Menjadi dosen masa kini, memang memiliki tantangan tersendiri. Salah satu tantangannya adalah menghadapi mahasiswa milenial yang pastinya jarak usianya terpaut jauh dengan sang dosen. Sehingga diperlukan strategi khusus bagi dosen untuk menghadapi mahasiswa milenialnya. Para mahasiswa millenial, cenderung menyukai hal baru dan tantangan yang diberikan. Ketika melaksanakan belajar di bangku perkuliahan, mereka juga akan klop terhadap metode-metode tertentu.
Generasi Z atau biasa disebut dengan istilah generasi net adalah Millennial generation yang mondominasi peserta didik di perguruan tinggi sekarang ini. Generasi Z adalah generasi yang lahir sekitar tahun 1997 hingga tahun 2000-an. Generasi Z adalah generasi setelah Generasi Y, generasi ini merupakan generasi peralihan Generasi Y dengan teknologi yang semakin berkembang.
Generasi Z disebut juga iGeneration, generasi net atau generasi internet. Mereka memiliki kesamaan dengan Generasi Y, tapi mereka mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu seperti nge-tweet menggunakan ponsel, browsing dengan PC. Apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil mereka sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian mereka.
Dilansir dari BBC, generasi Z adalah generasi yang masih muda dan tidak pernah mengenal kehidupan tanpa teknologi sehingga terkadang disebut sebagai i-gen. Generasi Z dinilai sebagai generasi yang ambisius, mahir tentang hal digital, percaya diri, mempertanyakan otoritas, banyak menggunakan bahasa gaul, lebih sering menghabiskan waktu sendiri, dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi.
Sebagai tenaga pendidik dan pengajar, dosen masa kini dituntut memperluas tentang ilmu pengetahuan materi pelajaran, juga diharapkan agar mampu untuk memahami dan menyesuaikan karakteristik dari peserta didik sebagai generasi milenial pada saat ini, agar dapat menggunakan strategi, metode, dan media pembelajaran yang tepat. Adapun yang dimaksud dengan strategi, metode dan media pembelajaran yang tepat di sini adalah yang disesuaikan dengan kecanggihan media informasi dan teknologi.
Berdasarkan survey dari harian Washington Post dikatakannya, generasi Z ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Kurang fokusnya terhadap sesuatu, gampang teralihkan, memiliki kemampuan multitasking, senang mengambil langkah lebih awal atau pionir, lebih memiliki jiwa entrepreneur, gadget adiktif dan terlalu menaruh ekspektasi terlalu tinggi terhadap sesuatu yang berhubungan dengan mereka.
Generasi Z ini juga memiliki kecenderungan konsentrasi mereka akan bertahan hanya dalam waktu 10 menit. Jika sesuatu itu ia anggap tidak menarik, mereka akan tinggalkan dan tidak hiraukan, karena itu dibutuhkan metode yang variatif untuk mengajar para generasi milenial ini. Oleh karena itu, dosen masa kini perlu mengetahui tiga Pilar Menanamkan Metode Pembelajaran Generasi Milenial untuk siap menghadapi era kekinian yang disebut dengan istilah era industri 4.0. Pertama, yaitu sumber literasi yang semakin beragam. Meliputi digital, teknologi dan human literatur, ekstra kurikuler untuk meningkatkan leadership, teamwork dan juga entrepreneurship. Kedua adalah metode pembelajaran hybrid learning, yaitu pembelajaran yang bisa dilakukan melalui daring atau online. Sedangkan pilar ketiga adalah life long learning.
Lalu bagaimanakah sosok dosen masa kini yang diharapkan mahasiswa milenial? Nah, berikut sosok dosen masa kini yang diharapkan mahasiswa millenial saat ini.
1. Dosen harus mampu menyuguhkan pembelajaran yang menyenangkan dan penuh makna. Maksudnya di sini adalah cara mengajar yang menggunakan teknik atau metode yang menyenangkan dan mudah untuk dipahami mahasiswa, agar mahasiswa pun tidak merasa bosan ketika pembelajaran sedang berlangsung. Paradigma pembelajaran dosen masa kini harus memberikan keleluasaan peserta didik berperan aktif.
2. Dosen harus melek digital. Dosen harus dapat memahami dan mahir terhadap kecanggihan teknologi yang ada pada saat ini. Karena metode pembelajaran masa kini sangat berbeda dengan zaman dahulu yang hanya cukup mengandalkan kapur/spidol dan papan tulis dalam proses belajar mengajar. Dosen harus memiliki kemampuan dalam menggunakan dan memanfaatkan kecanggihan teknologi sebagai alat, media sebagai sumber belajar dan komunikasi pembelajaran. Misalnya memanfaatkan media social (website, blog, WA) dan lain sebagainya sebagai media komunikasi pendidikan dan pembelajaran. Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan mengoperasikan teknologi sudah menjadi keharusan, dan juga dapat memudahkan dosen dalam menjalankan tugas dan fungsi profesinya.
3. Dosen harus menjadi role model. Menurut Wikipedia, role model adalah seseorang yang memberikan teladan dan berperilaku yang bisa dicontoh oleh orang lain. Jadi dosen di sini harus bisa menjadi pemimpin yang baik agar dapat dicontoh oleh peserta didiknya, dan diharapkan juga mampu menghadapi tantangan generasi milenial saat ini sehingga mampu melahirkan peserta didik yang cerdas dan berkarakter.
Metode Kuliah untuk Mahasiswa Millenial
Metode kuliah harus segera di desain ulang untuk mencapai tujuan pembalajaran karena mahasiswa meillenial sekarang ini merupakan generasi net yang melek terhadap tekhnologi maka sudah sewajarnya dosen harus mengupgrade keilmuannya dan strategi pembelajaran yang digunakan.
Kuliah akan terasa nyaman jika metode kuliah yang digunakan dosen menyesuaikan dengan karakteristik peserta didiknya. Sebab perlu diakui bahwa semangat dan mood mahasiswa untuk kuliah juga dipengaruhi oleh metode mengajar dosen. Dosen dengan metode mengajar yang mudah disukai mahasiswa millennial akan menjadi booster, sehingga mahasiswa tidak jenuh, bosan dalam mengikuti kegiatan perkuliahan. Bahkan tidak ada keinginan untuk melihat kelas berakhir.
Nah, seperti apa metode kuliah yang diterapkan khusus untuk para mahasiswa millenial, penjelasannya sebagai berikut.
1. Metode Kuliah dengan Melibatkan Isu Terkini
Para dosen harus lebih akrab dan update terhadap permasalahan-permasalahan terkini, agar cara mengajar mereka bisa diterima dengan baik oleh mahasiswanya. Karenanya, mahasiswa millenial zaman sekarang lebih kritis terhadap isu-isu yang sedang hits. Hal tersebut terjadi karena, dalam suasana perkuliahan diskusi menjadi lebih hidup jika disediakan kasus-kasus baru untuk ditanggapi oleh mahasiswa. Tidak hanya di dalam ruang kelas, terkadang di kantin pun suka berdiskusi mengenai isu-isu terbaru. Mahasiswa millennial ini, lebih peka terhadap hal-hal terbaru ketimbang yang sudah lama muncul. Sebab, dalam berdiskusilah mereka dapat menyimpulkan sesuatu. Metode pembelajaran ini disebut Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
2. Metode Kuliah dengan Project
Memberikan tugas kepada mahasiswa, ketimbang hanya membahas soal teori saja, mereka akan lebih bersemangat jika dosen mengemasnya dalam bentuk project. Sehingga, nantinya akan menghasilkan sebuah produk apapun untuk bisa dijadikan bahan pembelajaran. Pemberian project tersebut bisa diterapkan pada mata kuliah apapun. Misalnya, terkait dengan pembelajaran bisnis e-commerce, dosen bisa memberikan tugas kepada mahasiswa untuk membuat project cara menjual produk lewat internet beserta rekaman kegiatan penjualannya dalam sebuah kepingan DVD.
Metode kuliah Ini juga salah satu media dari pembelajaran berbasis masalah. Tugas tersebut mengasah keterampilan mahasiswa untuk melakukan sesuatu secara all out. Selain itu, juga memberikan pembelajaran pada mereka bagaiman berpikir serta merealisasikan ide dalam rangka menghasilkan sesuatu berupa produk nyata.
Nah, metode kuliah seperti ini lebih seru daripada hanya bahas teori saja, yang tidak ada habisnya. Tak jarang mahasiswa mengantuk di ruang kelas karena dosen hanya membahas teori, dan teori saja.
3. Metode Kuliah dengan Memanfaatkan Teknologi Visual
Salah satu yang menjadi pusat perhatian kalangan mahasiswa milenial adalah dosen yang menggunakan system pembelajaran teknologi modern. Di era digitalisasi sekarang ini memang menuntut siapa saja untuk melek teknologi, terlebih dosen. Misalnya saja, pandemi Covid-19 saat ini, dosen dan mahasiswa dituntut untuk melakukan kuliah daring. Kuliah daring pastinya menggunakan alat gadget berupa ponsel, laptop, maupun tablet yang didalamnya terinstal aplikasi penunjang komunikasi tatap muka orang banyak. Nah, di sanalah mau tidak mau baik dosen maupun mahasiswa digali kemampuannya dalam segi teknologi.
Salah satu metode kuliah yang menyenangkan bagi mahasiswa millennial adalah menggunakan teknologi visual berupa media video dalam pembelajaran karena generasi ini sangat mudah memahami segala sesuatu yang disajikan dalam bentuk gambar. Metode pembelajaran berbasis visual merupakan penggunaan metode edutainment dikelas. Metode ini merupakan metode yang memangkas teknik mengajar konfensional seperti ceramah, catat dan sebagainya. Metode ini menggabungkan antara materi pembelajarn secara visual, bersifat narasi, pembelajaran dengan permainan dan pengajaran menggunakan gaya informal.
Metode kuliah ini dianggap lebih mengasyikkan dan merefresh pikiran mahasiswa ketimbang hanya selalu melakukan diskusi dan presentasi di dalam kelas saja. Pada saat berkesempatan mengajar di kelas, sebagai seorang dosen, cobalah membuat video terkait dengan issa bahasan yang akan diajarkan di kelas. Dengan hal tersebut, dijamin mahasiswa akan lebih girang dan bersemangat dalam mengikuti jalanya perkuliahan.
Di sini, vidio tidaklah harus berdurasi lama dan memunyai efek sound serta visualisasi tinggi layaknya buatan seorang professional. Namun dosen menggunakan bentuk yang sederhana asalkan dipahami oleh mahasiswa dengan sangat mudah. Misal, menyetel issa penelitian, atau vidio tutorial pemasaran produk melalui internet, dan lain sebagainya.
Mengapa ini harus sesekali dilakukan? Karena, mahasiswa sulit mencerna pelajaran apabila tidak tahu bagaimana jalannya proses kegiatan pemasaran produk melalui internet.
4. Metode Kuliah Observasi Nyata
Salah satu karakter pada generasi ini ketidaksukaannya terhadap pembelajaran yang difokuskan hanya membaca dan menyimak (metode ceramah). Generasi ini lebih tertarik kepada pengamatan dan pembelajaran langsung (praktek) dan mereka memiliki kemampuan yang cepat dalam mengakses informasi atau materi pembelajaran, namun ada sisi kelemahan yang harus diperhatikan generasi ini kurang dalam menganalisis validasi sebuah informasi makanya dosen perlu memberikan bimbingan ataupun arahan. Dalam hal ini berarti dosen harus menjadi fasilitator bagi para mahasiswannya.
Dalam perkuliahan dengan mata kuliah tertentu, cobalah memberikan tugas mahasiswa untuk melakukan kegiatan observasi ke lapangan. Dalam observasi tersebut, perintahkan mahasiswa untuk mencatatnya lalu melaporkanya dalam bentuk karya ilmiah. Misal, meneliti kegiatan produksi di sebuah issali perusahaan. Apa bahan bakunya atau bagaimana proses pembuatannya, sehingga produk tersebut jadi dan siap dipasarkan. Atau, mencari cara memasarkan suatu produk yang dijadikan bahan penelitian.
Nah, ini lebih efektif daripada menyuruh mereka membaca buku atau jurnal saja terus menerus. Kegiatan tersebut juga sebagai bahan dalam memproduksi tulisan, atau karya lain.
5. Metode Kuliah Berorientasi Pada Entrepreneurship dan Kreatifitas
Generasi millennial merupakan generasi yang realistis terhadap menyikapi permasalahan dan generasi yang optimis untuk menatap masa depan. Jadi tidak mengherankan jika generasi ini memiliki Side Job diluar aktivitas belajar seperti desain grafis, content creator, youtuber, dan lain-lainnya.
Berbicara tentang kreativitas mengajar, jika dihubungkan dengan mata pelajaran digital bisnis umpamanya, dosen mengajak atau mengarahkan mahasiswa untuk membuat website atau blog pribadi atau akun youtube untuk membuat konten pemasaran digital yang itu nantinya meningkatkan jiwa kreativitas dan bakat kewirausahaan mereka.
6. Metode Kuliah Sistem Blanded Learning
Sistem pembelajaran ini merupakan kombinasi antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran daring (Online). Artinya pembelajaran dalam satu semester dapat di rencanakan dengan dua jenis pertemuan konvensional dan daring dengan penggabungan ini diharapkan dapat mengenai sasaran pembelajaran untuk generasi ini.
Blanded Learning erat kaitannya dengan pembelajaran berbasis tekhnologi maka perlunya dosen untuk memanfaatkan dan mengupgrade pengetahuannya sesuai dengan perkembangan zaman yakni tentang ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Contohnya dalam pembelajaran, dosen dapat memanfaatkan media social, blo, website, WhatsApp group, dan lain sebagainya. Dosen tinggal membagikan link materi atau tugas yang dapat diakses oleh mahasiswa untuk dipelajari.
Strategi Mengajar Untuk Mahasiswa Millenial
Adapun strategi mengajar untuk mahasiswa issalial, penjelasannya sebagai berikut.
1. Seimbangkan Teori dan Praktik
Selama ini sistem pengajaran yang ada hanya berfokus pada kajian teori, jarang sekali menyentuh praktiknya. Oleh karena itu, dosen harus selalu menggabungkan kedua hal tersebut sehingga mahasiswa tidak hanya handal berteori tetapi juga lihai dalam praktiknya. Untuk menanggulangi rasa bosan mahasiswa, dosen dapat mengajak mahasiswanya belajar di ruang terbuka. Misalnya di kantin, perpustakaan, studi TV, halaman kampus dan lainnya. Karena memahami generasi milenial sangan mudah bosan jika melakukan hal yang monoton. Oleh sebab itu, perlu adanya pengembangan inovasi system belajar mengajar.
2. Mengoptimalkan Pembelajaran dengan Aplikasi dan Media Sosial
Generasi milenial merupakan ngenerasi yang tidak lepas dari media yang semua aplikasi ada pada gedjetnya. Berdasarkan hasil issal diketahui generasi ini menggunakan 79% waktunya perhari digunakan untuk berinteraksi dengan Smartphone nya. Sedangkan akses mereka terhadap media issal minimal 10 kali dalam satu hari baik Facebook, twittwr, Whatshapp dan liannya.
Melihat tingginya interaksi generasi ini terhadap media issal tidak ada salahnya kita sebagai dosen mencoba memanfaatkan dan memaksimalkan media sebagai media dalam pembelajaran. Banyak aplikasi yang iss dimanfaatkan ada google class room, elearning, Zoom Cloud metting, Learnign Management Sistem (LMS) ini semua merupakan media yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran daring atau online.
3. Mengoptimalkan Pembelajaran dalam Kelompok
Berbagai hasil riset menyebutkan generasi millennial cenderung senang bekerjasama dengan rekan sejawatnya karena mereka punya rasa percaya diri yang tinggi ini menjadi modal utama bagi mereka untuk unjuk diri menyalurkan ide dan gagasannya kepada teman sejawatnya. Kerja kelompok ini tidak hanya dalam situasi yang nyata tetapi juga pada dunia maya artinya generasi ini menyukai kerja sama dengan fasilitas tekhnologi seperti Video Conference dan media lainnya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Scawbel yang menyatakan 53% generasi ini menyenangi komunikasi secara pribadi dengan menggunakan tekhnologi informasi Instan messaging dan konferensi dengan video. Intinya generasi ini menyenangi kerja kelompok dengan sistem kolaborasi.
4. Hindari Teks Book
Begitupun ketika di kelas atau kuliah tatap muka. Dosen tidak melulu harus menggunakan buku dalam panduan menyampaikan materi perkuliahan. Tetapi juga mengkombinasikannya dengan cara belajar yang lebih menyenangkan, yaitu dengan menonton film, melihat video dari youtube. Sebisa mungkin dosen memanfaatkan semua teknologi yang ada di kampus. Selain itu, dosen juga biasa memberikan tugas dalam bentuk video, misalnya seperti mereka membuat film pendek, presentasi online, mengoreksi tugas mereka dengan dropbox, dan lain sebagainya.
5. Menyisipkan Humor dalam Perkuliahan
Humor dalam perkuliahan tentu saja iss dengan mudah merebut hati dan perhatian mahasiswa. Sebab selalu sukses membuat suasana kelas lebih menyenangkan. Dosen humoris biasanya dose pujaan, karena karakternya yang sudah bercanda sembari menjelaskan materi menghilangkan suntuk. Mahasiswa juga sekaligus mendapatkan hiburan dalam perkuliahan. Menariknya, dosen yang cenderung humoris justru dosen yang sangat brilian. Umumnya menjelaskan materi dengan sangat sederhana, misalnya memakai bahasa paling sederhana. Sehingga mudah dipahami oleh mahasiswa. Dosen seperti ini dengan mudah menyadari bahwa materi yang disampaikan sudah dipahami.
Mahasiswa millennial, umumnya senang dengan strategi mengajar dosen yang menyajikan suasana “santai tapi serius” atau dikenal dengan istilah suasana belajar yang menyenangkan. Maka dijamin akan semangat 45 masuk ke kelas. Ibarat masuk ke kelas yang menawarkan pemandangan dan suasana pegunungan. Tapi, sebaliknya metode kuliah dosen yang cenderung kaku, atau cenderung lempeng saja dalam menyampaikan materi. Biasanya hanya pada buku, papan tulis, maupun perangkat digital yang dipakai mengajar. Apa yang keluar dari mulut sang dosen isinya hanya materi kuliah. Justru membuat mahasiswa tidak betah mengikuti perkuliahan karena mahasiswa diajak serius dan ke materi perkuliahan.
Kadang kala model mengajar seperti ini efektif, terutama saat mood belajar mahasiswa sedang bagus dan kondisi badan juga prima. Namun jika sebaliknya, habis begadang semalam suntuk mengejar tugas kuliah yang mepet deadline. Maka dijamin akan sulit menangkap apa yang disampaikan dosen.
6. Memberi Motivasi dan Inspirasi
Dosen memberi motivasi pada mahasiswa disela di sela menyampaikan materi. Selain memberi motivasi untuk giat belajar dan berjuang dalam hidup juga memberi inspirasi. Dalam hal menyampaikan materi pun harus super jelas dan mudah untuk dipahami. Atau sebaliknya, yakni menyampaikan hal-hal yang sifatnya poin penting saja sehingga mudah dipahami oleh mahasiswa. Mahasiswa millenaila pun biasanya menyukai karakter dosen seperti ini karena kelas cenderung santai dan menyenangkan, karena dosen motivator biasanya memperlakukan mahasiswa seperti anaknya sendiri sehingga seperti belajar bersama bapak atau ibu di rumah.
Nah, umumnya strategi mengajar dosen motivator membuat mahasiswa merasakan suasana yang lebih seru dan menyenangkan. Penjelasan materi perkuliahan pun semakin mudah dipahami. Apalagi dengan pemanfaatan teknologi maka dijamin materi disampaikan dengan metode lebih praktis dan sederhana. Mahasiswa pun bisa dengan mudah mengakses materi perkuliahan, dan dosen seperti ini sangat tepat mendampingi kegiatan belajar dari rumah.
Strategi mengajar dosen masa kini yang penuh motivasi dan inspirasi seperti ini sudah tentu memudahkan mahasiswa untuk memahami materi yang disampaikan. Sekaligus meningkatkan rasa percaya diri mereka untuk aktif bertanya di kelas. Sebab merasa berhadapan dengan orangtua sendiri, sehingga merasa sangat nyaman. Strategi mengajar dosen dengan karakter seperti ini membuat mahasiswa lebih semangat belajar.
Tantangan dosen masa kini salah satunya yaitu menghadapi mahasiswa milenial yang memiliki sifat aktif dan agresif. Era pendidikan kekinian sudah tidak jaman lagi menggunakan kekerasan dalam mendidik. Menghadapi mahasiswa yang notebene adalah para millenials adalah tidak mendidiknya dengan keras. Berikan mereka teguran sedikit yang berdifat menyentu psikisnya. Dengan begitu mereka akan berubah menjadi lebih baik. Pada saat menghadapi mahasiswa milenial, dosen mampu mendekatkan diri dengan mahasiswa.
Dengan mendekatkan diri dengan mahasiswa, hal demikian membuat mahasiswa merasa bahwa mereka membutuhkan dosen tidak hanya dalam belajar, tetapi juga dalam mengarahkan dan membimbing hidup mereka. Maka, tidak ada salahnya, agar lebih mudah mengenal dan memahami gaya mahasiswa dan segera menemukan pola untuk menghadapinya. Jadikanlah kedekatan itu sebagai arena untuk menambah keilmuan mahasiswa.
Penerapan metode kuliah dan strategi mengajar generasi milenial tersebut, diharapkan dapat membangkitkan semangat belajar mahasiswa, karena sesuai dengan karakteristik mahasiswa dan juga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Semoga dimasa kini dan mendatang, dosen Indonesia bisa lebih kreatif dan dapat menerapkan metode dan strategi, serta media pembelajaran yang tepat.
Rujukan
Oblinger, D. and Oblinger, J., Eds. (2005). Educating the Net Gen. Washington, D.C.: EDUCAUSE
Mannheim, K. (1952). The Problem of Generations. Essays on the Sociology of Knowledge, 24(19), 276-322–24.
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Role_model
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-53148828
https://siedoo.com/berita-11628-tiga-pilar-menanamkan-metode-pembelajaran-generasi-milenial/
https://rumahpendidikan.id/dosen-masa-kini/
Comments