top of page
Writer's pictureYusrin Ahmad Tosepu

Arti Pentingnya ‘KEBERANIAN’



“Sejatinya hidup menyusut atau berkembang sebanding dengan keberanian kita.” - Yusrin Ahmad Tosepu

Hidup adalah perjalanan penuh liku, diwarnai dengan berbagai tantangan dan rintangan yang menguji keberanian kita. Menghadapi ketidakpastian dan terpaan badai kehidupan menuntut hati yang tegar dan semangat yang tak kenal menyerah. Rintangan adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup. Setiap orang pasti akan menghadapinya, entah itu kecil ataupun besar. Namun, yang membedakan adalah bagaimana kita menyikapinya. Keberanian menjadi kunci untuk melewati setiap rintangan. Apakah kita siap melangkah dengan penuh keberanian menghadapi ketidakpastian dan terpaan badai kehidupan???

 

Keberanian bukanlah ketiadaan rasa takut, tetapi kemampuan untuk bertindak dengan bijaksana di tengah ketakutan. Keberanian bukanlah melawan rasa takut secara membabi buta, tetapi juga bukan menyerah pada rasa takut itu. Ia adalah keseimbangan, di mana seseorang mampu menghadapi risiko dengan perhitungan yang matang, tanpa melangkah terlalu jauh hingga menjadi sembrono.

 

Dalam konteks keberanian, rasa takut yang berlebihan membuat seseorang tidak mampu bergerak maju, terjebak dalam kekhawatiran yang mengurung dirinya sendiri. Di sisi lain, keberanian yang tak terkendali berubah menjadi kecerobohan, yang sering kali membawa kehancuran karena mengabaikan bahaya dan konsekuensi. Keberanian sejati adalah ketika seseorang mengenali bahaya tetapi tetap bertindak dengan kehati-hatian dan kekuatan moral.

 

Seperti seorang kapten kapal yang menghadapi badai besar di tengah laut. Jika dia terlalu takut, dia mungkin memutuskan untuk tidak bergerak sama sekali, yang akhirnya justru membahayakan seluruh awak kapal karena badai akan menghantamnya. Namun, jika dia bertindak sembrono, misalnya menerobos badai tanpa memperhitungkan arah angin dan gelombang, dia akan menghancurkan kapal dan nyawa kru. Kapten yang bijaksana adalah dia yang tahu kapan harus maju, kapan harus bertahan, dan bagaimana memanfaatkan semua kemampuannya untuk mengatasi badai dengan cara yang paling aman. Itulah keberanian: bertindak di tengah ketakutan dengan pertimbangan yang tepat.

 

Keberanian bukan tentang menjadi tak kenal takut atau melompat ke dalam bahaya tanpa berpikir. Keberanian adalah seni memahami ketakutan sebagai bagian dari hidup, tetapi tidak membiarkannya mengendalikan kita. Ia adalah kemampuan untuk bertindak dengan hati-hati, tetapi tegas, di tengah ketidakpastian. Keberanian adalah keseimbangan: memiliki rasa hormat terhadap bahaya, tetapi tidak tunduk kepadanya; memiliki tekad untuk maju, tetapi tidak melakukannya tanpa perhitungan. Maka, jadilah berani, tetapi jangan sembrono. Taklukkan ketakutan, tetapi biarkan ia menjadi pengingat untuk bertindak bijaksana. Karena hanya dengan keberanian yang seimbang, kita bisa menghadapi badai kehidupan dengan kepala tegak dan hati yang mantap.

 

Pada hakikatnya, keberanian adalah salah satu sifat yang penting kita miliki. Rasa takut bisa mencegah kita melakukan banyak hal, tapi keberanian bisa membantu kita mencapai hal-hal luar biasa. Keberanian adalah sifat yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengatasi rasa takut dan melakukan apa yang benar. Keberanian juga dapat diartikan sebagai sikap yang mantap dan percaya diri dalam menghadapi bahaya atau kesulitan.

 

Keberanian merupakan salah satu sifat yang penting dimiliki seseorang. Keberanian dapat membantu seseorang untuk mencapai hal-hal luar biasa. Beberapa hal yang dapat dilakukan dengan keberanian, antara lain: Mendapatkan pengalaman berharga, Melatih kemampuan beradaptasi, Mendapatkan banyak relasi baru. Keberanian dapat dibentuk dengan membuat suasana yang kondusif sehingga seseorang merasa nyaman dan lebih percaya diri. Keberanian juga dapat diwujudkan dengan mengetahui apa yang baik, benar, dan tepat.  Dalam Islam, keberanian disebut syaja'ah.

 

Kata "keberanian" berasal dari kata dasar "berani". "Berani" berarti memiliki hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya. KKBI mengartikan berani sebagai memiliki kekuatan mental atau moral untuk menghadapi bahaya, ketakutan, atau kesulitan. Kata Berani juga diartikan:  Memiliki hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya.

 

Keberanian bisa diartikan sebagai kemampuan untuk bertindak dengan kekuatan dan kepahlawanan meskipun ada risiko dan bahaya. Selain itu, keberanian juga bisa diartikan sebagai sifat yang berani menanggung risiko dalam pembuatan keputusan dengan cepat dan tepat waktu.

 

Kata “nyali” sangat sering dipakai ketika orang berbicara tentang “keberanian”.  Kata kerja "bernyali" juga berarti "berani". Contohnya, "bernyali besar" sama dengan berani, sedangkan "bernyali kecil" sama dengan takut.  Salah satu arti “nyali” menurut KBBI adalah “keberanian”.  “Nyali” dalam arti “keberanian” adalah makna yang paling banyak dipahami orang. Dalam arti “empedu”, terus terang saya baru tahu juga. Begitu pula dalam arti “perasaan”. Apalagi arti yang keempat, yang sangat panjang itu. Untuk arti “keberanian”, KBBI membuat penjelasan ekstra tentang “nyali”. Kamus ini menerakan contoh-contoh pemakaian “nyali” dan “bernyali” (dengan imbuhan “ber-“).

Menurut KBBI, “pecah nyalinya” berarti “hilang keberaniannya”. Sedangkan “bernyali” (kata kerja intransitif) berarti “mempunyai keberanian”. Tentu saja “keberanian” adalah sinomin dari “tidak ada rasa takut”. Kata kerja “bernyali” juga berarti “berani”. Dalam makna ini, KBBI menuliskan contoh pemakaian. Yaitu, “orang yang tidak ‘berani’ tidak dapat diajar berburu”. Kemudian ada contoh lain. Yakni, “bernyali besar” sama dengan berani; “bernyali kecil” sama dengan takut.

 

Selanjutnya, kita lihat kata “nyali” dalam praktik. Ternyata, ada “nyali alsi” ada “nyali palsu”. Orang yang “bernyali asli” tidak akan pernah dirundung ketakutan. Dia selalu independen. Dia tidak perlu bergerombol untuk bernyali. Dia tidak perlu senjata dan alat proteksi untuk tampil berani. Sebaliknya, ada banyak orang yang “bernyali palsu”. Mereka memerlukan keberanian kolektif. Misalnya, mereka baru akan terlihat gagah ketika mereka ada di dalam gerombolan dan memiliki senjata. Plus alat pelindung yang lengkap.

 

Ciri utama “nyali palsu” adalah suka mengeroyok mangsa. Sekali mengeroyok, mereka sangat beringas seperti hilang akal. Banyak yang menduga bahwa “nyali palsu” bisa dikobarkan dengan senyawa pembangkit adrenalin. Konon, sebutan jalanan untuk senyawa itu adalah narkoba.

 

Menjadi Berani versus Berani

 

Dibutuhkan orang yang khusus untuk mampu menghadapi risiko dan mengambil tindakan berani dalam segala situasi dan kondisi tertentu. Yang lebih penting lagi adalah kemampuan untuk memahami perbedaan halus antara menjadi berani dan berani. Di permukaan, sepertinya tidak banyak perbedaan di antara keduanya. Keduanya melibatkan upaya menghadapi risiko dan mengambil tindakan berani untuk mencapai kemajuan. Namun, setelah diteliti lebih lanjut, terdapat perbedaan halus pada masing-masing konsep ini yang dapat membantu kita lebih memahami setiap tindakan unik.

 

Perbedaan antara menjadi berani dan berani terletak pada sikap kita dalam menghadapi tantangan atau risiko. Dari berbagai literatur apa yang saya kumpulkan, menjadi berani sering kali merupakan keputusan yang bersifat impulsif, sementara membuka keberanian memerlukan perencanaan dan tindakan yang disengaja. Menjadi berani sering kali dipandang sebagai upaya menghadapi tantangan tanpa rasa takut, namun keberanian juga mencakup mengenali peluang-peluang potensial dan memiliki keberanian untuk mengejarnya meskipun ada hambatan yang mungkin timbul.

 

Sebaliknya, berani lebih dari sekadar mengambil risiko; ini tentang memiliki kekuatan sadar untuk menghadapi ketakutan dan bertindak meskipun ada ketakutan tersebut. Ini berarti mempertahankan apa yang kita yakini bahkan ketika ada konsekuensi yang dipertaruhkan, serta mengambil tugas-tugas menantang yang mungkin tampak menakutkan pada awalnya. Jadi,  pada akhirnya, menunjukkan keberanian berarti mengambil tindakan berani. Namun menjadi berani terjadi dalam momen yang cepat, sementara menjadi berani terjadi dalam maraton jangka panjang.

 

-          Menjadi Berani Membutuhkan Persiapan yang Matang Membutuhkan Daya Tahan Mental yang Luar Biasa

 

Jika momen keberanian biasanya merupakan respons terhadap intuisi seseorang pada saat itu, maka menjadi berani berarti memproses rintangan yang berada di luar cakrawala dan dengan sengaja melompatinya. Sangat mudah untuk menyerah atau berhenti ketika keadaan menjadi sulit, namun dibutuhkan keberanian sejati untuk terus maju meskipun ada banyak rintangan.

 

Memiliki maksud atau tujuan yang mendorong Anda dapat membantu meningkatkan tingkat keberanian Anda—dengan memberi Anda sesuatu untuk diperjuangkan, tidak peduli sesulit apa pun tugas yang ada. Sasaran yang bermakna menghasilkan tingkat semangat dan dedikasi yang dapat membantu mendorong Anda maju. Dan ketika para pemimpin dan timnya mencapai hal yang tidak terpikirkan, batas-batas baru akan terbentuk, yang menciptakan keyakinan dan keyakinan yang memudahkan untuk menjadi berani lagi dan lagi.

 

Jika kita benar-benar yakin sesuatu bisa berhasil, peluangnya untuk bertahan hidup jauh lebih baik. Memiliki keyakinan itulah yang akan memungkinkan kita untuk maju, bahkan ketika ada banyak rintangan yang menghadang. Ini tentang memiliki kekuatan untuk memperjuangkan apa yang kita yakini, serta keberanian untuk mencari dan meraih peluang yang mungkin tampak mustahil. Ini tentang memiliki kemauan untuk sukses, bahkan ketika keadaan tampak suram. Keberanian mungkin bukan sesuatu yang bisa Anda ukur; itu adalah otot internal yang berkembang seiring waktu.

 

-          Keberanian Dimulai dengan Pengetahuan namun juga Membutuhkan Iman dan Tindakan

 

Tentunya akan lebih mudah bagi kita untuk mengambil risiko jika kita dididik tentang topik yang harus kita beranikan. Memiliki pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang suatu situasi memungkinkan kita untuk memiliki keberanian. Tanpanya, kita mungkin memilih untuk bertindak sembarangan atau tanpa pemikiran yang matang.

 

Karena kita tidak akan pernah bisa mengumpulkan semua pengetahuan yang tersedia tentang topik tertentu, pada titik tertentu kita harus mengandalkan sistem kepercayaan kita yang disebut iman. Iman adalah memiliki keyakinan atau kepercayaan terhadap seseorang, benda, atau konsep tanpa harus memiliki pengetahuan yang lengkap tentangnya. Ini adalah keyakinan dan keyakinan pada diri sendiri, nilai-nilai kita, tujuan kita, dan orang-orang yang mendukung kita semuanya memungkinkan kita mengambil risiko dengan lebih sedikit rasa takut dan lebih berani.

 

Namun pengetahuan dan keyakinan hanyalah sebagian dari persamaan, kitajuga perlu mengambil tindakan. Seperti ungkapan kata bijak:  “Yang penting adalah apa yang dilakukan seseorang, bukan apa yang ingin dilakukannya.”

 

-          Mengambil Tindakan vs Hanya Membicarakannya

 

Apakah kita memilih untuk memercayai intuisi kita (keberanian) atau menghadapi rintangan jangka panjang, kesamaannya adalah melakukan lompatan itu. Sebuah kutipan populer yang mengatakan, “Setelah semua dikatakan dan dilakukan, lebih banyak yang dikatakan daripada dilakukan.” Kutipan ini menjadi pengingat penting bahwa meskipun kita mempunyai niat baik dan banyak bicara tentang apa yang akan kita lakukan, hanya ketika kita mengambil tindakan maka kemajuan nyata akan tercapai. Kutipan ini mendorong kita untuk berani dan tegar dalam bertindak dan mengingatkan kita bahwa “Hal-hal baik datang kepada mereka yang menunggu” tidak lebih dari sebuah kekeliruan.

 

-          Mereka yang punya Keberaian yang Akan Mampu Menguasai Kendali


Hidup adalah sebuah kompetisi dan layaknya sebuah kompetisi dalam kejuaraan maka sangat dibutuhkan keberanian. Keberanian menerima tantangan dan keberanian untuk menguasai keadaan hingga akhirnya predikat pemenang mampu didapatkan. Karena sebuah kompetisi mungkin bisa diawali dengan sebuah adaptasi agar mampu menguasai situasi.Tapi yang terpenting adalah memiliki modal awal yaitu "nyali". Karena nyali ini kita akan mampu memegang kendali.

 

Tak dipungkir jika hidup ini keras dan penuh kompetisi maka kita benar-benar harus memiliki mental sebagai seorang yang pemenang jika kita memang menginginkan menjadi seorang pemenang. Segala cara dilakukan tak peduli baik atau tidak merugikan atau tidak yang terpenting mampu memuluskan jalan menjadi seorang pemenang.

 

Tapi layakkah jika cara diatas ditempuh seorang yang memiliki posisi puncak dimana mereka harus memikirkan orang-orang sekitar tetapi dilain pihak harus juga mempertahankan posisinya rela untuk menghalalkan segala cara?.Tentunya sebagian besar kita akan menjawab tidak.

 

Tapi ketika mereka sudah dengan persiapan begitu matang untuk tetap mempertahankan posisinya lantas siapakah orang yang mampu mematahkan keinginannya tersebut?J awabannya disini adalah orang yang berani.  Karena sebenarnya bukan posisi yang mampu mengusasi situasi dan bukan pula jabaran yang mampu nenguasai kehormatan.Tetapi hanya yang berani inilah yang akan mampu menguasai kendali. Tak perlu sosok orang besar dan tak perlu orang berkelas untuk mampu menguasai kendali. Karena semua akan mampu kuasai kendali manakala mereka berani.

 

Pada kebanyakan fenomena yang ada orang yang berada dibawah tak berkelas dan tak berpangkat mereka tak berani menyuarakan apa yang mereka rasakan hanya mampu mengikuti perintah atasan untuk dijalankan.Walaupun itu harus merugikan dirinya sendiri.Jika kondisi ini yang terjadi sungguh tidak bisa dibenarkan.

 

Ini bukan jaman siti nurbaya tapi jaman kebebasan untuk berkarya menyuarakan apa yang ada dihati kita. Jangan muadh menyerah karena posisi kita dibawah jangan mudah putus asa karena kita rakyat biasa. Untuk itu mari kita belajar memperbesar keberanian dalam diri agar kita mampu menguasai kendali.

0 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page