HUMOR, DOSEN DAN PEMBELAJARAN Perpaduan antara Teori, Konsep, Kajian Empiris, dan Aplikasi
P E N G A N T A R
Siapa yang tidak suka humor? Hanya orang-orang tidak beruntunglah di dunia ini yang tidak suka humor. Manusia pada dasarnya butuh humor, menyukai humor bahkan memiliki rasa humor tersendiri dan dapat menciptakan humor. Ada begitu banyak alasan mengapa humor itu baik dan penting.
Jefry Hall, Ph.D, seorang profesor komunikasi di University of Kansas dalam laporan penelitiannya yang dipublikasikan di Western Journal of Communication, mengatakan bahwa humor atau merupakan semacam perantara bagi mereka untuk berbagi pengalaman dan cara pandang mengenai masalah, dan mereka akan tersenyum ketika melewati prosesnya. Menurut Hall, berbagi dan bersikap terbuka merupakan pertanda hubungan yang sehat.
Dilansir dari Psych Central, sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh Caleb Warren, Adam Barsky dan A. Peter McGraw dari University of Colorado's Leeds School of Business. Ketiga peneliti tersebut berpendapat bahwa pemahaman akan humor dapat membantu orang-orang merasa lebih baik. Menjadikan aktivitas yang menyenangkan, seperti makan di restoran atau menonton film, menjadi lebih menyenangkan, dan menjadikan aktivitas yang membosankan, seperti ke dokter gigi atau mengantre, menjadi tidak terlalu menyebalkan.
Berbagi tawa juga dapat membantu orang-orang merasa saling terhubung dan dapat bergaul lebih baik dengan yang lain. Akan tetapi, humor tidak selalu meningkatkan hasil utilitarian, seperti pengambilan keputusan atau kesehatan. Karena sekalipun humor dan tawa membuat orang menjadi lebih kreatif, namun pada saat yang sama juga dapat membuat kita menjadi lebih ceroboh. Menonton film lucu, membaca buku humor, dapat membantu mengatasi penyakit emosional, seperti cemas dan depresi, namun hanya ada sedikit bukti bahwa humor dapat membantu kanker, atau bahkan flu biasa.
Jefry Hall, Ph.D, seorang profesor komunikasi di University of Kansas berpendapat bahwa orang humoris biasanya lebih tenang dalam menghadapi masalah dan tidak membiarkan emosinya meledak-ledak. Dalam laporan penelitiannya yang dipublikasikan di Western Journal of Communication, Profesor Hall mengatakan bahwa humor merupakan semacam perantara bagi mereka untuk berbagi pengalaman dan cara pandang mengenai masalah, dan mereka akan tersenyum ketika melewati prosesnya. Menurut Hall, berbagi dan bersikap terbuka merupakan pertanda hubungan yang sehat. Dan, seperti dilaporkan Psychology Today, dengan mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang humor, para ahli meyakini humor dapat membantu
Selera humor yang baik ditulis Elite Daily. Humor merupakan perangkat sosial yang penting. Humor yang ditempatkan dan disampaikan dengan tepat dapat membuat kita keluar dari sudut pandang yang sempit. Mereka yang humoris seperti bergerak dengan mudah ke arah manapun. Ada beberapa alasan kenapa mereka begitu. Beberapa di antaranya adalah karena mereka mudah menyesuaikan diri, sangat memperhatikan hal-hal secara detil karena humor biasanya muncul dari hal-hal kecil yang sering luput dari perhatian umum, membuat kerja kelompok menjadi lebih kreatif dan bersemangat, serta mengurangi stres.
Dilansir dari Psych Central, sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh Caleb Warren, seorang asisten profesor marketing dari University of Arizona Eller College of Management, Adam Barsky dari University of Melbourne dan A. Peter McGraw dari University of Colorado's Leeds School of Business melihat bagaimana dan kapan humor membantu orang-orang mencapai tujuannya.
Dalam makalah yang diterbitkan dalam Journal of Consumer Research ini para peneliti tersebut mengintegrasikan wawasan psikologi, manajemen, linguistik, antropologi, kedokteran dan ilmu saraf untuk mengusulkan kerangka yang merangkum pengetahuan ilmiah tentang humor.
Ketiga orang peneliti tersebut berpendapat bahwa pemahaman akan humor dapat membantu orang-orang merasa lebih baik. Berbagi tawa juga dapat membantu orang-orang merasa saling terhubung dan dapat bergaul lebih baik dengan yang lain.
Begitu pula dengan usaha untuk membuat orang lain tertawa. Kadang-kadang hal tersebut dapat membantu orang untuk mencapai tujuan mereka, tetapi terkadang justru menghambat. Misalnya melontarkan lelucon untuk membantu orang memahami maksud dan mendapatkan perhatiannya, akan tetapi hal tersebut dapat membuat kesan tidak penting.
Salah satu kesimpulan penting dari makalah tersebut adalah bahwa efek dari usaha untuk membuat orang lain tertawa bergantung pada jenis lelucon yang diceritakan. Menggoda atau membuat lelucon yang menghina tidak membuat orang merasa terhibur, bahkan akan membuat canggung keadaan, dan bisa merusak persahabatan serta kekeluargaan.
Akan tetapi, seperti dilaporkan Psychology Today, dengan mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang humor, para ahli meyakini humor dapat membantu orang untuk hidup lebih baik. Membantu mereka mengatasi rasa sakit dan stres, sampai mendorong orang menggunakan humor untuk mengkritik suatu merek atau produk yang mengecewakan.
Jika ada anggapan bahwa humor hanya sebatas membuat orang tertawa saja, maka sepertinya perlu ada banyak diskusi tentang humor. Karena ternyata humor tak sekadar berhubungan dengan saraf tertawa saja, melainkan juga membutuhkan permainan logika, penguasaan bahasa, serta pengendalian emosi. Humor menjadi sesuatu yang dalam dan penuh makna.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa humor dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan mental seseorang. Salah satunya adalah kajian yang dilakukan oleh pakar kesehatan dari Rumah Sakit Heart Institute New York-Presbytrian, Holly Andersen. Salah satu tips untuk meningkatkan kesehatan jantung dan kondisi kesehatan secara keseluruhan adalah dengan tertawa.
Menurut Holly Andersen, tertawa selama 15 menit memberikan efek baik bagi jantung setara dengan senam aerobic selama 30 menit. Tertawa juga terkait dengan kesehatan pembuluh darah, peningkatan hormon otak yang dapat memperbaiki suasana hati atau mood, serta mengurangi rasa sakit dan kecemasan.
Dalam konteks pendidikan, humor juga bisa dijadikan sebagai ice breaker yang efektif dalam proses belajar mengajar. Humor juga merupakan salah satu indikator kompetensi personal seorang dosen, sebagaimana tergambar dalam instrumen evaluasi kompetensi guru atau dosen, dimana salah satu butir yang dinilai adalah rasa humor.
Dalam perspektif agama, Islam mengajarkan kita untuk bersikap santai, rileks, murah senyum, dan tidak berlebihan dalam tindakan, ucapakan, dan perilaku di seluruh aspek kehidupan. Artinya dalam kehidupan sehari-hari tidaklah harus diisi dengan keseriusan. Perlu ada senyum, tawa, canda, dan humor, namun tidak boleh berlebihan.
Islam mengajarkan kita untuk selalu tersenyum, karena sesungguhnya senyum yang kita berikan kepada orang lain adalah sedekah. Dengan senyuman itu, dunia yang gelap menjadi terang. Karena itu kita tidak perlu bermuka masam dan tetaplah tersenyum walaupun Anda dihina atau disakiti. Rasulullah saw sendiri termasuk orang yang suka humor, tetapi segala tindakannya selalu terkontrol oleh kesadaran.
Humor yang dilakukan Rasulullah saw adalah humor dalam arti cara untuk menghilangkan ketegangan dan menimbulkan keakraban, bukan humor dalam arti mengejek atau mengolok-olok orang lain. Artinya, materi humor menjadi penting untuk diperhatikan.
Nabi Muhammad saw telah mempraktekkannya bersenda-gurau bersama para sahabat namu rasa humor (senda-gurau) yang beliau lakukan sedikitpun tidak konteks kebenaran. Dalam sebuah hadits berikut ini dapat memberi gambaran metode ini: Di riwayatkan dari Anas ra, dia berkata: ―Sesungguhnya seseorang pernah meminta seekor unta (zakat) kepada Rasulullah untuk meringankan beban dalam membawa barang-barangnya, maka Rasulullah berkata kepadanya: ‗Sesungguhnya aku akan membawamu (menaikkanmu) ke atas seekor anak unta.‘ Lalu orang tersebut berkata: ‗Wahai Rasulullah, apa yang dapat aku perbuat dengan anak unta tersebut ?
‗Rasulullah saw bersabda (dengan maksud bercanda): ―Bukankah unta itu anak dari induk unta?‘‖(H.R Imam abu dawud dan Tirmidzi).
Sikap humoris Rasulullah saw yang tergambar dalam hadits dimaksudkan untuk memahamkan orang tersebut bahwa seekor unta sebesar dan sekuat apa pun dalam membawa barang-barang, maka tetaplah ia seekor anak unta.
Buku ini merupakan perpaduan antara teori, konsep, pengalaman empiris, dan aplikasi. Penulis mendapat inspirasi untuk menulis buku ini saat belajar tentang kiat kiat mengajar kreatif dan coba praktekan langsung dalam kegiatan pembelajaran di kelas perkuliahan selama 2 tahun belakangan ini. Dengan menyisipkan humor dalam perkuliahan, melahirkan banyak inspirasi dan motivasi mengajar dan belajar baik kepada saya pribadi sebagai dosen maupun pada mahasiswa.
Penulis juga mengalami banyak kisah lucu yang inspiratif yang selalu dijadikan bahan lelucon dalam berbagai pertemuan. Saat mengajar di kelas atau pada saat presentasi dalam sebuah seminar, diskusi, konferensi, atau lokakarya. Dengan diselingi humor pada saat mengajar, ternyata dapat meningkatkan perhatian dan antusiasme mahasiswa sebagai audience.
https://kask.us/iHTue