Sepanjang hidup manusia, yang akan selalu dilakukan adalah belajar. Manusia belajar untuk mendapatkan pengetahuan. Dengan pengetahuan, manusia bisa meningkatkan kualitas hidupnya menjadi lebih baik. Manusia wajib BELAJAR untuk segala sesuatu. Mulai dari hal yang abstrak misalnya berpikir, berbicara, berbuat, hingga perbuatan yang konkrit-pun manusia tak lepas dari yang namanya belajar. Bahkan manusia harus Belajar bagaimana caranya BELAJAR. Manusia harus belajar untuk belajar itu sendiri.
Diterangkan bahwa saking pentingnya belajar, tercatat sejarah bahwa proses belajar sudah dimulai sejak Nabi Adam turun ke dunia. Disebutkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 31. Wa 'allama Aadamal asmaaa'a kullahaa summa 'aradahum 'alal malaaa'ikati faqoola ambi'uunii bias maaa'i haaa'ulaaa'i in kuntum saadiqiin. Artinya: “Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, "Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!"
SEBUAH hadis yang berbunyi Utlubul Ilmu Minal Mahdi ilal Lahdi yang artinya “carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat”, menunjukkan proses belajar manusia tidak terbatas, dilakukan sepanjang hayat sampai dengan wafat. Belajar berlaku bagi siapa saja, tidak peduli masih muda atau sudah tua. Seseorang yang terus belajar akan bertambah pengetahuannya, tidak ketinggalan zaman, dan up-to-date karena mendapatkan informasi-informasi baru sehingga dapat memperbaiki kualitas diri dan kehidupan di sekelilingnya.
Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari dari dahulu sudah dapat dilihat bahwa pada hakikatnya orang belajar, meskipun dengan cara yang berbeda dan melalui proses yang tidak sama. Jelasnya tidak ada batas usia yang menunjukan tidak mungkinnya dan tidak dapatnya orang belajar. Jika seorang petani yang sudah tua berusaha mencari tahu mengenai cara-cara baru dalam bercocok tanam, pemberantasan hama, dan pemasaran hasil yang lebih menguntungkan, itu adalah pertanda bahwa belajar itu tidak dibatasi usia.
Dorongan belajar sepanjang hayat itu terjadi karena dirasakan sebagai kebutuhan. Setiap orang merasa butuh untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya dalam menghadapi dorongan-dorongan dari dalam dan tantangan alam sekitar, yang selalu berubah. Sepanjang hayat atau sepanjang hidup manusia memang tidak pernah berada di dalam suatu vakum. Mereka dituntut untuk mampu menyesuaikan diri secara aktif, dinamis, kreatif, dan inovatif terhadap diri dan kemajuan zaman.
Belajar sepanjang hayat bahwa sejauh kita hidup, maka sejauh itu pula kita belajar. Gage (1984) menyatakan belajar ialah suatu proses ketika perilaku individu berubah sebagai akibat dari pengalaman. Ketika seseorang belajar secara terus-menerus, akan terjadi perubahan kemampuan pada dirinya. Pada intinya, belajar adalah suatu kejadian dalam diri ataupun setiap proses yang harus dilalui untuk mencapai perubahan didalam diri untuk menjadi prilaku yang lebih baik ataupun perubahan tingkah laku, adapun tingkah laku yang dimaksud adalah tingkah laku bersifat positif atau lebih baik dari sebelumnya.
Belajar bukanlah melulu tentang ilmu. Belajar bukanlah melulu tentang teori. Belajar bukan melulu tentang ahli A mengatakan demikian, kemudian ahli B mengatakan yang lain. Belajar adalah ketika kita mampu menyerap, menerima, mengaplikasikannya hingga kemudian membagikannya. Belajar tidak hanya dimaknai mengetahui. Ketika kita mampu memutuskan keputusan tersulit bagi hidup kita, itu adalah belajar. Ketika kita mampu menerima kondisi tanpa mengeluh, itu adalah belajar. Ketika kita mampu bersyukur atas apa yang kita dapat itu juga belajar. Belajar menerima atas apa yang sudah kita lakukan juga usaha yang telah kita keluarkan.
Tanpa belajar, hidup akan kosong, tak tahu arah, dan tak ada tujuan. Mengapa demikian? Karena bukan hanya soal pencapaian, tetapi juga pondasi hidup dan arah yang menunjukkan ‘kita ingin hidup seperti apa’. Namun perlu ditekankan bahwa belajar bukan hanya mengenai hal-hal bersifat nilai atau akademik, tetapi bagaimana kita melihat, menerima, menerapkandan membagikannya kepada orang lain agar mereka juga dapat melakukan seperti yang kita lakukan. Belajar agar menjadi yang pertama dalam akademik memang baik, namun belajar menerima diri dan belajar dari hal-hal kecil hidup kita, itu sama baiknya.
Belajar tidak hanya terbatas pada ruang kelas, melanjutkan kuliah atau mengikuti berbagai pelatihan atau seminar. Belajar bisa dimulai dengan diri sendiri dan orang di sekitar. Selain kesadaran yang bersifat personal, keinginan untuk belajar bisa tumbuh karena ada rangsangan dari lingkungan sosial, keluarga, sekolah atau kampus. Belajar bertujuan untuk mengembangkan kualitas diri dan membuka pola pikir. Jika setiap individu sadar dan mau belajar, akan tercipta sifat pembelajar yang memperkuat budaya belajar). Dengan belajar, tidak hanya pengetahuan, tapi cara berpikir dan bersikap terus berkembang.
Ada beberapa alasan mengapa belajar sepanjang hayat menjadi penting:
Hidup dan belajar adalah satu paket yang saling berkaitan untuk menjadikan kita lebih baik dan membuat kita berguna di masa depan.
Dengan belajar, ilmu pengetahuan kita akan terus bertambah.
Belajar akan memberikan kita kekuatan untuk menjadi sukses.
Dengan belajar, kita akan mampu menerjemahkan, memahami, dan meneliti, serta bisa lebih bijaksana dalam menyikapi segala sesuatu dalam kehidupan.
Jadi, belajar sepanjang hayat itu pening karena Ilmu-ilmu yang ada di dunia akan terus berkembang dan tidak akan berhenti di satu titik. Sebenarnya, kita wajib memiliki kemampuan atau pengetahuan terbarukan sebagai tambahan karena dunia yang cepat berubah dan berkembang itu. Bayangkan, lima atau sepuluh tahun lalu mungkin belum ada teknologi yang ada sekarang ini. Begitu juga dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Misal ilmu filsafat. Filsafat dulu tidak bisa diterapkan dalam teknologi. Tapi sekarang sudah mulai ada. Jadi sepanjang belajar di sekolah formal, kita sebenarnya harus belajar hal lain di luar kurikulum yang ada agar tidak ketinggalan.
Pada intinya, kita wajib memiliki kemampuan atau pengetahuan tambahan karena dunia yang cepat berubah dan berkembang itu. Saya melihat perlu ada keseimbangan untuk memelajari ilmu humaniora dan saintek. Ini penting untuk untuk kita memahami struktur sosial yang berhubungan dengan sains atau teknologi. Belajar di era sekarang begitu dimudahkan, kini kita punya akses yang lebih luas karena adanya dunia digital. Dari Youtube, kita bisa belajar banyak hal tanpa harus mengeluarkan uang banyak. Walaupun beberapa orang belum memiliki privilese yang sama. Ada mereka yang tidak punya akses internet cukup atau perangkat untuk belajar secara daring. Tapi paling tidak sekarang kita punya beragam pilihan untuk menambah ilmu. Tidak terbatas pada kehadiran di sekolah atau di kampus . Di dunia ini banyak sekali topik-topik yang tidak pernah kita ketahui ternyata sangat menarik dan berguna untuk kehidupan.
Singkatnya, belajar adalah proses yang terjadi seumur hidup. Manusia belajar untuk mendapatkan Kebijakan, bukan lagi sekedar pintar atau cerdas. Belajar tidak hanya untuk kebutuhan ilmu pengetahuan atau otak saja, namun harus menyentuh ranah hati dan sosial. Belajar bisa diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Manusia dikatakan berhasil dalam belajar jika ia sudah menjadi Bijak. Meski kata “Bijaksana” itu sendiri terlihat absurd. bahkan bagi seseorang seperti Aristoteles pun, menganggap dirinya masih jauh dari kata “Bijaksana”.
Jika manusia belajar hanya untuk menjadi pintar atau cerdas, maka kegiatan belajar tersebut belum dikatakan berhasil. Hal yang paling unik dari manusia adalah kecenderungan untuk menjadi baik. Sejahat apapun seseorang, pasti ada keinginan untuk menjadi baik di akhir kehidupannya. Hal itu dikarenakan (mungkin) hasil dari belajarnya.
Manusia bisa dikatakan manusia, jika dia mampu memanusiakan manusia. Jika tidak bisa memperlakukan yang lain selayaknya manusia, maka ia dipertanyakan kemanusiaannya. Manusia memang tak (akan) sempurna. karena kesempurnaan tak akan pernah ada di dunia. namun manusia bisa belajar untuk menjadi lebih baik.
Sekali lagi, belajar adalah cara untuk mencapai itu. Belajar, tak akan pernah mencapai kata finish atau akhir. selama manusia ada, selama itu pula manusia belajar. Belajar memahami diri sendiri, belajar memahami alam dan memahami penciptanya. meski untuk yang terakhir, hal itu terlihat mustahil.
Jadikanlah hidup sebagai bahan untuk kita belajar, jadikanlah diri kita menjadi berkat dan guru bagi orang lain. Ketika orang lain melihat kita positif dan berharap ingin seperti kita, artinya kita telah membagikan ilmu dan memberikan kesempatan bagi orang tersebut untuk belajar bukan.
Jadi belajarlah selagi kau masih hidup. Jadikanlah orang-orang yang kalian temui sebagai guru. Karena kau akan menemukan banyak sekali pelajaran hidup dan juga ilmu yang mungkin tidak akan kalian dapat dari sebuah teori.
Itulah penjelasan mengenai belajar sepanjang hayat. Semoga bisa dipahami.
Comentarios