top of page

Hakikat IQRA

Writer: Yusrin Ahmad TosepuYusrin Ahmad Tosepu

Iqra' (اقْرَأْ) adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti "bacalah" atau "membaca". Membaca adalah bahan baku untuk menuangkan dan memproduksi ide. Banyak membaca maka banyak bahan baku. Setelah banyak bahan baku, tentu terserah kepada kita pengolahannya. Boleh diucap bahwa kalau tak pernah membaca, mustahil seseorang bisa menambah wawasan maupun pengetahuan tanpamembaca.


Dalam Islam, iqra' memiliki makna yang lebih dalam, yaitu perintah untuk membaca, belajar, dan menyebarkan ilmu. Segala sesuatu dan segala objek merupakan aplikasi term iqra, Apakah sebenarnya ma’na iqra’?


Term iqra’ merupakan kata pertama dari wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Term tersebut menggunakan kata imperatif/amar yang berasal dari akar kata qara’a. sehingga berarti “bacalah olehmu” (lihat QS. Al-‘Alaq ayat 1 dan 3).


Membaca memiliki makna yang sangat luas dan mendalam, sehingga menjadilah membaca sebagai tangga menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Perintah pertama Allah Subhanahu wa ta'ala kepada Nabi Muhammad Saw adalah Iqra (“bacalah!”). Perintah pertama itu tidak menyebut obyek bacaan tetapi menyebut motivasi dan tujuan membaca yakni bismi rabbika yakni “dengan atau demi karena Tuhanmu”.


Iqra pada mulanya berarti “menghimpun”. Jika ada kata misalnya “membaca” maka sebelum mengucapkannya dengan lidah atau di dalam benak kita, sebenarnya melihat ketujuh huruf itu satu persatu terlebih dahulu (M-E-M-B-A-C-A). Setelah itu memperurutkannya lalu menghimpunnya dan seketika itu, setelah terjadi aneka proses yang sangat cepat, lahirlah bacaan yang berbunyi “membaca”.


Membaca kita lakukan supaya kita tahu. Namun, selama ini kita sering membatasi makna Iqra pada kegiatan membaca teks/huruf saja dan hal konteks tidak disebut sebagai membaca. Dan inilah yang menjadikan makna iqra menjadi “kurus dan kering”. Akibatnya orientasi iqra pun terbatas pada tekstualis saja.


Imam Ibn Manzur dalam Lisanul Arab memberikan makna iqra’ yang berarti bacalah teks (tulisan); bacalah ayat-ayat Allah, bacalah alam semesta ciptaan-Nya, bacalah manusia segala aspek kehidupannya, pahamilah, tetilitilah, bereksperimentasilah, ovservasilah, supervisilah, cermatilah, sampaikanlah, telaahlah, dalamilah, renungkanlah yang dilakukan secara tajam dan mendalam.


Demikian makna iqra yang sangatlah luas, bahwa membaca tidak bisa terhenti pada membaca huruf saja, namun bacalah alam jagad raya ini, dengan begitu kita bisa mendapatkan faedah dari membaca tersebut. Akhirnya dengan membaca segalanya, kita bisa mengelola alam dengan baik, menyebarluaskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan menciptakan penemuan-penemuan yang bermanfaat (sains dan teknologi).


Selain membaca ayat-ayat Tuhan dan membaca ayat-ayat alam, juga harus membaca ayat-ayat manusia seperti membaca pendidikan, sosial, antropologi, budaya, kesehatan, ekonomi, politik, hukum, meliter dan kebutuhan manusia lainnya.

 

Sebenarnya dengan perintah iqra seharusnya manusia tidak ada lagi umat yang alergi dari segala keilmuan, karena semuanya adalah objek yang harus dibaca. Sebagaimana Alquran tidak pernah memisahkan ayat-ayat ibadah, sosial-humaniora, kealaman/sains-teknologi didalamnya.


Hal tersebut sejalan dengan pendapat Muhammad Abduh yang mengatakan bahwa orientasi iqra itu adalah pertama, membaca ayat Tanziliyah yakni membaca ayat-ayat yang tertulis dan diturunkan yang dikenal dengan wahyu, diturunkan kepada Rasul berupa al-Quran dan Sunnah. Kedua, ayat Kauniyah yakni membaca ayat-ayat yang tercipta berupa alam semesta serta segala isinya; manusia, hewan, tumbuhan serta semua peristiwa yang terjadi di dalamnya. Dengan demikian setiap pencarian pemahaman dan penelitian teradap apa saja merupakan manifestasi perintah iqra’. Mengisyaratkan betapa luasnya makna iqra’ yang sudah diperintahkan Tuhan bagi manusia.


Sudah jelas makna iqra, yaitu membaca segala obyek mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar. Iqra menuntut kita membaca apa saja yang tertulis atau yang terhampar, yang buruk pun boleh dibaca selama motivasinya adalah bismi rabbika yakni bacalah dengan nama atau demi nama Tuhanmu.


Syeikh ‘Abdul Halim Mahmud, pernah mengatakan: “Membaca disini adalah lambang dari segala apa yang dilakukan oleh manusia, baik yang sifatnya aktif maupun pasif. Kalimat tersebut dalam pengertian dan jiwanya ingin menyatakan ‘bacalah demi Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhanmu, bekerjalah demi Tuhanmu’.


Demikian pula jika kita berhenti bergerak atau berhenti melakukan sesuatu aktifitas, maka hendaklah hal tersebut didasarkan juga pada bismi rabbika, atau “jangan/tidak lakukan itu demi karena Tuhanmu! Berhentilah melakukan keburukan demi karena Tuhanmu, dan seterusnya’, sehingga pada akhirnya ayat tersebut berarti ‘jadikanlah seluruh kehidupanmu, wujudmu, dalam cara dan tujuannya, kesemuanya demi karena Allah.”


Abbas Mahmud al-Aqqad (1889-1964 M), seorang cendekiawan terkemuka Mesir, pernah menulis bahwa ia membaca karena tanpa membaca maka hidup hanya satu, sedangkan ia hendak hidup lebih dari satu hidup. Yang dapat memberi hidup lebih dari satu hidup hanyalah bacaan, karena dengannya hidup semakin bermakna dan semakin dalam.


Beliau pun pernah menulis: “Ide Anda hanya satu, demikian juga perasaan dan imajinasi. Tetapi bila hal itu bertemu dengan ide, rasa dan imajinasi yang lain, maka ketika itu yang lahir bukan hanya dua ide, rasa dan imajinasi, tetapi banyak sekali sehingga tidak terhitung jumlahnya. Albert Einstein pernah bergumam bahwa imajinasi ternyata lebih liat dan liar. Jika logika membawa kita dari A ke B, imajinasi akan membawa kita ke mana-mana.


Nah, demikian juga dengan membaca. Betapapun manusia makan, maka dia tidak dapat memenuhi kecuali memenuhi satu pencernaannya saja. Betapapun dia berpakaian, maka dia tidak dapat menutupi kecuali satu jasadnya. Betapapun dia dapat bepergian ke mana saja, namun dia hanya bisa berada di satu tempat saja. Tetapi bila dia membaca, maka dia dapat mengumpulkan sekian banyak ide, rasa dan imajinasi dalam benaknya dan dengan demikian dia tidak hanya memiliki satu hidup saja”.


Sungguh sangat wajar sekali Allah memulai wahyu-Nya kepada Nabi Muhammad SAW dengan perintah membaca. Kini semakin terbukti bahwa hanya orang dan masyarakat yang membaca yang dapat hidup sejahtera dan fikiranya terbuka.


Intinya,  iqra berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri, yang tertulis maupun yang tidak. dengan kata lain membaca segala objek yang ada dari elemen apapun, fisik atau metafisik, jasmani atau rohani, materi atau immateri. Karena sejatinya kesemua objek tersebut bersumber dari Allah yang telah diturunkan dan diperlihatkan dalam bentuk tulisan (ayat/ wahyu) dan yang berwujud alam jagad raya beserta isinya (alam dan manusia). Pastinya antara keduanya tidak akan mungkin bertentangan karena kesemuanya berasal dari yang Maha Satu, Maha Esa yaitu Allah Subhanahu wa ta'ala.

 
 
 

Comments


Follow

  • Facebook

Contact

082187078342

Address

Makassar, Sulawesi Selatan Indonesia

©2016 by Yusrin Ahmad Tosepu

bottom of page