Dosen Sebagai Mentor Akademik
Masa kini, dosen tidak hanya dituntut pandai mengajar, atau sekedar menjadi dosen pelatih atau trainer. Dosen harus mampu memfungsikan dirinya sebagai dosen mentor atau dosen pembimbing akademik demi pencapaian prestasi mahasiswa.
Peran dosen sebagai mentor mahasiswa kurang menjadi fokus perguruan tinggi dalam mengembangkan prestasi akademik mahasiswa sehingga banyak diantara mereka yang mengalami kemunduran kelulusan.
Inilah pentingnya peran dosen sebagai mentor untuk mencapai prestasi akademik mahasiswa terutama di lingkungan pendidikan entrepreneurship sebagai strategi dalam mengembangkan kualitas lulusan perguruan tinggi.
Perguruan tinggi perlu mulai konsentrasi pada pemberdayaan dosen guna menggapai prestasi akademik dan kelulusan tepat waktu melalui kegiatan mentoring terutama untuk perguruan tinggi berbasis entrepreneurship.
Ada perbedaan tugas antara menjadi seorang mentor dan instruktur. Seorang mentor akademik membantu mahasiswa berkebutuhan khusus. Mentorship tidak dilakukan dalam kelompok, melainkan secara personal. Bantuan yang diberikan bukan sebagai pengajar tambahan atau pengganti dosen.
Bantuan yang diberikan lebih kepada pemberikan motivasi dan membantu menyusun rencana belajar, lengkap dengan timeline dan target-target yang SMART. Perkembangan belajar dievaluasi bersama-sama sambil menyusun penyesuaian rencana belajar berikutnya. Sementara itu tugas dosen sebagai instruktur adalah memfasilitasi proses belajar untuk mata kuliah yang dianggap sulit.
Dosen sebagai mentor akademik adalah seorang dosen yang sangat berpengalaman dan berkualitas dalam bidang keahlian tertentu. Dosen yang memiliki pengetahuan khusus berdasarkan bidang keahlian dan pengalaman. Mengetahui area pekerjaan, (dunia usaha dan industri yang ada), tahu hambatan yang akan mahasiswa hadapi, tantangan yang harus mahasiswa atasi, jebakan dan juga cara untuk berhasil.
Dosen mentor mengenal industri dengan sangat baik dan memiliki koneksi, juga dapat membimbing mahasiswa untuk menghindari membuat terlalu banyak kegagalan dan mengarahkan mahasiswa untuk sampai ke tempat yang mereka inginkan.
Dosen sebagai mentor akan memfasilitasi transfer pengetahuan langsung. Menggunakan teknik pelatihan untuk memungkinkan mahasiswa untuk mendapatkan pemahaman yang lebih besar tentang topik atau untuk mengubah pola pikir paradigma.
Salah satu perbedaan utama dosen sebagai mentor dan dosen sebagai pelatih adalah jumlah arahan yang diberikan. Jika mahasiswa macet dan tidak dapat menemukan jawaban - biasanya pelatih akan menghindari memberikan solusi (dan mengajukan pertanyaan yang berbeda - 'jika mahasiswa tahu, apa yang akan menjadi jawabannya'). Sedangkan dosen mentor akan memberikan jawaban dengan sedikit keraguan sebagai metode dan strategi melatih keterampilan berpikir peserta didik.
Seorang dosen sebagai mentor akademik akan melakukan banyak hal lebih sebagai pelatih atau bahkan seseorang yang merupakan pelatih. Hubungan mentoring sering berkembang secara bertahap, dan semakin kuat ketika mentor memiliki wawasan dan pengalaman yang berharga untuk dibagikan, dan ketika mahasiswa yang dibimbing menemukan keinginannya untuk belajar dari mentor.
Dosen sebagai mentor akademik selalu peduli dengan mahasiswanya, Mengajar mata kuliah dan membantu mengembangkan beberapa konsep pada mahasiswa tetapi tidak melemahkan nilai-nilainya. Nilai Softskil (adab, etika, keikhlasan, bertanggungjawab, kejujuran), selalu dimuat.
Sedangkan dosen yang hanya berfungsi sebagai sebagai pelatih atau trainer, menyederhanakan subjek yang cocok untuk sejumlah besar mahasiswa untuk keuntungan komersial. Dia tidak peduli tentang perkembangan mahasiswanya dan cara dia membentuk, dan tidak memberikan nilai sama sekali.
Pelatih atau trainer bisa siapa saja yang penting punya keahlian untuk mengajar-melatih satu keterampilan tertentu, tapi dosen mentor labih dari itu. Ia sosok yang professional dan menjadi panutan.
Dosen sebagai mentor berperan sebagai konselor yang memandu mahasiswa dalam aktifitas kegiatan akademik. Membantu mahasiswa mempelajari suatu hal, namun tidak melakukan hal tersebut untuk mahasiswa. Membimbing dengan contoh. Misalnya, menawarkan trik efisiensi, saran, dan contoh untuk menunjukkan mahasiswa cara pintar menuju kesuksesan, atau membimbing mahasiswa melakukan riset namun tidak membantu mahasiswa menyunting esai, naskah riset . Hal tersebut adalah perbedaan tutor dan mentor.
Seorang dosen sebagai mentor akademik adalah penuntun bagi mahasiswanya. Membuat mahasiswa bertanggung jawab atas pertumbuhan prestasi akademiknya. Ia membimbing dan memberdayakan mahasiswa bagaimana cara hidup tumbuh berkembang.
Membimbing dan mengajar mahasiswa untuk taat dan disiplin, serta mengajarkan kepercayaan dan kerendahan hati kepada mahasiswa, serta memberi mahasiswa bekal hardskill dan softskill sebagai pakaian dan mempersiapkan mahasiswa untuk perjalanan hidup di masa kini dan masa depan.
Fungsi utama Dosen sebagai Mentor adalah :
Menilai kelebihan dan kekurangan mahasiswa dalam hal akademik.
Membantu mahasiswa memahami struktur dan organisasi suatu topik.
Memberi mahasiswa sudut pandang baru, dan memperbaiki pemikiran yang salah.
Meningkatkan kemampuan mahasiswa mengambil keputusan.
Mengenalkan mahasiswa pada trik-trik terkait bidang topik bidang studi mahasiswa.
Memberi mahasiswa sumber penting dan referensi berguna.
Singkatnya, mentor (dosen) adalah profesional yang sangat terampil di bidang akademik dan bidang keilmuanya. Memiliki kemampuan mengajar dan membimbing mahasiswa, kemampuan mentransfer pengetahuan dan “nilai” (Hardskill dan Softskill). Memperluas kesadaran, menciptakan cara baru ke depan dan membantu mahasiswa untuk membuat rencana tindakan, yang membawa perubahan dan / atau hasil.
Jadi, era pendidikan 4.0 menutut dosen untuk memiliki pendekatan, alat, strategi yang dapat membawa lebih banyak kekuatan dalam mengajar, membelajarkan, dan memberdayakan mahasiswa.
Dosen Sebagai Futurolog
Futurolog atau futuris adalah ilmuwan yang mempunyai spesialisasi dalam futurologi, atau upaya untuk secara sistematis mengeksplorasi prediksi dan kemungkinan tentang masa depan dan bagaimana ia bisa muncul dari sekarang, apakah itu masyarakat manusia tertentu atau kehidupan di Bumi secara umum.
Futurolog tentu beda dengan ahli ramal. Eksplorasi prediksi mereka dibangun dari riset dan realita yang berkembang dan bisa diamati saat ini. Disisi lain, kitab suci agama mungkin memberi informasi yang sama, namun sering ada ruang kosong yang dibiarkan tanpa penjelasan detail. Pendekatan yang ditawarkan ilmuwan bisa jadi jawaban yang lebih rasional, memberi jawaban bagi naluri klausal nalar kita: ‘kalau ada akibat, ya harus ada sebab’.
Secara umum, label futurolog termasuk kelompok awam, profesional, dan akademis seperti visioner, konsultan, ahli strategi perusahaan, analis kebijakan, kritikus budaya, perencana, pemasar, peramal, pengembang pasar prediksi, pemeta jalan, peneliti operasi, manajer investasi, aktuaris dan analisis risiko lain, dan individu yang berorientasi pendidikan masa depan di setiap disiplin akademik, termasuk antropologi, studi kompleksitas, ilmu komputer, ekonomi, teknik, desain perkotaan, biologi evolusi, sejarah, manajemen, matematika, filsafat, ilmu fisika, ilmu politik, psikologi, sosiologi, teori sistem, studi teknologi, dan disiplin ilmu lainnya.
Kita menyaksikan perkembangan dan kemajuan luar biasa dalam sains dan teknologi (saintek) dekade terakhir tidak lepas dari peran para akademisi sekaligus ilmuwan dalam melahirkan maha karya melalu riset dan kajian yang menyokong kemajuan IPTEKS.
Para akademisi sekaligus ilmuwan tersebut melakukan terobosan, menghasilkan inovasi dibidang sains teknologi dalam 10 tahun ke depan. Mereka mampu memprediksi bagaimana wajah dunia nanti dengan membuat fantasi sainstek mutakhir dimasa depan.
Dr Michio Kaku, salah satu futurology terkemuka juga Profesor fisika teoretis di City University of New York dan penulis buku ‘The Future of the Mind.’ Michio Kaku memprediksi dalam 10 tahun ke depan, teknologi internet akan mengalami transisi secara bertahap ke jaring-otak. Ini memungkinkan pikiran, emosi, perasaan, dan kenangan dapat dipancarkan langsung ke seluruh planet ini.
Michio Kaku memprediksi bahwa otak manusia dapat terhubung ke komputer dan mulai memecahkan kode beberapa kenangan dan pikiran kita. Ini pada akhirnya bisa merevolusi komunikasi dan media hiburan. Film masa depan akan bisa menyampaikan emosi dan perasaan. Bukan hanya gambar dan video di layar perak, pengguna media social bisa saling mengirim kenangan dan sensasi mereka. Para sejarawan dan penulis akan bisa merekam kejadian tidak hanya secara digital, tapi juga dimensi emosional mereka.
Futurology Fritjof Chapra, seorang akademisi dan ilmuwan fisika dan penulis buku berjudul ‘Titik Balik Peradaban’. Chapra mencoba menguliti semua aspek peradaban dan menemukan kesimpulan bahwa peradaban kita tengah merosot, lalu dengan perspektif fisika, dia mengajukan solusi supaya peradaban bisa lahir kembali dan tumbuh (growth). Dia pakai kerangka keruntuhan dan kebangkitan peradaban ala Arnold Toynbee.
Adapula Alvin Toffler, seorang penulis dan futurolog Amerika, yang dikenal karena karya-karyanya membahas mengenai revolusi digital, revolusi komunikasi, dan singularitas teknologi. Toffler adalah profesor tamu di Universitas Cornell, dan mengajar di New School of Social Research. Sebagai dosen pengajar ia banyak disukai, dan telah memperoleh berbagai gelar kehormatan dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra, dan hukum.
Alvin Toffler banyak meneliti dan menulis makalah mengenai dampak sosial dan organisasi dari komputer, yang membuatnya berhubungan dengan orang-orang terawal yang adalah para "guru" komputer dan peneliti kecerdasan buatan dan pendukungnya. Xerox mengundangnya untuk menulis tentang laboratorium penelitiannya, dan AT&T berkonsultasi untuk meminta saran strategis kepadanya. Pekerjaan di AT&T ini menyebabkan timbulnya studi mengenai telekomunikasi. Pada pertengahan tahun ’60-an, pasangan Toffler mulai mengerjakan karya yang kemudian menjadi buku laris Future Shock.
Ketiga akademisi dan ilmuwan ini mampu membuat prediksi dengan membuat narasi ilmiah dibidang keilmuanya dengan memadukan realitas sekitar kehidupan sehari-hari, sehingga jadi mudah dipahami. Pendekatan yang ditawarkan ilmuwan seperti mereka bisa jadi jawaban yang lebih rasional, memberi jawaban bagi naluri klausal nalar: ‘kalau ada akibat, ya harus ada sebab’.
Pendekatan yang dilakukan oleh ketiga akademisi dan ilmuwan ini mungkin jadi yang terbaik memprediksi masa depan dengan pendekatan keilmuanya masing-masing. Dan menjadi contoh bagi para akademisi dan ilmuwan Indonesia untuk bisa memiliki pemikiran-pemikiran yang bersifat Antisipatif-Akomodatif terhadap perubahan zaman.
Pemikiran yang bersifat Antisipatif-Akomodatif, artinya, pemikiran yang dapat mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di masa depan dan menerima perubahan-perubahan yang bersumber dari luar secara selektif.
Pemikiran yang dapat mengantisipasi perubahan adalah yang berorientasi masa depan (future oriented), dengan menjadikan problem-problem kekinian sebagai telaah untuk menganalisis perubahan di masa mendatang.
Comentários