top of page
Writer's pictureYusrin Ahmad Tosepu

Begini Strategi Mewujudkan Sekolah Unggulan

Updated: Dec 12, 2020

"Prestise dan Prestasi adalah outcome dari Manajemen Tata Kelolah Sekolah yang bermutu." ~Yusrin Ahmad Tosepu

PENGANTAR


Topik pendidikan, dari waktu ke waktu selalu mendapat posisi yang aktual sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan adalah wahana paling efektif untuk melahirkan generasi unggul di masa mendatang. Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia, lembaga pendidikan harus berbenah diri tiada henti. Banyak hal yang harus dibenahi dan banyak komponen yang harus disempurnakan.


Tuntutan globalisasi mendorong dunia pendidikan untuk melakukan inovasi terus menerus dengan tetap menjamin fleksibelitas dalam implementasinya. Menghadapi era revolusi indutri 4.0, dunia pendidikan harus terus berbenah. Berbagai terobosan haru dilakukan, mulai dari manajemen tata kelolah, sumber daya manusia, praktek pendidikan dan pembelajaran, dan kesiapan fasilitas dan sarana penunjang seperti gedung, laboratorium, lapangan olahraga, sarana kesehatan, dan sebagainya.


Kurikulum pendidikan pun terus diperbaharui mengkuti perkembangan zaman. Bila selama ini siswa digiring untuk menghafal fakta-fakta, kini potensi dan kompetensi dikembangkan semaksimal mungkin. Dengan demikian, talenta peserta didik dapat berkembang melalui pengalaman belajar dengan pendekatan baru tersebut.


Namun, pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan berjalan bukan tanpa kendala. Hakikat dan maksud pembaharuan pendidikan tersebut belum semua pihak mampu menerima dan memahami. Pelaksanaan kurikulum yang ditetapkan pemerintah berlangsung seolah-olah tanpa perubahan. Tuntutan kurikulum berbasis tema sulit dipenuhi apalagi dengan kelas yang kondusif sejuk dan menyenangkan.


Moving class (kelas bergerak) belum bisa dilaksanakan yang terbentur dengan mata pelajaran dan kelengkapan berbagai fasilitas pendukungnya. Perpustakaan sekolah sebagai kebutuhan vital pun tidak begitu lengkap dengan buku-buku penunjang. Sehingga adanya perpustakaan sekolah tidak memotivasi kepada siswa untuk memanfaatkannya dalam pengalaman belajar. Penyebaran guru belum merata. Sekolah terpencil masih banyak kekurangan guru. Status ekonomi dan sosial guru juga belum memadai. Timbul krisis motivasi guru yang disebabkan oleh penghasilan yang sangat rendah lebih-lebih guru swasta.


Dilain sisi, peran dan tugas guru yang strategis ini menuntut adanya guru yang memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar. Guru yang kesehariannya bergaul dan berkomunikasi serta membimbing para siswa dituntut untuk bertindak profesional. Dalam artian, agar dia dapat melaksanakan amanat sebagai pendidik diperlukan bekal kompetensi yang memadai. Kompetensi itu meliputi kemampuan (ability), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge).


Temuan-temuan baru dalam bidang teknologi informasi dan neurosains (teori-teori tentang otak dan multi kecerdasan) perlu diikuti untuk dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Motivasi dan pembinaan bagi para guru selalu diperlukan. Tanpa fasilitas dan motivasi dari pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya, sulit bagi para guru berjalan sendirian. sekalipun ada teori yang berpendapat bahwa keberhasilan seseorang terutama ditentukan oleh faktor internal bagi pengembangan potensi guru tergantung pada kemauan dan kesungguhan dari usaha guru itu sendiri.


PEMBAHASAN


A. Konsep Sekolah Unggulan


Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan dan para praktisi pendidikan untuk bisa mengimbanginya. Salah satunya dengan pendidikan yang berkualitas. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang berkualitas telah mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan berkualitas merupakan satu upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan mutu SDM dituangkan dalam bentuk pendirian sekolah-sekolah unggulan di beberapa wilayah.


Ketika mendengar nama sekolah unggulan yang tergambar di benak kita sekolah yang luar biasa, elit, mahal dan top. Memang dilihat dari fisiknya sangat mewah, biayanya mahal, akan tetapi hal itu diimbangi dengan tenaga pendidik yang profesional, kurikulum yang tepat, program yang bagus dan proses yang maksimal, sehingga output yang dihasilkan sangat baik (unggul).


Pada awalnya Sekolah unggulan merupakan lembaga pendidikan yang lahir dari sebuah keinginan untuk mampu berprestasi di tingkat regional, nasional dan internasional dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi ditunjang oleh pendidikan karakter. Akhir-khir ini ketertarikan masyarakat terhadap sekolah unggulan semakin meningkat. Terbukti meludaknya pendaftar seleksi siswa baru di sekolah-sekolah unggulan. Salah satu alasannya disamping unggul dibidang akademiknya, pendidikan moralnya sangat diperhatikan, walaupun hal itu tidak menjadi jaminan bagi siswa bermoralitas seratus persen, akan tetapi lingkungan tercipta ke arah tersebut.


Istilah sekolah unggul pertama kali diperkenalkan oleh mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Wardiman Djojonegoro, tahun 1994. Istilah sekolah unggul lahir dari satu visi yang jauh menjangkau ke depan, wawasan keunggulan. Menurut Wardiman, selain mengharapkan terjadinya distribusi ilmu pengetahuan, dengan membuat sekolah unggul di tiap-tiap propinsi, peningkatan SDM menjadi sasaran berikutnya. Lebih lanjut, Wardiman menambahkan bahwa kehadiran sekolah unggul bukan untuk diskriminasi, tetapi untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dan memiliki wawasan keunggulan.


Pada dasarnya, sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas proses pembelajaran, bukan pada kualitas input siswanya. Kualitas proses pembelajaran bergantung pada kualitas guru yang bekerja di sekolah tersebut. Apabila kualitas guru di sekolah tersebut baik, mereka akan berperan sebagai agen pengubah siswanya, dan menekankan kepada kemandirian dan kreatif sekolah yang memfokuskan pada perbaikan proses pendidikan.


Di samping itu ada juga yeng berpendapat bahwa Sekolah unggul adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan yang dihasilkan (output) dari pendidikannya. Dengan demikian sekolah unggulan dapat didefinisikan sekolah yang dikembangkan dan dikelola sebaik-baiknya dengan mengarahkan semua komponennya untuk mencapai hasil lulusan yang lebih baik dan cakap daripada lulusan sekolah lainnya.


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah menggariskan bahwa sekolah unggulan adalah sebuah institusi pendidikan yang memiliki ciri utama atau karakteristik sebagai berikut:


  1. Input diseleksi secara ketat dengan kriteria tertentu dan melalui prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria yang dimaksudkan adalah: a) Prestasi belajar superior dengan indikator anggka rapot, UPM Murni dan hasil tes prestasi akademik; b) Skor psikotes yang meliputi intlegensi dan kreatifitas; c) Tes fisik jika diperlukan.

  2. Sarana dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa serta menyalurkan minat dan bakatnya, baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.

  3. Lingkungan belajar yang kondusif untuk berkembangnya potensi keunggulan menjadi keunggulan yang nyata baik lingkungan fisik maupun sosial psikologis.

  4. Guru dan tenaga kependidikan yang menangani harus unggul baik dari segi penguasaan materi pelajaran, metode mengajar, maupun komitmen dalam melaksanakan tugas.

  5. Kurikulumnya diperkaya dengan pengembangan dan improvisasi secara maksimal sesuai dengan tuntunan belajar peserta didik yang memiliki kecepatan belajar serta motivasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa seusianya.

  6. Kurun waktu lebih lama dibandingkan sekolah lain.

  7. Proses belajar harus berkualitas dan hasilnya dapat dipertanggung jawabkan, baik kepada siswa, lembaga maupun masyarakat.

  8. Sekolah unggul itu tidak hanya memberikan manfaat kepada peserta didik di sekolah tersebut, tetapi harus memiliki resonansi sosial terhadap lingkungan sekitar.

  9. Pembinaan kemampuan kepemimpinan yang menyatu dalam keseluruhan sistem pendidikan siswa melalui praktek langsung dalam kehidupan sehari-hari bukan sebagai materi pelajaran.

  10. Nilai lebih sekolah unggul terletak pada perlakuan tambahan diluar kurikulum, program pengayaan dan perluasan, pengajaran remidial, pelayanan, bimbingan dan konseling yang berkualitas, pembinaan kreatifitas dan disiplin.


Secara umum, sebuah sekolah dapat dikategorikan unggul harus meliputi tiga aspek dalam manajerial. Ketiga aspek tersebut adalah:


1. Input (masukan)

Input (masukan) sekolah adalah segala masukan yang dibutuhkan sekolah untuk terjadinya pemrosesan guna mendapatkan output yang diharapkan. Input sekolah merupakan bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai pembentukan manusia yang disebut manusia seutuhnya. Input sekolah dapat diidentifikasikan mulai dari human (manusia), money (uang), materials (material/ bahan-bahan), methods (metode-metode), dan machines (mesin-mesin).


Pendidikan tidak boleh diartikan hanya sebagai proses transfer ilmu saja, namun juga harus diartikan sebagai upaya membantu siswa untuk mampu mengenal diri dan lingkungannya. Daniel Goleman, dalam bukunya, menyebutkan bahwa kemampuan mengenal diri dan lingkungannya adalah kemampuan untuk melihat secara objektif atau analisis, dan kemampuan untuk merespon secara tepat, yang membutuhkan kecerdasan otak (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ). Di samping itu, kecerdasan spiritual (SQ) calon siswa hendaknya dapat terukur saat seleksi siswa baru. Dengan demikian, tes seleksi siswa baru hendaknya dapat mengukur ketiga aspek kecerdasan atau bahkan dapat mengukur berbagai kecerdasan atau multy intellegence.[9]


Oleh karena itu, tes seleksi siswa baru tujuannya tidak semata-mata untuk menerima atau menolak siswa tersebut tetapi jauh ke depan untuk mengetahui tingkat kecerdasan siswa. Dengan data tingkat kecerdasan siswa tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan proses pembinaannya dan bahkan dapat untuk menentukan target atau arah pendidikan di masa depan.


2. Proses

Proses belajar-mengajar sekolah unggul ini setidaknya berkaitan dengan kemampuan guru, fasilitas belajar, kurikulum, metode pembelajaran, program ekstrakurikuler, dan jaringan kerjasama.


a. Sekolah unggul harus memiliki guru yang unggul. Artinya, guru tersebut harus profesional dalam melaksanakan proses belajar-mengajar. Adapun komptensi guru yang memungkinkan untuk mengembangkan suatu lembaga pendidikan yang unggul adalah:


1) Kompetensi penguasaan mata pelajaran

2) Kompetensi dalam pembelajaran

3) Kompetensi dalam pembimbingan

4) Kompetensi komunikasi dengan peserta didik

5) Kompetensi dalam mengevaluasi


Guru yang profesional, dalam pembelajaran harus menempuh empat tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, penilaian, dan refleksi/P3R.


b. Fasilitas belajar

c. Kurikulum

d. Metode pembelajaran. Sekolah yang unggul harus menggunakan metode pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif dan kreatif yang disertai dengan kebebasan dalam mengungkapkan pikirannya.


Menurut Moedjiarto, bahwa sekolah unggulan ada beberapa tipe, antara lain:


Tipe 1 yang meliputi : input unggul (murid), proses belajar mengajar biasa saja (normal), dan output (lulusan) tetap unggul karena faktor bawaan;


Tipe 2 yang meliputi: Fasilitas dan sarana prasarananya yang unggul karena serba mewah dan tentunya amat mahal, seperti adanya berbagai lapangan olahraga, asrama ber-AC, ruang kelas yang dilengkapi dengan multi audio, media pembelajaran dan pengajaran yang canggih dan lain-lain. Dan fasilitas yang sangat mewah ini tentu harus dibayar dengan biaya (SPP dan lainlain) yang mahal pula.


Tipe 3 yang meliputi: input rendah menjadi output yang tinggi, penekanan pada iklim belajar yang positif dan efektif. Menurut tipe ini sekolah unggul adalah sekolah yang iklim belajar yang positif di mana seluruh muridnya bisa dan mampu memenuhi persyaratan ini; 1) menguasai keterampilan keterampilan dasar (membaca menulis berhitung dan literasi), 2) meraih prestasi akademik dengan maksimal (pencapaian pada tingkat maksimal untuk setiap individu), 3) menunjukkan keberhasilan melalui evaluasi yang sistematis (gabungan dari; a. evaluasi yang dilakukan oleh guru, b. penilaian acuan patokan untuk mengukur apakah tujuan instruksional telah tercapai, c. dan evaluasi belajar tahap akhir nasional untuk mengetahui prestasi belajar murid dibandingkan terhadap prestasi belajar murid pada tingkat nasional).

Kata kunci dari tipe ini adalah prestasi akademik peserta didik. Dan menurut tipe ini sekolah unggul ialah sekolah yang proses belajar mengajar yang efektif. Dianggap efektif jika memenuhi faktor-faktor berikut ini, yakni:1) dedikasi guru yang tinggi, 2) kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, 3) percaya diri pada murid dan guru yang tinggi bahwa prestasi akademik bisa dicapai, 4) pemantauan yang rutin kepada murid, 5) kesempatan belajar yang cukup bagi murid, dan 5) pelibatan orang tua masyarakat dan stakeholder lainnya.


B. Komponen Standar Sekolah Unggulan


Di Indonesia standar minimal sekolah unggulan harus memenuhi: 1) Iklim sekolah yang positif, 2) Proses perencanaan melibatkan seluruh warga sekolah, 3) Motivasi yang tinggi terhadap prestasi akademik, 4) Pemantauan yang efektif terhadap kemajuan murid, 5) Keefektifan guru, 6) Kepemimpinan instruksional yang berorientasi pada prestasi akademik, 7) Pelibatan orang tua yang aktif dalam kegiatan sekolah, 8) Kesempatan tanggung jawab dan partisipasi yang tinggi di sekolah, 9) Ganjaran dan insentif yang berdasarkan pada keberhasilan, 10) Tata tertib dan disiplin yang baik, dan 11) Pelaksanaan kurikulum yang jelas.


Dalam dekdikbud (1994), disebutkan bahwa sekolah unggul adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan keluaran (output) pendidikan. Untuk mencapai keunggulan tersebut, maka input, proses pendidikan, manajemen, layanan pendidikan, serta sarana penunjangnya harus diarahkan untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut.


Ibrahim Bafadhal(1999) dengan merujuk pada bebrapa pendapat menyatakan sekolah yang baik yaitu dengan melihat beberapa sudut pandang diantaranya: pertama perspektif tujuan, yaitu sekolah yang efektif apabila ia mencapai tujuan yang telah ditetapkan. kedua Perspektif proses. Artinya bukan dilihat dari tingkat pencapaiannya tujuannya, melainkan konsistensi internal, efisiensi penggunaan sumber daya yang ada, dan kesuksesan dalam mekanisme kerjanya. Jadi baik tidaknya sekolah dilihat bukan dari tingkat pecapaian tujuan tetapi proses dan karakteristik sekolah.


Beberapa faktor yang harus dicaapai bila sekolah tersebut dikategorikan sekolah unggul.


  1. kepemimpinan kepala sekolah yang profesional.

  2. guru-guru yang tangguh dan profesional.

  3. memiliki tujuan pencapaian filosofis yang jelas.

  4. lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran

  5. jaringan organisasi yang baik

  6. kurikulum yang jelas

  7. evalasi belajar yang baik berdasarkan acuan patokan untuk mengetahui apakah tujuan pembeajaran dari kurikulum sudah tercapai

  8. partisipasi orang tua murid yang aktif dalam kegiatan sekolah


Umumnya yang menjadi kendala dalam pengembangan sekolah adalah:


Pertama. Sentralitas Figur. Kepala sekolah sebagai figur Sentral sekolah biasanya menentukan segalanya baik itu kegiatan, anggaran, jaringan, dan lain sebagainya.Tidak jarang lahir di sekolah pemimpin yang karismatik, yang dihormati bukan hanya karena prestasi tapi juga kegiatan batinnya yang bisa menundukkan bawahan secara alami.


Karisma ini melahirkan loyalitas sejati yang berujung mati-matian demi membesarkan lembaga yang dipimpin tokoh yang dipujanya.Tokoh karismatik bukannya jelek, karena itu adalah kelebihan yang jarang dimiliki seseorang.Namun karisma berpotensi melahirkan sistem yang sentralistik. Artinya kekuasaan tidak menyebar sesuai mekanisme organisasi, melainkan berada ditangan satu orang. Tidak ada mekanisme musyawarah, idea sharing dan sejenisnya dalam memutuskan sesuatu, karena keputusan berada ditangan satu orang.Sentralisme bisa berujung kepada kediktatoran seorang pemimpin dan hal itu kontraproduktif bagi dinamika organisasi.


Kediktatoran akan mematikan potensi dan menguburkan idealisme, sebab dengannya akan tercipta relasi penguasa rakyat, majikan-bawahan, bos-karyawan, sopir-penumpang, dan lain-lain. Relasi hegemonik ini mudah menyulut disharmonisasi dari kesenjangan sosial, kekompakan dan kekeluargaan akan terkikis. Jika ada gerakan perlawanan yang mendapat dukungan mayoritas, akan terjadi reformasi yang melahirkan guncangan organisasi dan berpengaruh terhadap prestasi lembaga dan anak didik.


Pemimpin yang dibutuhkan adalah sosok yang visioner, transformasi, dan moralis sehingga bisa memprediksi perubahan masa depan, mengubah keterbelakangan menuju kemajuan sebagaimana yang di cita-citakan bersama dan memberikan keteladanan yang baik dalam proses perubahan tersebut.


Kedua. SDM Rendah. Penguasaan materi mereka barangkali sangat besar, namun metode penyampaiannya tidak sistematis, rasional, konstektual, dan tidak sesuai dengan dinamika global juga wawasan luar yang tidak memadai. Ketika ada kewajiban RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang dilengkapi dengan silabus, prota (program tahunan), dan promes (program semester), mereka pun mengalami kesulitan. Begitu pula dengan tuntunan untuk melakukan integrasi K13 dengan pendidikan karakter yang membutuhkan SDM terampil, ahli dan profesional. Artinya, ketulusan pun harus diiringi kemampuan yang tinggi karena perubahan terus terjadi tanpa henti.


Ketiga. Fasilitas Serba Kurang. Dalam konteks masa kini, selain fasilitas utama, seperti kantor dan gedung sekolah untuk proses kegiatan belajar mengajar, dibutuhkan pula gedung perpustakaan, ruang tamu, laboratorium, koperasi siswa, tempat parkir, lapangan olahraga, aula besar, taman penghijauan, dan lain-lain. Fasilitas ini layak ada demi mengembangkan potensi anak didik secara maksimal dan menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, asri, indah, dan menyenangkan.


Pencapaian kondisi ideal memang membutuhkan perjuangan keras dan ketahanan yang kuat sehingga bisa meneruskan pengabdian secara kontinyu. Fasilitas yang kurang memadai menjadi pekerjaan rumah sekolah, mengingat kompetisi di antara berbagai lembaga pendidikan sekarang ini berjalan dengan ketat dan dinamis.


Keempat. Budaya Organisasi Lemah. Budaya organisasi adalah perilaku berorganisasi yang terlihat dalam praktik kehidupan sehari-hari. Mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi terus menerus. Dalam budaya organisasi, akan terlihat kedisiplinan seseorang dalam melaksanakan program dan ambisinya dalam memenuhi target yang dicanangkan.


Konvensional dalam arti menjalani sesuatu apa adanya dan sesuai ritme yang biasa berjalan adalah ciri khas utama sekolah yang lemah organisasinya. Tidak kelihatan adanya percepatan dan target yang tinggi karena semua berjalan nyaris sama seperti masa lalu. Hal ini menunjukkan bahwa budaya organisasi sekolah masih lemah, belum mampu mengikuti arus perubahan cepat yang terjadi. Sedangkan budaya organisasi adalah kunci sukses keberhasilan, karena di dalamnya akan terlihat kedisiplinan target yang tinggi dan ambisi yang kuat untuk meraih kesuksesan.


Budaya organisasi berkaitan erat dengan mentalitas seseorang yang terbangun sejak kecil sehingga dewasa dalam proses kehidupan yang panjang dan berliku.Dibutuhkan pelatihan, penyerangan, dan pembiasaan terus-menerus untuk membentuk budaya organisasi yang unggul sebagai syarat menggapai kesuksesan tinggi.


Kelima. Hilangnya Spirit Kompetisi dan Inovasi. Sekolah yang lemah berjalan dalam kecepatan rendah dan target yang rendah pula. Hal ini tidak lepas dari hilangnya spirit kompetisi yang menyebabkan butuhnya kreasi dan inovasi. Jika sebuah lembaga mempunyai spirit yang tinggi, inovasi demi inovasi akan terus dilahirkan tanpa henti. Kompetisi menggaet murid secara maksimal mendorong sekolah untuk melakukan pembaharuan sehingga lembaga pendidikan yang tidak berlomba-lomba dalam peningkatan kualitas terancam akan ditinggalkan masyarakat, atau bahkan gulung tikar. Tentu hal ini tidak boleh terjadi pada sekolah, maka spirit kompetisi dan inovasi harus ditumbuhkan secara bertahap demi eksistensi dan aktualisasi sekolah di masa depan.


Keenam. Jaringan Tidak Berkembang. Pada era globalisasi ini terjadi interdependensi, artinya ketergantungan satu lembaga dengan lembaga lain, satu negara dengan negara lain, dan satu komunitas dengan komunitas lain. Artinya, selalu ada interkoneksi sinergis di antara lembaga, negara, dan komunitas. Tidak ada satupun lembaga, negara, dan komunitas yang bisa hidup sendiri tanpa bantuan pihak lain.


Disinilah pentingnya jaringan yang luas untuk mengembangkan lembaga pendidikan. Sekolah biasanya lemah dibanding jaringan ini. Kelemahan inilah yang membuat sekolah tidak bisa berkembang dengan cepat karena tidak mampu berkomunikasi dengan lembaga lain yang mempunyai visi dan misi yang sama. Lemahnya jaringan ini disebabkan oleh mobilitas yang rendah, pola komunikasi yang tidak aktif, dan kapasitas individual yang tidak kompetitif dan proyektif.


Ketujuh. Kaderisasi Mandeg. Kaderisasi adalah usaha untuk mempersiapkan kader kader pemimpin masa depan secara sistematis, gradual, dan optimal. Kaderisasi menjadi penting demi kontinuitas organisasi dalam jangka panjang. Sebaik apapun seorang pemimpin, pada suatu saat ia pasti mengalami masa di mana ia harus diganti. Baik akibat usia, sakit, kesibukan lain, periodisasi, maupun faktor lain. Di sinilah kenegarawanan seorang pemimpin diuji, apakah ia dengan legowo melakukan kaderisasi kepemimpinan demi eksistensi dan prospek lembaga yang dipimpinnya, atau justru mengedepankan status quo dengan menghalangi tampilnya kader-kader berkualitas yang dirasa mengancam kepemimpinannya.


Ironisnya banyak sekolah yang pemimpinnya mengedepankan status quo dengan mengesampingkan kaderisasi. Kader-kader muda berkualitas tidak diberdayakan agar maju dan berkembang pesat. Mereka diberi posisi marginal sebagai objek eksploitasi yang mematikan potensi dan kreativitasnya. Setiap kader yang terlihat menonjol diputus ditengah jalan dengan otoritas ini selalu menjadikan bawahan laksana budak yang harus selalu mengikuti kemauan majikannya. Tidak boleh membantah, membangkang, dan memprotes kebijakan-kebijakannya. Tidak ada ruang bagi diskusi, negosiasi, dan adu argumentasi. Karena semuanya sudah ditentukan oleh pemimpin.


Kepemimpinan yang otoriter ini akan menyalin menyulut ketegangan internal dan guncangan yang kontraproduktif bagi lembaga. Ketika pemimpin tersebut mengalami masalah sehingga tidak bisa melanjutkan kepemimpinannya, akan terjadi suksesi kepemimpinan yang tidak sehat. Sangat mungkin pemimpin sesudahnya menghabisi karir pemimpin sebelumnya karena ada unsur balas dendam di era kepemimpinannya. Disinilah pentingnya kaderisasi yang sistematis dan bertahap, demi terciptanya bangunan organisasi yang sehat, produktif, dan kompetitif.


Kedelapan. Konsolidasi Terbengkalai. Kemajuan suatu organisasi sangat ditentukan oleh soliditas tim. Jika soliditas tidak ada, menggapai prestasi ibarat bermimpi di siang bolong jauh dari harapan.Tim yang solid saja belum tentu mencapai prestasi besar, apalagi ketika tidak solid. Hal ini biasanya disebabkan oleh konflik internal yang berlarut-larut dan berkepanjangan.


Program sebaik apapun akan mengalami kegagalan jika konflik terus meruncing karena ada pihak yang menggembosi. Suasana kerja menjadi tidak kondusif dan interaksi satu pihak dengan yang lain dipenuhi prasangka buruk (negative thinking). Tidak ada atmosfer kerjasama. Individualisme dan kepentingan kelompok sangat kental polarisasi, kekuatan sangat mencolok sehingga setiap perkataan dan perbuatan bisa menjadi sumber fitnah.


Kesembilan. Tidak Adanya Ekspansi. Lembaga yang besar selalu memikirkan ekspansi, yaitu perluasan dan perkembangan wilayah. Biasanya, lembaga-lembaga tersebut sudah mapan dalam segala aspek baik manajemen finansial, sumber daya manusia, dan sarana prasarana. Bila lembaga itu masih serba kekurangan, baik itu financial, sumber daya manusia, sarana prasarana, dan manajemen, sulit baginya untuk berekspansi.


Kesepuluh. Pendanaan terbatas. Di masa depan sekolah harus merintis badan usaha ekonomi yang mampu menghasilkan banyak pendapatan. Sekolah yang maju selalu memperhatikan aspek ekonomi ini, sehingga mereka mampu melakukan pengembangan program dan melengkapi sarana prasarana yang mendorong anak didik untuk mengembangkan ilmu serta keahlian profesional yang kompetitif. Memang tidak mudah merintis dan mengembangkan aspek ekonomi ini, karena dibutuhkan keberanian, kemampuan membaca, menciptakan, memanfaatkan peluang, serta kemampuan membangun tim yang solid, berprofesional, dan akuntabel.


Selain itu, waktu yang dibutuhkan tidak sebentar, karena merintis dan mengembangkan taraf ekonomi membutuhkan waktu yang lama. Studi banding kepada lembaga yang sukses menggabungkan dunia pendidikan dengan ekonomi seyogianya dilakukan. Jika tidak begitu, sekolah akan stagnan dan tidak menutup kemungkinan akan ditinggalkan stakeholdernya. Kondisi Inilah yang harus diantisipasi pemangku sekolah. Kompetisi kualitas yang menjadi trend lembaga pendidikan sekarang ini harus dijawab dengan langkah nyata pengembangan lembaga pendidikan. Tidak hanya sekedar janji, lip service, dan mimpi tanpa bukti nyata.


Menurut Jamal Ma'ruf Asmani, bahwa sekolah unggulan harus dan wajib memiliki beberapa spesifikasi, yaitu:


Pertama, Muatan lokal spesifik. Dengan mulok yang spesifik, target ideal yang ditetapkan bisa dikejar karena tersedia waktu yang cukup. Misalnya bahasa asing, bisa berupa bahasa Inggris dibuatlah kegiatan yang menunjang hal ini, yaitu speaking, writing, conversation, listening, focus group discussion, debating English day, dan lain-lain juga dilakukan setiap hari.


Program ini akan melekatkan pengetahuan anak didik dengan lebih permanen, sehingga setiap saat bisa muncul secara refleks. Mulok spesifik ini berangkat dari pemikiran bahwa tidak mungkin anak menguasai semua ilmu dalam satu waktu, lebih baik menguasai suatu bidang ilmu secara mendalam daripada mengetahui sedikit tentang banyak ilmu.


“Be professional in one thing,then everybody will see you”, Jadilah orang yang profesional dalam satu bidang, kemudian setiap orang akan melihat kamu.Pepatah ini sangat tepat diterapkan di sekolah agar output sekolah menjadi jelas dan seluruh energi dapat dipusatkan untuk merealisasikan output tersebut.


Kedua. Life skill Spesifik. Pilihan life skill juga harus spesifik. Life skill adalah keahlian yang menjadikan orang bisa mengembangkan dirinya secara maksimal sehingga eksistensi dan aktualisasinya terjaga ditengah masyarakat. Pelatihan life skill biasanya dilakukan pada waktu ekstrakurikuler, yaitu sore hari.


Life skill bisa berupa entrepreneurship (kewirausahaan), jurnalistik, komputer, menjahit, mengembangkan produk lokal yang bisa dijual di supermarket mall dan lain-lain.Kalau yang dipilih entrepreneurship, maka dapat dibuat kegiatan yang mengarah kesana, seperti khusus dan praktik. Kemampuan menabung, investasi, menciptakan peluang, dan melakukan diversifikasi usaha terus ditingkatkan.


Selain itu anak didik dilatih untuk berani menghadapi resiko menyelesaikan masalah dan menjaga kepercayaan orang lain. Jika jurnalistik yang dipilih, dapat dilakukan kegiatan yang mengarah ke sana secara reguler seperti, wawancara, menulis berita, observasi, investigasi, dan lain-lain.


Ketiga, Kepemimpinan Berputar. Kepemimpinan adalah usaha memimpin orang lain dengan pendekatan yang variatif, seperti demokratis, otoriter, karismatik, dan lain-lain. Aktor utama dari kepemimpinan adalah pemimpin (leader), sebagai sosok pengendali utama yang menggerakkan roda organisasi, pengikut (follower), sebenarnya bisa memainkan fungsi kritisisme dan penyeimbang.


Namun dalam banyak kasus peran tersebut tidak banyak dilakukan, mereka lebih nyaman menjadi pengikut pasif yang mengikuti semua perintah pemimpin tanpa penilaian kritis hingga tak ada lagi aspek pemberdayaan staf (staf empowering). Efek negatifnya, kaderisasi sulit dilakukan secara kontinyu untuk memegang estafet kepemimpinan dimasa depan yang penuh dengan tantangan.


Keempat, Guru Super. Perbincangan mengenai guru tidak pernah ada habisnya, sebab kemajuan pendidikan memang tidak bisa dicapai tanpa guru sebagai edukator, motivator, inspirator, fasilitator, dinamisator sekaligus inovator proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas.


Kelima, Supermarket Spesifik. Keuangan yang tidak mapan menjadi salah satu faktor kemunduran sekolah. Sebab, program dan kegiatan yang positif dan konstruktif tidak berjalan karena persoalan financial ini, di sinilah urgensi penguatan sektor keuangan. Mendirikan supermarket spesifik, menjadi salah satu alternatif yang dapat dicoba. Yang dimaksud dengan supermarket spesifik adalah tokoh besar yang menyediakan hal-hal spesifik seperti, alat sekolah, buku tulis, buku pelajaran, seragam, bolpen, peralatan pramuka dan olahraga, fotocopy, rental komputer, dan lain-lain.


Supermarket spesifik ini harus dikelola dengan manajemen yang transparan, akuntabel, dan partisipatif.Sehingga,pemasukan dan pengeluaran terbukukan dengan rapi. Proses penjualan bisa diketahui dengan jelas dan terpantau. Hal ini memudahkan pengelola dalam melakukan evaluasi, perbaikan, dan pengembangan produk sesuai dengan permintaan konsumen yang berkisar tentang produk yang spesifik.


Keenam, Perpustakaan Berjalan. Perpustakaan adalah jantung pendidikan karena ia adalah sumber ilmu. Sayangnya, perpustakaan di sekolah seringkali sepi pengunjung. Sebab, para siswa hanya pergi ke perpustakaan pada waktu istirahat yang sangat pendek. Kebanyakan siswa memanfaatkan waktu istirahatnya untuk jajan. Realitas negatif ini, terus berlangsung tanpa ada pembenahan.


Ketujuh; Diskusi Setiap Hari. Diskusi adalah simbol dinamisasi pengetahuan. Diskusi menjadi arena adu gagasan dan pemikiran. Semakin banyak seseorang memiliki teman diskusi yang berkualitas, semakin banyak pula peluang penyerap pengetahuan. Sekolah dan madrasah yang ingin melahirkan pemikir dan ilmuwan handal, seyogyanya mewarnai kegiatannya dengan diskusi terbuka. Dengan demikian, anak didik dapat mengevaluasi pengetahuannya, kekurangan, dan kelemahannya, kemudian memperbaikinya terus menerus. Jadilah mereka seorang pemikir yang gigih mengembangkan pemikiran dan mempertahankan gagasannya.


Kedelapan, Menulis Setiap Hari. Setelah diskusi berjalan dengan optimal, tradisi menulis harus dirintis dan dikembangkan terus-menerus. Program menulis setiap hari dijadikan langkah awal untuk menggerakkan semangat menulis anak didik. Sama halnya dengan diskusi, alangkah baiknya jika dibentuk komunitas menulis yang fokus pada pengembangan tradisi menulis, yang digawangi oleh mereka yang bertekad menjadi penulis hebat di masa depan.


Kesembilan, Lomba Setiap Hari. Lomba adalah ajang kompetensi yang sangat bermanfaat untuk dinamisasi potensi anak didik.Inilah spirit luar biasa yang ada di lomba. Ia menjadi sumber energi dan motivasi besar bagi mereka untuk mengasah kemampuannya secara maksimal agar menjadi pemenang. Namun lomba biasanya diadakan secara insidental. Bisa 3 bulan sekali, setiap hari besar, maupun pada momentum lain.


Kesepuluh, Praktek Setiap Hari. Praktik adalah kunci kesuksesan, sebab setiap kemampuan besar lahir dari praktik yang insentif. Praktik menjadi ajang panggilan dan pengembangan kemampuan yang efektif. Spirit praktik inilah yang harus ada pada sekolah. Siswa menjadi teratur karena dipraktikkan secara kontinyu setiap hari misalnya, pada shalat berjamaah. Sehingga alam bawah sadar anak didik meyakini bahwa salat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian. Begitu juga dengan potensi yang lain, jika dipraktikkan setiap hari kemampuan anak didik lebih melekat dalam dirinya.


Kesebelas, Refreshing Setiap Hari. Sekolah yang maju mempunyai suasana menyenangkan yang mendorong anak didik untuk nyaman belajar tanpa merasa jenuh dalam menjalani rutinitas kegiatan. Jika ingin maju, suasana lingkungan sekolah harus sejuk, indah, dan nyaman. Taman dikelola dengan baik, tempat duduk dan bermain tersedia, kebersihan dijaga, tempat olahraga terawat dengan baik, furniturenya indah dan inspiratif, serta koperasi dan kantin bisa melayani kebutuhan siswa secara maksimal. Intinya sebisa mungkin anak didik merasa nyaman berada di sekolah sehingga tidak berpikir ingin pulang ke rumah sebab, sekolahnya terasa seperti rumah sendiri. Inilah salah satu indikator kesuksesan sekolah.


C. Tujuan Mewujudkan Sekolah Unggulan


Tujuan mewujudkan sekolah unggulan meliputi:


  1. Kualitas, Tujuan utama dari sekolah unggulan adalah untuk meningkatkan kualitas sekolah. Ini adalah sebuah metodologi,

  2. Eksistensi, Mendirikan sekolah bukan untuk beberapa tahun saja, tetapi untuk selamanya. Untuk bisa eksis tersebut dibutuhkan blueprint yang jelas, aplikatif, dan duplicatif.

  3. Reputasi, Sekolah unggulan atau di barat disebut dengan Effective School, di Indonesia diperkirakan mulai familiar sekitar tahun 90-an. Sekolah unggul didirikan dalam upaya mengejar ketertinggalan HDI di tingkat Asia Tenggara dan kekeringan motivasi di tingkat local,

  4. Kompetisi, Di tengah menjamurnya lembaga pendidikan, baik negeri ataupun swasta maka kompetisi semakin dinamis dan kita tidak menampik itu. Jika kompetisi ini bisa kita menangkan, maka otomatis kompetensi dapat kita raih karena sekolah unggulan mengarah pada prestasi yang tinggi,

  5. Percaya Diri, Dengan meningkatkan kepercayaan masyarakat akan menambah percaya diri dari sekolah. Menurut Miller (1980), prestasi murid akan naik dan partisipasi masyarakat bertambah jika kepala sekolah saling berkonsultasi dan berorientasi secara geologis,

  6. Inovasi, semi dan Full day school adalah salah satu lompatan inovasi yang dilakukan oleh sekolah unggulan dalam rangka menciptakan iklim yang positif,

  7. Moralitas, Pendidikan karakter HOTS dan 4 pilar adalah ruh kurikulum tematis untuk mencerdaskan murid dalam semua aspek, termasuk aspek afektif. Dan tujuan moralitas ini yang terus memompa cita-cita luhur para guru untuk membentuk murid yang punya daya saing global, punya ketahanan mental, dan punya semangat,

  8. Bisnis, salah satu tugas penting kepala sekolah adalah supervise dan mensejahterakan para guru. Oleh sebab itu, sekolah unggul bukan hanya rutin dan wajib melaksanakan kegiatan nasional, keagamaan, dan lain-lain. Tapi juga kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk membantu mensejahterakan semua komponen di sekolah, guru, staf, wali murid, dan masyarakat sekitar sekolah. Di samping juga untuk mandirikan sekolah dari sisi finansial.

D. Four Mim; Manajemen Menuju Sekolah Unggulan


Untuk mewujudkan, mendirikan, dan menciptakan sekolah unggulan setidaknya ada 4 langkah sederhana, praktis, dan deskriptif, yaitu dengan metode atau langkah Four Mim (4M), yaitu:


Pertama, Memperbaiki Manajemen. Untuk 3 bulan pertama memperbaiki 15 jenis manajemen yang meliputi: a) Manajemen Perencanaan. Dalam manajemen perencanaan ini terdapat:


1) Analisis kebutuhan. Selama ini banyak sekolah yang belum menganalisa kebutuhan sebelum merencanakan dan melaksanakan programnya. Akibatnya, banyak program yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya terkait dengan pendidikan sehingga program pendidikan tidak bisa memberikan dampak manfaat yang sangat signifikan.


Diharapkan pengelola lembaga sekolah agar dapat memahami perlunya menganalisa kebutuhan sebelum merencanakan dan melaksanakan program. Dengan demikian program dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang ada di sekitar lembaga atau yang menjadi target lembaga.



2) Komunikasi dan informasi. Komunikasi yang efektif tidak mudah dilaksanakan. Banyak sekolah yang mengalami hambatan dalam pelaksanaan program dan pencapaian tujuannya akibat gagal berkomunikasi secara internal dengan efektif. Keberadaan lembaga juga sering tidak disadari para stakeholder akibat kurangnya informasi dari lembaga kepada lingkungannya.


3) Pengarsipan dan Tata Buku. Banyak ditemukan di sekolah yang tidak melakukan dokumentasi dan pengumpulan dokumentasi (pengarsipan) yang baik tentang program dan kegiatan lembaga. Oleh karena itu, lembaga tidak memiliki data yang lengkap dan dapat membantu mereka melakukan perencanaan dan evaluasi program secara lebih baik. Selain itu, diketahui bahwa lembaga melakukan proses pembukuan hanya dan terutama untuk keperluan membuat laporan kepada pemberi dana dan bantuan.


W. Widjaja (1993) mengungkapkan penataan kearsipan mempunyai kewajiban di antaranya: penyimpanan berkas surat dinas, penemuan kembali surat dinas yang disimpan, pemeliharaan dan pengendalian berkas surat dinas, penyusutan dan pemusnahan berkas surat dinas yang tidak diperlukan, dan pencatatan inventaris milik Lembaga.


4) Pengelolaan Sumber Daya Manusia. Ada sebagian besar sekolah masih mengalami kesulitan dalam aspek pengelolaan sumber daya manusia dalam lembaganya. Kesulitan tersebut terlihat dari masih banyaknya sekolah yang belum memiliki struktur organisasi, dan bahkan lebih banyak lagi yang belum memiliki uraian tugas untuk tiap jabatan yang ada dalam lembaganya. Padahal, pengelolaan sumber daya manusia sangat penting dalam menunjang pencapaian tujuan lembaga dan program-programnya.


5) Lingkungan Kerja. Sekolah menganggap bahwa lingkungan kerja kondusif tidak penting, sehingga tidak memiliki fasilitas sendiri dan kondisi lingkungan kurang bersih. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk meningkatkan kualitas lingkungan kerja lembaga pada kenyataannya penataan tempat kerja dapat membawa gairah kerja yang besar. Untuk itu, lingkungan kerja perlu dikelola dengan baik. Dukungan fisik dan non fisik lingkungan kerja dapat membangun gairah kerja bagi peserta didik maupun tutor dan juga pengelola, dan


6) Monitoring dan Evaluasi Program. Diketahui bahwa masih banyak lembaga yang belum melakukan monitoring supervisi dan evaluasi secara teratur serta belum memanfaatkan hasil monitoring supervisi dan evaluasi sebagai masukan dalam memperbaiki pelaksanaan kegiatan lembaga.


Kedua, Manajemen Sumber Daya Manusia. Sementara orang biasa berpikir runut dalam memecahkan masalah, hendaknya kita berani berpikir acak. Dalam bidang apapun orang sudah terbiasa melakukan sesuatu mengikuti cara pendahulunya, sehingga cara yang dipergunakan adalah cara biasa. Hanya orangorang tertentu yang mampu melakukan cara baru di luar kebiasaan dan berhasil karena tekun dan gigih menemukan cara-cara baru tersebut. Kalau tidak, pasti mati layu sebelum berkembang. Banyak sekali penemuan didapatkan karena penerapan berpikir terbalik seperti telepon, listrik, komputer, sistem komputer, metode pemasaran, mesin-mesin dan sebagainya.


Ada tiga hal yang dapat merubah sifat manusia, yakni melalui pendidikan, pengalaman, dan lingkungan. Karena pendidikan, pengalaman, dan lingkungan yang mengajarkan dan merubah manusia untuk menjadi rajin, aktif, kreatif, mandiri dan optimis. Ketiga hal tersebut dapat merubah pola pikir guru (karyawan) dari pola pikir kecil dan tercerai berai menjadi pola pikir yang besar dan menyatu.


Dalam manajemen sumber daya manusia ini inovasi dijadikan sebagai jantung organisasi. Team work dalam manajemen sumber daya manusia ini didorong untuk selalu berinovasi tiada henti dalam meningkatkan kualitas prestasi dan memenangkan persaingan ketat. Oleh karena sebab itu, dalam manajemen sumber daya manusia, proses rekrutmen yang dilakukan harus transparan dan akuntabel. Dengan demikian, sumber daya manusia yang dihasilkan benar-benar profesional di bidangnya, sehingga kompetitif dan produktif karena menjadikan inovasi sebagai nafasnya.


Sumber daya manusia adalah investasi paling mahal dalam organisasi. Manusia inilah energi dan sumber kemajuan yang tidak bisa digantikan dengan apapun.Baik uang, sarana prasarana, maupun jabatan. Manajemen sumber daya manusia seharusnya menjadi prioritas utama dalam organisasi. Manajemen sumber daya manusia ini meliputi penempatan personil dalam struktur, job description (pembagian tugas), jalur instruksi dan koordinasi, pola interaksi, serta komunikasi, mekanisme kenaikan karir, pengembangan kompetensi, dan lainlain.


Ketiga, Manajemen Kurikulum. Manajemen kurikulum sebenarnya menekankan pada strategi pengelolaan proses pembelajaran secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil pendidikan secara maksimal. Proses pembelajaran tampaknya memang menjadi penentu kualitas pendidikan melebihi komponenkomponen lainnya. Namun demikian, semua komponen tetap diperlukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan.


Upaya pengembangan kurikulum itu diaplikasikan melalui suatu mekanisme tertentu. Menurut Hamalik mekanisme pengembangan kurikulum tersebut meliputi: a) Studi kelayakan dan kebutuhan, b) Penyusunan konsep awal perencanaan kurikulum, c) Pengembangan rencana untuk melaksanakan kurikulum, d) Pelaksanaan uji coba kurikulum di lapangan, e) Pelaksanaan kurikulum, f) Pelaksanaan penilaian dan pemantauan kurikulum, dan g) Pelaksanaan perbaikan dan penyesuaian.


Manajemen kurikulum tentunya harus berpatokan pada komponenkomponen kurikulum:

  • Komponen Tujuan, Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut oleh masyarakat,

  • Komponen isi atau materi pelajaran, Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa,

  • Komponen metode atau strategi, Meliputi rencana metode dan perangkat yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu, dan d) Komponen evaluasi, Untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan. Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu tes dan nontes.

Keempat, Manajemen Kesiswaan. Manajemen kesiswaan adalah pengelolaan kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik mulai dari awal masuk (bahkan sebelum masuk) hingga akhir (tamat) dari lembaga pendidikan.


Kelima, Manajemen keuangan. Setidaknya ada 2 hal yang menyebabkan timbulnya perhatian yang besar pada keuangan. Yaitu pertama, keuangan termasuk kunci penentu kelangsungan dan kemajuan lembaga pendidikan. Kenyataan ini mengandung konsekuensi bahwa program-program pembaruan atau pengembangan pendidikan bisa gagal dan berantakan manakala tidak didukung oleh keuangan yang memadai. Kedua, lazimnya uang dalam jumlah besar sulit sekali didapatkan khususnya bagi lembaga pendidikan swasta yang baru berdiri.


Keenam, Manajemen Administrasi. Perkembangan dari ilmu administrasi negara termasuk ilmu administrasi sekolah didorong oleh kebutuhan terlaksananya penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat lebih baik cepat dan simultan. Perkembangan sekolah-sekolah begitu pesat dan cepat baik dalam arti kuantitatif membutuhkan administrasi yang semakin baik.


Perkembangan yang demikian kompleks dan simultan yang dialami oleh sekolah sekarang ini membutuhkan tata penyelenggaraan yang lebih baik, lebih rapi, agar tujuan dari sekolah itu dapat tercapai secara lebih berdaya guna dan berhasil guna. Kelemahan-kelemahan yang biasanya dirasakan oleh sekolah ini adalah dalam bidang sarana dan prasarana. Kurangnya tenaga guru, baik dalam arti jumlah maupun mutunya, kurikulum dan sebagainya. Jarang sekali disebutkan bahwa kekurangan dari sekolah itu juga di dalam bidang administrasi.


Keadaan dari sekolah yang lemah di dalam sarana dan prasarana, tenaga guru, dan kurikulum itu makin menjadi parah karena diselenggarakan dengan administrasi yang lemah pula. Pengurusan administrasi yang lemah, dapat mengakibatkan tidak berhasilnya suatu usaha untuk mencapai tujuan dari sekolah, walaupun dengan penyediaan sarana dan prasarana tenaga guru dan kurikulum yang memadai. Dengan administrasi sekolah yang baik, walaupun dengan sarana dan prasarana tenaga guru dan kurikulum yang masih belum memadai, dapat diharapkan bahwa administrasi sekolah tersebut akan mampu menunjang perkembangan unsur-unsur penting dari sekolah tersebut dalam mencapai tujuan sekolah secara lebih berdaya dan berhasil guna.


Unsur-unsur penting dari administrasi itu meliputi: Organisasi, Manajemen, Tata hubungan, Kepegawaian, Keuangan, Perbekalan, Ketatausahaan, dan Hubungan masyarakat. Kedelapan unsur administrasi itu tentunya juga merupakan unsur-unsur dari administrasi sekolah dan madrasah dalam ruang lingkup yang terbatas pada kegiatan dari suatu sekolah. Tata usaha atau administrasi mempunyai kegiatan sebagai berikut: Menghimpun, Mencatat, Mengelola, Menggandakan, Mengirim, dan Menyimpan.


Ketujuh, Manajemen Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana memegang peran penting untuk menciptakan bangunan sekolah yang indah, asri, nyaman, dan menyenangkan semua pihak. Lingkungan yang bersih, bebas dari kotoran, sirkulasi udara normal, ditanami bunga dan segala hiasan yang indah, dilengkapi tempat rekreasi, dan tulisan-tulisan motivasi, tentu akan mengunggah semangat belajar dan berprestasi. Tersedianya berbagai sarana pokok seperti kamar mandi, tempat ibadah, olahraga, dan laboratorium juga merupakan elemen krusial bagi eksistensi sekolah dalam membangun jati diri dan prestasi.


Manajemen sarana prasarana didasarkan pada kebutuhan, skala prioritas, perawatan, dan gradualitas. Sekolah dengan ketersediaan anggaran yang terbatas tentu harus cermat dalam melengkapi sarana prasarana apa yang sangat dibutuhkan dan mendesak. Apa yang tidak dibutuhkan tapi tidak mendesak. Dengan demikian, selalu ada skala prioritas yang harus ditetapkan sesuai kondisi lapangan dan tuntutan stakeholder.


Staf manajemen sarana prasarana haruslah orang yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman mengenai bangunan, harga, kualitas, dan kebutuhan lapangan perpustakaan, laboratorium, tempat pengembangan bakat, tempat ibadah, olahraga, tempat rekreasi, koperasi, dan kantin sekolah adalah pekerjaan rumah staf sarana prasarana. Keterbatasan dana jangan sampai menjadi penghalang. Staf sarpras harus proaktif mendorong stakeholder sekolah dan madrasah untuk berpartisipasi dalam pengadaan sarana prasarana yang dibutuhkan sekolah demi pengembangan pengetahuan dan bakat anak didik.


Menurut M. Sobry Sutikno, manajemen sarana prasarana berkisar pada lima hal berikut:


  • Penentuan Kebutuhan. Sebelum membeli atau memenuhi sesuatu, tentukan terlebih dahulu, mana sarana prasarana yang dibutuhkan supaya tepat sasaran dan tepat guna. Barang yang dibeli harus benarbenar dibutuhkan sesuai perkembangan sekolah,

  • Proses Pengadaan, Pengadaan sarana dan prasarana dapat bersumber dari berbagai hal, di antaranya, pemerintah, SPP, sumbangan orang tua, donasi dari masyarakat, atau memenuhi proses kerjasama dengan perusahaan perusahaan,

  • Pemakaian, Barang dibagi menjadi 2, yang habis dipakai dan yang tidak habis dipakai. Keduanya membutuhkan perawatan dan pemanfaatannya harus maksimal sesuai kebutuhan serta bisa dipertanggungjawabkan, baik bulanan maupun tahunan,

  • Pencatatan, Pencatatan sarana dan prasarana sangat penting supaya bisa dipertanggungjawabkan dengan baik.Pencatatan membutuhkan instrumeninstrumen seperti buku inventaris dan buku pembelian. Komputer juga bisa dimanfaatkan untuk pencatatan dan penyimpanan data, dan

  • Pertanggungjawaban, Pertanggungjawaban mutlak diperlukan dalam pembelian, pemanfaatan, dan perawatan sarana prasarana dengan membuat laporan kepada pimpinan.

Kedelapan, Manajemen Hubungan Masyarakat. Tugas pokok humas adalah sebagai berikut: 1) Memberikan informasi dan menyampaikan gagasan kepada masyarakat atau pihak pihak lain yang menjadi sasaran, 2) Menjadi perantara pemimpin dalam bersosialisasi dan memberikan informasi kepada masyarakat atau pihak-pihak lain yang membutuhkan, 3) Membentuk pemimpin dalam mempersiapkan bahan-bahan yang berhubungan dengan permasalahan dan informasi yang akan diberikan kepada masyarakat yang menarik pada saat tertentu; serta 4) Membantu pemimpin untuk mengembangkan rencana dan kegiatan lanjutan yang berkaitan dengan pelayanan terhadap masyarakat sebagai konsekuensi dari komunikasi timbal balik dengan pihak luar, untuk menumbuhkan harapan penyempurnaan kegiatan yang telah dilakukan organisasi. Oleh sebab itu, hubungan kemasyarakatan (humas) harus dibangun dengan manajemen yang profesional. Di antara program humas adalah memperkenalkan visi, misi, tujuan, program, kegiatan-kegiatan, dan prestasiprestasi yang dilahirkan sekolah dan madrasah.


Kesembilan, Manajemen Kerjasama. Kerjasama dengan pihak luar sangat penting bagi suatu lembaga pendidikan untuk memperluas cakrawala pemikiran dan mengembangkan potensi dan semua aspek. Utamanya, hal ini sangat baik sebagai sarana pengembangan kapasitas lembaga, pengembangan kualitas guru, peningkatan bakat anak didik, dan pemantapan kepercayaan diri kepada masyarakat sebagai stakeholder utama sekolah.


Kesepuluh, Manajemen Komunikasi. Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi dan ide. Pertukaran informasi di sekolah terjadi antara guru kepada murid, orang tua murid, guru-guru lain, kepala sekolah, pejabat-pejabat di lingkungan Depdikbud yang relevan, pejabat-pejabat di luar Depdikbud, serta dengan anggota masyarakat lainnya dalam rapat-rapat atau konferensi. Komunikasi digunakan untuk saling bertukar pendapat serta usaha untuk memecahkan masalah.


Perlunya komunikasi dua arah ini terutama untuk mengupayakan agar ada bantuan dari orang tua dan anggota masyarakat untuk mensukseskan pendidikan. Komunikasi dua arah yang baik, perlu diusahakan oleh para guru di sekolah. Dalam berkomunikasi dua arah dengan murid, orang tua murid, guru lain dan kepala sekolah, para pejabat, maupun anggota masyarakat.


Guru berupaya menyampaikan informasi yang menyangkut: 1) Kurikulum, sebagai program pengajaran yang akan dicapai oleh murid dengan bantuan berbagai pihak, 2) Peraturan kelas dan sekolah untuk mengatur kegiatan di sekolah, 3) Informasi tentang kemajuan belajar murid, 4) Komentar positif tentang perilaku usaha dan hasil kerja murid, 5) Problem yang dihadapi murid secara pribadi, 6) Bantuan khusus yang diperlukan oleh murid, 7) Pengumuman tentang kegiatan atau program yang akan datang, 8) Bantuan dari orang tua murid yang diperlukan oleh guru, dan 9) Informasi-informasi lain yang berkenaan dengan urusan sekolah


Kesebelas, Manajemen Rapat. Tujuh langkah mengadakan rapat: 1) Ringankan beban anda dan beban anggota rapat Sebelum rapat dimulai, 2) yakinkan bahwa Anda memang betul-betul memerlukan rapat, 3) sukseskan rapat yang Anda lakukan, 4) Bagaimana anda dan mengapa harus menentukan agenda rapat, 5) Bagaimana caranya mematangkan ide-ide dan mengambil keputusan ketika rapat?, 6) Kiat sukses menguasai rapat, 7) Bagaimana menilai dan mengevaluasi sukses tidaknya rapat yang Anda adakan?.


Keduabelas, Manajemen Personalia. Pegawai atau personalia terutama guru, merupakan ujung tombak dalam proses pendidikan Islam. Proses pendidikan tidak akan berhasil dengan baik tanpa peran guru secara institusional. Kemajuan suatu lembaga pendidikan lebih ditentukan oleh pimpinan lembaga tersebut daripada oleh pihak lain. Akan tetapi, dalam proses pembelajaran guru berperan paling menentukan melebihi metode atau materi. Urgensi guru dalam proses pembelajaran ini tertukis dalam ungkapan bijak ”metode lebih penting daripada materi, tetapi guru lebih penting daripada metode.“


Ketigabelas, Manajemen Struktur. Manajemen struktur merupakan pengelola tugas-tugas yang diterima yang diterima oleh setiap personalia, kepada siapa mereka bertanggung jawab, kepada siapa mereka melaporkan hasil kerjanya, dengan siapa mereka bekerja sama, dengan siapa mereka berinteraksi, terhadap siapa mereka memiliki kewenangan untuk memerintah, dan pekerjaan apa saja yang menjadi kewajiban mereka masing-masing.

Keempatbelas, Manajemen Konflik. Resolusi konflik meliputi:1) Silaturahmi sebagai proses pencegahan konflik, 2) Bahts almasail sebagai proses penekanan dan penyekatan konflik, 3) Tabayun sebagai proses pengaturan dan penyekatan konflik, 4) Hakam sebagai proses pelembagaan konflik, dan 5) Ishlah sebagai proses akhir penyelesaian konflik.


Kelimabelas, Manajemen Event Organizer. 1) Team Player. Kesuksesan sebuah tim jika dipandang dari aspek pekerjaannya dibagi kedalam tiga aspek penting, yaitu manajemen, marketing,dan kreator. Sebagai pemimpin sebuah event, kita perlu bekerjasama sebagai sebuah tim inti yang didasari oleh tiga hal tersebut. Pertama berhubungan dengan aspek manajemen, yaitu yang terdiri atas manajer, keuangan, dan operasional. Kedua, aspek marketing, yang terdiri atas menggali dana sponsor, ticketing, dan promosi/humas. Ketiga adalah aspek kreator, yaitu aspek acara, desain materi promo, dan dekorasi. 2) Time Schedule. Time schedule dibagi menjadi tiga kegiatan secara garis besarnya, yaitu: perencanaan dan persiapan, operasional, dan gladi bersih, hari H, serta after the event.


Terkait dengan ketiga garis besar kegiatan tersebut, tim inti harus selalu mengecek, melalui rapat. Kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan mengantisipasi setiap permasalahan yang mungkin muncul dengan solusi yang tepat. Rentang waktu yang dipergunakan untuk meeting seluruh tim bervariasi serta dapat disesuaikan dengan besar kecilnya event dan kebutuhan.


Sebuah event yang sederhana mungkin membutuhkan waktu persiapan selama 1 bulan dengan rentang waktu meeting hanya dilaksanakan setiap minggu sekali.Namun untuk sebuah event yang cukup besar, dapat dilakukan setiap 3 hari sekali untuk berkoordinasi. Untuk lebih memperjelas time schedule, beberapa point penting akan dibahas secara terpisah pada bab berikutnya. Yaitu: gladi bersih, hari H, dan after the event. Rentang waktu terlama dari tiga kegiatan di atas adalah waktu operasional karena disitulah seluruh kegiatan benar-benar dilaksanakan untuk mencapai target yang diinginkan. 3) Checklist dan Keep Smiling.


Hal menyenangkan dari menjadi event organizer selain memperoleh laba adalah terpacunya seni dan kreatifitas kita untuk membuat acara terkemas dengan sukses namun sesuai patokan (rule) yang telah dibuat di awal.Semakin cepat dengan perencanaan semula, akan semakin sukses sebuah event. Namun, disaat hari H terjadi hal-hal diluar dugaan kita. Apabila sebuah event secara keseluruhan dapat dilalui dengan mulus, minimal segala kekurangan dan hambatan tidak diketahui pihak lain selain panitia, acara itu telah dianggap sukses.


Biasanya jika terjadi hal diluar dugaan, yang harus tetap tersenyum, dan segera mencari solusi kreatifnya. Misalnya ketika pengunjung telah memenuhi ruangan atau tempat duduk, sebagian acara telah berjalan sesuai jadwal, namun pengisi acara yang dinantikan terlambat hadir dan sampai acara yang terjadwal belum juga datang karena masih dalam perjalanan. MC dapat mengurangi keresahan penonton dengan permainan, membagikan doorprize, dan sebagainya.


Keenam belas. Manajemen Kegiatan Harian Rutin. Manajemen kegiatan harian rutin biasanya kurang memperoleh perhatian guru. Padahal manajemen di bidang ini memegang peran sentral agar pengajaran-pengajaran dapat berlangsung secara efektif. Manajemen kegiatan harian rutin memberikan bantuan banyak untuk pencapaian efisiensi, kontrol atas kelas, belajar secara cepat, dan menjamin rasa aman di dalam kelas.


KESIMPULAN


Sekolah unggulan merupakan kebutuhan pendidikan di era kekinian. Munculnya sekolah unggulan menunjukkan bahwa masyarakat kita membutuhkan lembaga pendidikan yang lebih berkualitas, profesional dan modern.


Sekolah unggul adalah sekolah yang luar biasa, punyak nilai lebih dari sekolah-sekolah lain, baik dari segi fisik ataupun non-fisik. Sekolah unggulan di buat sebagai suatu solusi terhadap kemajuan pendidikan yang ada, terutama dalam pembentukan SDM yang unggul.


Menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi orang tua apabila anaknya bisa masuk ke sekolah unggulan. Karena mereka percaya bahwa di sekolah unggulan siswa bisa berproses secara maksimal. Dengan fasilitas yang serba lengkap, proses pembelajaran yang maksimal dan didukung oleh tenaga-tenaga yang professional, sekolah unggulan akan menjadi agen perubahan untuk memperbaiki kualitas pendidikan yang ada.


sekolah unggul dalam arti sekolah efektif sangat diperlukan tetapi juga harus betul-betul mampu menciptakan output yang tidak hanya unggul dalam bidang akademis saja melainkan juga mempertimbangkan aspek psikis, etik, moral, religi, emosi, spirit, kreativitas dan intelegensi.


Untuk mewujudkan mendirikan, dan menciptakan sekolah unggulan setidaknya ada 4 langkah sederhana, praktis, dan deskriptif, yaitu dengan metode atau langkah Four Mim (4M). Four Mim ini mencakup memperbaiki manajemen sekolah, manajemen sumber daya manusia, manajemen kurikulum, dan manajemen kesiswaan.


  • Pertama, memperbaiki manajemen. Perbaikan manajemen dapat berbentuk pengadministrasian yang lengkap, teliti, dan rapi serta penciptaan lingkungan yang nyaman.

  • Kedua, manajemen sumber daya manusia. Dalam manajemen sumber daya manusia ini inovasi dijadikan sebagai jantung organisasi dan team work.

  • Ketiga, manajemen kurikulum. Kurikulum perlu di desain sesuai kebutuhan dan tantangan global.

  • Keempat, manajemen kesiswaan. Manajemen kesiswaan adalah pengelolaan kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik mulai dari awal masuk (bahkan sebelum masuk) hingga akhir (tamat) dari lembaga pendidikan.


Selain itu, ada empat pilar strategis fundamentalis dalam menggali potensi sekolah unggulan, yaitu: 1) membangkitkan motivasi. 2) membaca peluang, 3) keterampilan manajemen waktu, dan 4) Tekun dan ulet.


Tiga point kegiatan dalam meraih prestasi akademik siswa sekolah unggulan meliputi:


1) penegakan disiplin,

2) paket kegiatan khusus murid dan budaya sekolah, dan

3) tim khusus.


Pada akhirnya sekolah unggulan adalah program bersama seluruh masyarakat, yang tidak hanya dibebankan kepada pemerintah, sekolah dan orang tua secara perorangan, namun menjadi tanggung jawab bersama dalam peningkatan SDM Indonesia dalam rangka mengembangkan pendidikan ke arah yang lebih baik.


REFERENSI


Asmani, Jamal Makmun. Kiat Melahirkan Sekolah Unggulan. Yogyakarta: Diva Press, 2013.

Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Beatrix, Sofie.I Love Organize. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007.

Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional.

Daniel O’Hare, 2010, Internasional Jurnal of Applied Manajemen Pendidikan dan Pengembangan (ISSN: 1742-2639) Volume 1 Issue 1, Sheffield Hallam University.

Dauglas Bourn and Frances Hunt, 2011, Global Dimention In Seondary Schools, London : Development Education Research Centre.

Hamdani, Hamid. Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Pustaka Setia, 2012.

Imron, Ali.2005. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Surakarta : Bumi Aksara Isjoni dan Mohd Arif Hj. Ismail. 2008. Model-Model Pembelajaran Mutakhir Perpaduan Indonesia Malaysia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Jawwad, M. Ahmad Abdul.Manajemen Rapat. Bandung: Syamil Cipta Media, 2006.

Jerome S. Arcaro. 2007. Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerpanan. Terjemahan oleh Yosal Iriantara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Moedjiarto, Sekolah Unggul. Jakarta: Duta Graha Pustaka, 2002.

Mulyoto. Strategi Pembelajaran Di Era Kurikulum 2013. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2013.

Moleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Muhaimin & Suti’ah. 2010. Manajemen Pendidikan: Aplikasinya Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

RS. Prunia. Formal International Education, The Problem and An Emerging Solution in

International Schools.

Sugiyono. 2008 Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media

Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R &D. Surakarta : Fairuz Media

Tilaar, H.A.R. 2004. Paradigma Baru pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta

___________. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta: Rineka Cipta.

Tristan Bunnell, 2005, Strategic Marketing Planning in International schools, Journal of Research in International Education vol 19 No. 1. Emereld Group Publising Limited.

Umiarso & Gojali Imam. 2010. Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan. Yogyakarta : IRCiSoD

Undang-Undang RI. No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan nasional


Insert Video : Manajemen sekolah unggul




15,507 views3 comments

3 Comments


pimoxe9770
Jan 26, 2022

Thanks for sharing this! All the best!

Feel free to visit: https://www.flyingmag.com/

Like

yuliafonda2015
Jun 28, 2021

Artikel yang sangat inspiratif. Terimakasih untuk karya tulis ini, sangat bermanfaat sekali bagi para leader di sekolah

Like

titinprihartini27
Mar 30, 2021

Izin bertanya Bapak. Kenapa bisa ada sekolah maju dan tidak maju dilihat dari perspektif perencanaannya?

Like
bottom of page