Simak kisah berikut :
"Mir, besok kita ngelamar kerja yuk, ada lowongan di pabrik sepatu." ajak Wandi pada Amir sahabatnya.
"Boleh Wan, apa aja persyaratannya?"
"Biasa, fotocopy Ijasah, foto ukuran 4x6, fotocopy ktp, surat lamaran kerja sama skck."
"Oke nanti gua siapin syarat-syaratnya."
Esoknya.
"Mir ayo berangkat, udah siap belom loe?"
"Gua semalem begadang Wan, kepala gua sakit nih."
"Ngapain loe begadang?"
"Itu gua nonton Drakor, eh keterusan sampe dua season sampe pagi akhirnya, besok aja deh gua ngelamarnya, loe duluan aja ya Wan."
Sorenya.
"Mir, Alhamdulillah gua diterima kerja, lumayan gaji tiga bulan pertama lima puluh ribu sehari, nanti katanya bisa naik kalau kita rajin kerjanya dan ga pernah telat atau alfa, kerjanya sih lumayan berat, ngangkatin sepatu yang udah jadi ke dalam mobil, macam tukang panggul gitu, tapi ga apa-apa lah yang penting dapat penghasilan."
"Sukur deh Wan, mungkin besok gua ngelamar, besok bareng berangkatnya ya."
Dan besoknya lagi.
"Mir, jadi ga ikut gua?"
"Aduh Wan, kata orang pinter nih, ga boleh ngelamar kerja hari selasa, ga bagus katanya, besok aja deh gua ngelamar kerjanya."
Hari Rabu-nya.
"Mir, udah siap loe?"
"Setelah gua pikir-pikir, kayanya gua ga bakal sanggup kerja dengan gaji lima puluh ribu sehari, cukup apa uang segitu, belom ongkos, belom makan, belom rokok, kayanya gua ga bisa deh Wan, gua mau cari kerja yang gajinya paling engga seratus ribu lah sehari."
Tiga bulan kemudian.
"Mir, Alhamdulillah gaji gua sekarang udah naik jadi tujuh puluh lima ribu sehari, gimana loe udah dapat kerjaan?"
"Belom, kemaren sih ikut Mas Hadi jadi kuli bangunan, ga kuat gua, capek banget, kerjanya terlalu berat, udah kepanasan, ngangkutin semen, pasir, air, ah ga kuat gua."
Setahun kemudian.
"Mir, ini undangan, gua Minggu depan mau nikah sama Romlah, loe dateng ya."
"Wah udah nikah aja loe, hebat Wan."
"Loe kapan nikah Mir?"
"Ah pacar aja ga punya bagaimana mau nikah Wan?"
"Makanya cari cewek atuh."
"Tar lah Wan, gua mau usaha dulu, baru mikir nikah."
"Loe emang mau usaha apa Mir?"
"Belum tau Wan, masih gua pikir-pikir."
Lima tahun kemudian.
"Mir, besok loe dateng ya, gua mau nyunatin anak gua."
"Siap Wan, pasti gua dateng dah, cepet juga ya udah disunat aja anak loe, umur berapa sekarang anak loe emang?"
"Udah empat tahun, mumpung lagi mau dia."
"Eh loe sekarang usaha apa Mir?"
"Belom Wan, masih bingung gua, usaha butuh modal, cari kerja sekarang susah banget."
"Ya loe di rumah aja sih Mir."
"Ya mau kemana Wan? kalo ga jelas tujuannya mah malah ngabisin biaya, apa lagi selama ini keuangan guakan semua dari orangtua, jadi gua harus hemat biar ga terlalu ngerongrong orangtua."
Sepuluh tahun kemudian ayah Amir meninggal, lalu dua tahun berikutnya ibunya juga meninggal, rumah dan segala isinya dibagi-bagi pada lima saudara Amir.
Dengan uang warisan Amir mencoba dagang Mie ayam keliling namun hanya bertahan beberapa bulan karna masakannya tak enak.
Beberapa tahun berlalu.
"Pak itu teman Bapak kan? itu Pak Amir kan?" Wanto bertanya pada Bapaknya Wandi sambil menunjuk ODGJ yang tertidur di depan Mart.
"Iya dulunya, sekarang dia sudah ga ada yang ngurusin, saudara-saudaranya juga ga ada yang peduli padanya."
"Kok kaya gitu Pak? jahat amat saudara-saudaranya?"
"Karna dia waktu mudanya selalu menunda-nunda untuk berusaha, sedang waktu tidak pernah menunggu, saudara-saudaranya sudah bosan menopang hidupnya, karna saudaranya juga punya kehidupannya sendiri."
"Kasihan ya Pak."
"Iya nak, kita hanya bisa kasihan, tapi jelas kita tak bisa membantunya, karna dia tak pernah mau membantu dirinya sendiri, ayo kita pulang nak."
Kisah diatas adalah sebuah kisah yag memberi kita pelajaran dampak buruk dari dari Kebiasaan Menunda-Nunda waktu. Menunda-nunda waktu atau pekerjaan bisa dilakukan siapa saja, bahkan orang yang paling rajin sekalipun.
Penyebab menunda pekerjaan sangat variatif, mulai dari sifat asal yang malas dan kurang disiplin, atau karena faktor lainnya seperti jenuh, terlalu lelah, dan masih banyak lagi akibat atau dampak dari menunda-nunda pekerjaan.
K̤e̤n̤a̤l̤i̤ p̤o̤l̤a̤ ke̤b̤i̤a̤s̤a̤a̤n̤ m̤e̤n̤ṳn̤d̤a̤-̤n̤ṳn̤d̤a̤ p̤e̤k̤e̤r̤j̤a̤a̤n̤.̤
Apa saja akibat yang bisa disebabkan dari suka menunda nunda waktu atau pekerjaan?
Kehilangan Waktu
Di saat muda, banyak orang yang belum menyadari kalau waktu adalah hal yang sangat berharga. Dengan menunda pekerjaan, kamu jadi membuang waktu dengan sia-sia. Padahal kalau dioptimalkan, waktu yang berharga bisa diisi dengan berbagai hal yang positif dan menyenangkan.
Semakin Malas
Kalau alasan menunda nunda waktu atau pekerjaan hanya karena malas, bisa jadi karena diundur terus, sehingga tidak termotivasi untuk dikerjakan. Hal ini justru dapat membuat kamu menjadi semakin malas untuk memulainya.
Tidak Produktif
Akibat dari kebiasaan menunda waktu atau pekerjaan yang dibiarkan akan membuat kamu menjadi tidak produktif. Tidak produktif pastinya akan mengurangi jumlah penghasilan. Kalau menunda nunda pekerjaan jarang terjadi mungkin tak masalah. Tapi kalau dibiasakan dan kamu sering kali tidak produktif, penghasilan dan performa kamu dapat menurun. Dan lebih buruk lagi, kamu mungkin sulit mendapatkan kepercayaan.
Panik dan Stress
Sering menunda pekerjaan juga mampu membuat kamu mudah panik dan stress. Misalnya saja, saat menyepelekan satu tugas, begitu juga dengan tugas-tugas berikutnya. Saking banyaknya pekerjaan yang menumpuk, kamu mungkin akan mengalami stress, bahkan burnout.
Merusak Reputasi
Dampak menunda pekerjaan akan jadi sangat buruk kalau dijadikan kebiasaan. Sepintar dan secerdik apa pun kamu menemukan solusi untuk berbagai masalah, kalau pekerjaan ditunda-tunda terus dan melewati tenggat waktu, reputasi yang kamu jaga dapat rusak.
Pekerjaan Menumpuk
Menumpuknya pekerjaan jelas jadi salah satu akibat kebiasaan menunda-nunda. Pekerjaan kamu mungkin saja tidak sulit dan skalanya kecil-kecil. Tetapi, pekerjaan kecil yang ditumpuk sampai menggunung, jelas saja dapat terasa berat. Apalagi kalau kamu baru mau mengerjakannya pas mepet dengan tenggat waktu. Pekerjaan kecil yang menumpuk bikin kamu repot sendiri dan jauh lebih capek dari seharusnya.
Menjadi Tidak Disiplin
Orang yang terbiasa menunda pekerjaan dan berhasil menyelesaikannya di waktu mepet, mungkin saja merasa ini bukan masalah. Tetapi, tanpa disadari ini berpotensi membentuk diri kamu menjadi tidak disiplin. Dan berkemungkinan membawa masalah yang besar di masa depan.
Performa Tidak Maksimal
Kalau pekerjaan tidak ditunda, kamu bisa mengerjakan dengan optimal. Riset lebih banyak dan tidak asal-asalan lalu langsung diserahkan ke atasan. Performa kamu pun akan dinilai baik. Sebaliknya, kalau pekerjaan ditunda, hal yang seharusnya bisa kamu lakukan jadi tidak maksimal atau berperfoma buruk. Hasil kerja pun sudah pasti tidak maksimal dan mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi atasan.
Kurang Bertanggung Jawab
Ada orang yang memang mampu menyelesaikan tugas dengan baik meski menunda-nunda dan baru mulai kerja di saat mepet tenggat waktu. Tapi kalau terus dibiarkan, akhirnya membentuk kebiasaan sebagai orang yang kurang bertanggung jawab. Kamu jadi lebih mudah menyepelekan tugas dan akhirnya, karakter seperti ini tentu bisa merugikan perusahaan dan diri sendiri ke depannya nanti.
Memperburuk Kesehatan Fisik
Misalnya kamu menunda pekerjaan yang seharusnya bisa kamu kerjakan selama 14 hari. Pekerjaan lainnya pun akan ikut tertunda. Lalu kamu baru mulai mengerjakannya 3 hari menjelang tenggat waktu. Tugas yang seharusnya dicicil selama 14 hari harus diselesaikan dalam 3 hari, jelas bakal bikin kamu berusaha ekstra kerja keras.
Mungkin kamu harus begadang. Kadang bahkan kamu melewatkan waktu makan. Waktu yang seharusnya kamu pakai buat olahraga jadi terbuang. Dari 3 hari kerja keras yang tidak wajar ini, tubuh kamu pun akan bereaksi. Kesehatan fisik akan terganggu. Sesekali dilakukan akibatnya tak akan terlalu terasa. Dan akibat kalau terus-menerus menunda pekerjaan, kesehatan fisik kamu akan semakin terkuras terus.
Semoga Bermanfaat. Tetap Semangat bekerja wujudkan masa depan yang lebih baik.
Comments