhan peserta didiknya, perkembangan lingkungan dan kebutuhan SDM dimasa kini dan mendatang.


Dengan demikian, suka atau tidak suka, peran dosen di era pendidikan 4.0 sekarang ini harus dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman yang dibarenggi dengan kemajuan media dan teknologi yang berkembang cepat. Hadirnya teknologi yang mudah diakses dan murah, tentu merupakan perkembangan yang menarik untuk menjadi pilihan untuk mendapatkan informasi pengetahuan. Mahasiswa tidak lagi menjadikan kampus sebagai satu-satunya tumpuan untuk mendapatkan informasi pengetahuan.


Dengan perkembangan teknologi yang semakin masif tersebut, sudah saatnya dosen dan perguruan tinggi mereposisi diri untuk lebih adaptif, dan responsif terhadap perkembangan teknologi. Beberapa contoh yang dapat dijadikan inspirasi untuk tetap bertahan dan berkembang di era teknologi ini adalah menggabungkan metode mengajar membelajar konvensional dengan e-learning. Cara lainnya adalah melakukan kolaborasi dengan platform UGC (User-generated content), disebut juga user-created content (UCC).


Dosen dan PT dapat menggunakan teknologi UGC yang ada untuk dikombinasikan dengan pembelajaran yang sudah ada. Dengan kolaborasi ini, diharapkan peran dosen akan bertransformasi utuh menjadi fasilitator, bukan lagi content creator. Posisi dosen sebagai faslitator inilah yang sebenarnya dirasa paling pas di era teknologi sekarang, bukan lagi sebagai “main course” dalam setiap sajian menu pendidikan konvensional yang ada selama ini. Sesuai dengan semangat pola pendidikan student centered learning yang digaung-gaungkan di era modern sekarang ini.


Perubahan posisi inilah yang akan membuat perkembangan ilmu pengetahuan berjalan lebih cepat dan sesuai dengan gaya peserta didik zaman now dalam mengonsumsi informasi. Reposisi inilah yang seharusnya dibakukan dalam proses mengajar membelajar di PT. Selagi peran dan posisi itu belum terdisrupsi oleh teknologi lain yang lebih canggih, katakanlah Artificial Intelligence.

9 views0 comments
bottom of page