top of page
Writer's pictureYusrin Ahmad Tosepu

Kata-kata Bisa Menjadi Sumber Kekuatan


“Kata-kata berfungsi seperti kunci. Jika kita memilihnya secara tepat,

kita akan dapat membuka hati manapun.” – Gulfsha Saifi –


PENDAHULUAN


Aktivitas manusia sehari-hari, pasti tidak lepas dalam berkata-kata baik lisan maupun tulisan. Disadari atau tidak, kata-kata ternyata memiliki kekuatan yang dapat memengaruhi hidup manusia. Kata-kata juga menunjukkan jati diri dan bahkan membentuk kehidupan manusia. Kata-kata yang setiap hari keluar dari lisan maupun tulisan, ternyata memiliki kekuatan yang dapat memengaruhi hidup manusia. Kata-kata bukan sekadar ejaan huruf yang bisa asal bunyi dari mulut manusia. Ia dapat menjadi kekuatan positif bila yang diucapkan positif dan bisa melemahkan, merusak, bahkan membunuh semangat dan mental jika bernada negatif.


Hidup dapat diubah selamanya hanya dengan satu kalimat atau satu kata yang dapat memberi kekuatan, membangkitkan semangat tapi juga dapat melemahkan bahkan menghancurkan kehidupan. Toni Robbins seorang motivator dunia mengatakan bahwa kata-kata yang kita gunakan sehari-hari menghasilkan dampak tersendiri pada pikiran kita. Dalam bukunya, “Awaken The Giant Within,” ia mengajarkan untuk mengganti perbendaharaan kata-kata yang kita pake sehari-hari. Misalnya, ketika kita mau bilang “saya benci makanan ini,” akan lebih baik kalo kita mengatakan, “saya lebih suka yang lainnya.” Atau , mengatakan, “Kamu bodoh!,” akan terasa pengaruhnya jika kita mengatakan, “Anda masih perlu belajar lebih giat.” Rasanya beda kan? Nah, Begitulah kekuatan kata-kata. Akhirnya, kita perlu merenunggi kata-kata bijak Konfusius berikut ini: “Tanpa mengenal kuasa kata-kata, mustahil kita mengenal kuasa manusia.”


Tak dipungkiri jika Kata-kata yang kita gunakan sehari-hari menghasilkan dampak tersendiri pada pikiran dan kehidupan kita. Karena itu, pentingnya memilih kata-kata yang memberdayakan atau kata-kata-kata positif. Pentingnya kata-kata positif tidak dapat diremehkan, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional kita. Apakah kita terlibat dengan kolega, klien, peserta didik (pelajar/mahasiswa) atau orang terkasih. Kata-kata yang kita pilih membentuk kualitas hubungan kita dan memengaruhi hasil. Saat kita berkomunikasi dengan kejelasan, empati, dan keaslian, kita menjalin hubungan bermakna yang memupuk kolaborasi dan saling pengertian.


Di era digital yang serba cepat saat ini, di mana informasi mengalir tanpa henti, pentingnya menyusun pesan (lisan ataupun tulisan) yang efektif dan bijaksana adalah yang terpenting. Kata-kata kita dapat membangun jembatan, meruntuhkan penghalang, menyebarkan kepositifan, dan memicu perubahan. Kita harus menyadari kekuatan kata-kata kita terhadap orang lain, baik atau buruk. Hanya dengan satu kata dapat membuat orang menyukai sesuatu bahkan sebaliknya. Seperti, jika kita bertemu orang untuk pertama kalinya dan orang lain mengatakan bahwa ia adalah orang yang tidak dapat dipercaya, maka kata-kata tersebut secara otomatis mempengaruhi penilaian kita bahwa orang yang akan kita temui itu sulit untuk dipercaya. Bahkan setelah itu, kita akan cenderung memandang negatif segala omongan dan sikap orang tersebut.


Namun, jika kita bertemu dengan orang baru lalu orang lain mengatakan hal-hal baik, seperti “Dia orang yang ramah” maka kita akan memandang positif orang tersebut. Dan jika pada kenyataannya orang tersebut kurang ramah, kamu akan cenderung untuk memaklumi dan selanjutnya memikirkan hal positif di balik kesan pertemuan itu “Aku kayaknya bertemu dengannya di waktu yang kurang tepat” atau “Dia mungkin sedang mengalami sesuatu hal yang buruk.”


Satu hal penting lagi, memilih dan menggunakan kata-kata positif dapat meningkatkan pola pikir dan kinerja kita, seperti jika kita berkata dan memikirkan kita bisa melakukannya, maka kita akan benar-benar bisa melakukannya. Sebab kita semua memiliki kekuatan untuk menghidupkan "volition switch" atau “saklar kehendak” kita dengan memilih kata-kata khususnya kata kata positif yang memicu pola pikir positif dan memicu keinginan bebas untuk bertindak.


Para ilmuwan telah menunjukkan bahwa menciptakan struktur kalimat positif dapat memicu respons fisik yang meningkatkan kekuatan. Mengatakan, "Yes, I can do this!" dapat membuat hal-hal yang kamu anggap tidak mungkin menjadi sangat mungkin kamu lakukan. Pia Aravena dan rekan-rekannya dari Institute of Cognitive Sciences di Prancis menemukan bahwa mendengarkan kata kerja yang berkaitan dengan tindakan fisik secara otomatis dapat meningkatkan kekuatan yang digunakan seseorang untuk memegang benda. Tetapi sebaliknya reaksi seperti itu tidak muncul ketika kata-kata disajikan dalam konteks negatif.


Penelitian lainnya tentang perubahan otak akibat kata-kata juga telah dibukukan oleh Andrew Newberg, M.D. dan Mark Robert Waldman dalam judul “Words Can Change Your Brain”. Mereka menyimpulkan bahwa satu kata punya kekuatan mempengaruhi gen yang mengatur tekanan fisik dan emosional seseorang. Kata-kata positif seperti “kedamaian” dan “cinta” memperkuat area lobus frontal, bagian otak yang bertindak sebagai pembangkit listrik kepribadian, emosi, kreativitas, mobilitas dan memori. Mereka mendorong pusat-pusat motivasi otak ke dalam tindakan dan menciptakan perisai dari rasa stres. Jadi, dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa kamu dapat menggunakan kata-kata positif untuk membantumu tetap termotivasi bahkan berhasil setiap kali kamu menghadapi tantangan dalam hidup.

***

PENGARUH KATA-KATA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA


Menurut sains hampir seluruh hidup kita dibentuk lewat kata-kata yang kita pakai. Setiap hari kita berkomunikasi dengan orang lain dengan berbagai macam bahasa dan kata-kata. Berbagai macam kata-kata dan bahasa itu mengalir deras begitu saja dari mulut kita.


Menurut penelitian, dalam sehari wanita dapat berbicara sebanyak 20 ribu kata, sedangkan pria hanya 7.000 kata dalam sehari. Wanita berbicara lebih banyak sekitar 13 ribu daripada rata-rata pria karena otak wanita memiliki protein FOXP2 lebih banyak. Artinya wanita memiliki protein komunikasi lebih banyak daripada pria.


Jadi dapat dikatakan bahwa kata-kata sudah jadi bagian hidup kita. Bahkan kita bisa mengetahui kejiwaan seseorang hanya dengan memperhatikan pilihan kata-katanya. Namun ternyata bukan cuma itu. Kekuatan Kata-Kata ternyata menentukan 90% Hidup Kita.


1. Kata-Kata Mempengaruhi Molekul Tubuh


Manusia bertukar pesan melalui kata-kata yang disampaikan kepada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar kita. Bukan hanya manusia yang mengerti kata-kata yang kita ucapkan, tapi juga lingkungan sekitar menerima vibrasi (getaran) dari kata-kata itu. Misalnya air yang sangat peka dengan pesan-pesan yang kita sampaikan.


Kita mungkin sudah pernah dengar tentang penelitian yang dilakukan oleh Dr. Masaru Emoto tentang air (buku-bukunya sangat populer pada tahun 2000-an). Dr. Masaru Emoto adalah seorang ilmuwan dan peneliti dari Hado Institute Jepang. Yang meneliti tentang bagaimana reaksi air terhadap kata-kata yang dibacakan padanya.


Dr. Masaru Emoto menemukan bahwa kristal air akan berubah-ubah bentuknya mengikuti pesan-pesan yang diberikan. Kata-kata positif (misalnya “cinta”) akan menghasilkan kristal air yang cantik; sedangkan kata-kata negatif (seperti “benci”) akan menampilkan kristal air yang sangat buruk (rusak). Emoto menyimpulkan bahwa air itu “hidup” dan merespon pesan layaknya makhluk hidup.


Jika alam sekitar kita (misalnya air, tumbuh-tumbuhan, atau hewan) dapat merespon pesan-pesan yang sampaikan oleh manusia, maka tentu saja dampak setiap kata-kata yang diucapkan itu jauh lebih kuat lagi dirasakan oleh diri kita sendiri dan orang lain.


Dalam bukunya The True Power of Water, ia menunjukkan bahwa air yang selalu dibacakan kalimat-kalimat positif membentuk Kristal persegi enam yang sangat indah. Sementara jika kata-kata yang diucapkan adalah negatif, air tersebut kristalnya menjadi rusak dan tak beraturan. Sementara menurut Dr. Emoto sendiri, Kristal air terbaik adalah air zam-zam dari Mekah, di mana bentuknya sempurna menyerupai berlian.


Sekarang bagaimana dengan Manusia? Tubuh manusia memiliki kandungan air sekitar 50-70%. Tubuh fisik kita yang berupa partikel-partikel air tersebut dapat menangkap pesan yang kita sampaikan di tingkat sel. Begitu pula jiwa dan hati lebih kuat lagi menyerap pesan-pesan yang sampai kepada kita di tingkat spiritual.


Selain air, Dr. Masaru Emoto juga menggunakan media Nasi sebagai objek penelitian. Dalam penelitian tersebut, nasi yang sama dibagi ke dalam 3 wadah yang berbeda. Kemudian pada nasi pertama, diberi tulisan positif. Seperti, “Kamu baik, I love You, terima kasih,” dan lain sebagainya. Nasi kedua diberi tulisan yang negatif. Semisal, “Kamu busuk, jahat, aku benci kamu.” Sementara nasi ketiga dibiarkan saja tanpa tulisan apa-apa.


Setiap hari, nasi-nasi itu dibacakan kata-kata yang tertulis di masing-masing wadahnya. Apa yang terjadi kemudian sangat mengejutkan… Pada hari ke 27, nasi pertama yang diberi tulisan kata-kata positif menjadi tidak basi. Ia hanya berjamur, tapi jamurnya bukan yang bau, melainkan jamur ragi yang wangi. Nasi kedua, secara mengejutkan menjadi basi, menghitam dan busuk lebih cepat. Sementara nasi ketiga, nampak berkerak kehitaman alami. Dr. Emoto mengambil kesimpulan bahwa, memang kata-kata memiliki dampak kekuatan yang mempengaruhi kondisi seseorang dan sesuatu.

2. Kata-Kata Membentuk Kepribadian


Dalam ilmu Antropologi, ada satu cabang ilmu yang disebut “labelling theory” atau “teori menandai.” Teori ini mengatakan bahwa identitas dan kepribadian seseorang ternyata ditentukan oleh kata apa yang dominan dilabelkan kepadanya. Sebagai contoh, jika seseorang sering dipanggil “si jahat” atau “si pemalu” pada akhirnya benar-benar akan menjadi seperti itu. Begitupun halnya jika seseorang sering diberitahukan hal-hal positif, pada akhirnya ia akan menjadi benar-benar positif dalam hidupnya.


Namun kebanyakan dari kita tidak paham akan hal tersebut. Kita seenaknya saja mengatakan kata-kata negatif kepada anak-anak kita. Contoh kita menghardik anak-anak: “Kamu kok penakut?” Harapan kita dengan mengatakan begitu, anak-anak akan sadar, dan akhirnya menjadi lebih berani. Jangan harap! Justru ia akan semakin percaya bahwa dirinya adalah penakut. Sehingga ia menjadi benar-benar penakut. Apalagi jika yang mengatakannya adalah orang yang dianggap role model. Seperti orang tua atau guru.


Hal penting yang perlu dipikirkan orang tua atau guru dalam menyampikan kata-kata atau pesan pada anak adalah bagaimana pemikiran dan harapan orang tua yang positif diterima sebagai pesan yang sama di diri anak. Dari kaca mata anak, ada yang dapat dengan mudah menerima bahwa tujuan orang tuanya baik, tapi tidak sedikit anak yang sulit menangkap visi orang tua untuk dirinya. Pada akhirnya, anak menganggap orang tua tidak memahami dirinya atau merasa terbeban dengan kemauan orang tuanya.


Mari kita ingat saat anak kita masih kecil dulu, apa yang kita lakukan saat anak kita takut naik sepeda? Takut berkenalan dengan orang baru? Rata-rata jawaban orang tua berkisar pada akan mendampingi dan menuntun anaknya secara perlahan, paling mudah dengan menyemangatinya agar berani memulai langkah. Langkah tersebut bisa saja sebatas duduk di pedal kemudian orang tua yang mengayuh atau sebatas menjawab pertanyaan orang baru yang meminta kenalan.


Bagaimana situasi serupa terjadi tapi usia anak kita sudah kita anggap besar/dewasa? Apa yang dapat orang tua lakukan ketika anak yang sudah menjadi mahasiswa merasa keberatan dengan tuntutan akademisnya atau begitu takut mengambil keputusan terkait masa depannya? Lalu apa yang orang tua dapat lakukan?


Hal sangat esensial yang orang tua dapat lakukan adalah melalui encouraging. Encouraging not pushing. Encouragement berbicara mengenai proses dan usaha yang memfasilitasi perkembangan mindset. Melalui proses dan usaha ini, ujungnya adalah bagaimana orang tua dapat menstimulasi agar anak paham mengenai kesempatan yang ia miliki serta kekuatan atau potensi apa yang dapat dikembangkannya. Dengan kata lain, encouraging menumbuhkan kesadaran internal pada anak untuk dapat mengenali atau menilai keadaan dirinya sendiri. Hal ini penting mengingat perbedaan mendasar antara dewasa dan belum dewasa adalah jawab personal terhadap permasalahan yang mereka hadapi (ownership).


Lalu bagaimana cara agar kita sebagai orang tua dapat meng-encourage anak? Terdapat dua hal yang perlu dilakukan (O’Roarty, 2016), pertama adalah orang tua hadir seutuhnya (being present), bahkan hingga intonasi atau ekspresi wajah. Kehadiran orang tua penting untuk menimbulkan rasa aman pada anak. Bahwa diri mereka berharga dan bahwa orang tua akan selalu berada di posisi yang mendukung dan menerima diri mereka apa adanya.


Kedua, encouraging melalui bahasa atau kata-kata. Gunakan pilihan kata yang menunjukkan dukungan positif pada anak, seperti: “Terima kasih kamu sudah mencoba, salut dengan keberanian kamu.”, “Butuh usaha keras dan komitmen untuk menyelesaikan semua target studi kamu, tapi saya lihat kemauan kamu dan pada akhirnya kamu menjadi berhasil.


” Kata-kata tersebut dapat kita lontarkan ketika kita melihat apa yang mereka sedang lakukan atau ketika kita melihat anak berhasil melampaui “keterbatasan”nya sehingga anak dapat semakin menyadari kualitas positif di dalam dirinya (O’Roarty, 2016). Tujuan atau visi kita sebagai orang tua akan tersampaikan dan perlahan mulai terealisasi.


Sejatinya anak-anak itu adalah manusia-manusia paling pemberani. Mereka tidak takut apa-apa, sebab tidak ada konsep takut dalam otaknya. Hanya saja kitalah orang tua yang kerap kali menjejalkan konsep takut itu kepadanya. Misalnya kita katakan, “Kalau kamu tidak tidur siang, nanti digigit hantu loh!” akhirnya, si anak menjadi ketakutan beneran. Sayangnya, hal semacam ini dibawa sampai dewasa. Ketakutan-ketakutan itu mengendap dan mengakar di dalam diri kita selamanya.


Sebuah petuah bijak mengatakan, “Orang tua pernah menjadi anak, tapi anak belum pernah menjadi orang tua. Jadi siapa yang harusnya memahami siapa?”. Kita sebagai orang tua perlu mengingat bahwa yang anak kita butuhkan adalah teman bukan lawan bicara. Kekuatan kata-kata kita dapat menjadi pengingat bagi anak ke depannya. Jadi begitulah pentingnya kata-kata membentuk kepribadian kita. Jadi penting untuk memilih kata-kata yang benar-benar positif yang bisa memberdayakan kehidupan.


3. Kata-Kata Membentuk Garis Hidup


Petuah bijak mengatakan bahwa “Ucapan adalah doa.” Petuah bijak ini sangat sejalan dengan hukum Law of Attraction (LoA) yang belakangan menjadi begitu digandrungi. Menurut hukum ini, apapun yang kita pikirkan, itulah yang akan kita kirim ke semesta, dan untuk selanjutnya, oleh semesta akan dikirim balik ke kehidupan kita dalam wujud nyata. Singkatnya, “Though become thing!” Pikiran menjadi kenyataan.


Kita semua tentu pernah mengalami. Suatu ketika, kita mengucapkan kata-kata tertentu dan tidak lama kemudian apa yang diucapkan itu betul-betul terjadi. Baik itu kata-kata positif maupun negatif. Misalnya ketika teringat seseorang dan kita mengatakan “Saya rindu sama si A ….” dan tiba-tiba si A benar-benar menelpon kita atau hadir di mimpi kita dalam tidur. Contoh lainnya, ketika seseorang mencari pekerjaan dan di dalam pikiran selalu mengatakan: “Betapa susahnya mendapatkan uang…” dan seolah-olah ucapan itu terbukti dengan sulitnya mendapat pekerjaan dan penghasilan yang diinginkan.


Kata-kata yang kita ucapkan itu suatu saat akan mewujud dalam hidup kita. Semakin sering kata-kata itu diulang maka energinya makin kuat. Kualitas hidup dan karakter kita tercermin dari kata-kata yang selalu kita ucapkan. Kata-kata yang baik bersumber dari akhlak yang tinggi; dan kata-kata yang buruk lahir dari budi pekerti yang rendah.


Jadi dari sini bisa kita simpulkan, Kondisi kita hari ini adalah hasil dari apa yang kita pikirkan kemarin. Dan apa yang akan terjadi besok, ditentukan oleh apa yang kita pikirkan hari ini. Kita benar-benar mendapatkan apa yang kita pikirkan.


Di dalam hadist qudsi sendiri, Tuhan pernah berfirman, “Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku.” “Melalui pikiranlah, kita membentuk dunia kita.” Begitu nasehat Sang Buddha. Itulah kekuatan kata-kata. Kata adalah doa. Jadi pada hakikatnya Kata-kata yang kita gunakan memiliki kekuatan untuk membentuk hidup kita.


4. Kata-kata Membentuk kesuksesan Karir


Salah satu faktor penting yang menentukan kesuksesan seseorang adalah hubungannya dengan orang lain. Baik dengan keluarga, guru, mentor, atasan maupun dengan konsumen. Dan untuk membangun hubungan yang baik, ternyata dibutuhkan kata-kata yang tepat dalam berkomunikasi.


Andrew Newberg, M.D. dan Mark Robert Waldman, dalam bukunya, “Words Can Change Your Brain“, bilang kalo satu kata punya kekuatan mempengaruhi gen yang mengatur tekanan fisik dan emosional seseorang. Artinya, apa yang kita katakan pada seseorang akan sangat menentukan bagaimana mereka akan memperlakukan kita.


Para pelaku bisnis dan marketing paham betul tentang ini. Itulah kenapa ilmu copywriting itu penting banget dalam penjualan. Joe Vitale, penulis buku Hypnotic Writing menyebutkan, memang ada kata-kata tertentu yang mampu mendorong orang untuk membeli suatu produk.

***

CARA MENGUBAH HIDUP MELALUI KATA-KATA


Kata-kata tidak bisa mengubah realitas, tapi kata-kata dapat mengubah cara orang memandang sebuah realitas. Untuk mengubah hidup menjadi lebih baik, ubahlah cara kita memilih dan menggunakan kata-kata. Biasakanlah berkata-kata yang baik, penuh hikmah, bernada positif; pilihlan pesan-pesan yang benar, jujur, memberi harapan, punya kekuatan, optimisme, visi, ilmu, petunjuk, atau nasihat-nasihat yang menyadarkan kita.


Berikut kiat mengubah hidup kita melalui kata-kata


Pertama: Mulai dari diri sendiri. Belajar lah memperbaiki pesan-pesan internal yang ada di dalam diri kita sendiri (dalam ilmu komunikasi disebut intrapersonal communication). Sebelum orang lain menasihati kita, maka yang utama adalah menasihati diri sendiri lebih dulu, nasihat yang berasal dari dalam qalbu, hati dan pikiran kita.


Jiwa kita selalu memproduksi pesan-pesan internal. Menurut hasil penelitian, jumlah pikiran setiap hari sekitar 50.000 pikiran (Carlson, 2005). Pikiran-pikiran itu ada yang produktif, positif, pasif, atau negatif. Pikiran kita diproduksi dan beroperasi di lapisan bawah sadar (alpha, theta, delta) atau tingkat sadar kita (beta).


Betapa sibuknya pikiran kita setiap hari. Namun pikiran yang sangat banyak itu dapat dikendalikan oleh mindset kita. Jika kita memiliki mindset positif maka pikiran-pikiran positif akan dominan dan mengalahkan pikiran-pikiran negatif.


Pesan-pesan dari bawah sadar tersebut selalu hadir setiap saat, utamanya ketika kita akan mengambil pertimbangan, sikap, atau melakukan tindakan. Apakah kita menjadi orang berani, bertanggung jawab, jujur, cerdas, damai; atau sebaliknya curang, resah, takut, masa bodoh, dan lain-lain, itu sangat ditentukan oleh dialog internal yang mengendalikan kita. Belajar memahami dialog internal (solilokui) itu untuk mengendalikan hidup kita ke arah yang diinginkan.


Kedua: Belajar menyampaikan kata-kata positif kepada orang lain. Berapa banyak kata-kata positif yang kita ucapkan untuk orang lain? Mengendalikan ucapan-ucapan kita itu penting karena kodrat kita memang dilahirkan sebagai makhluk yang suka berbicara.


Selain itu, Manusia diberikan akal untuk mengontrol ucapan-ucapannya. Ketika berinteraksi dengan orang lain, akan lebih lebih elok dan akrab jika menyapa dengan kata-kata yang lembut, positif, dan optimis. Kita tidak selamanya dapat mendukung orang lain dengan pemberian materi, tapi kita dapat mendukung siapa pun dengan kata-kata yang lebih baik. Kita dapat menyampaikan kata-kata positif kepada orang yang mendukung ataupun menentang kita.


Kata-kata yang benar, jujur, optimis, positif, memberi solusi, membawa damai, kritik yang lembut, nasihat yang membangun, dan sebagainya. Kita dapat berbicara dengan baik jika punya kebijaksanaan. Jika kata-kata itu akan menyakiti orang lain, lebih baik diam. Kata-kata yang disampaikan melibatkan pikiran dan perasaan mencerminkan karakter kita.


Orang tua kita dulu selalu menasihati agar menjaga lidah. Menjaga kata-kata agar tidak menyakiti diri dan orang lain. Kata-kata yang buruk, yang keluar dari jiwa yang gelap, ibaratnya mengandung racun yang mematikan. Seperti kata orang bijak, kalau pedang melukai tubuh, obatnya masih bisa didapatkan. Tapi kalau lidah melukai hati, kemana obat hendak dicari.

***

PENUTUP


Sebuah kata masing-masing memiliki kesan yang menciptakan gambaran dari pikiran kita. Dan dari sanalah kehidupan kita dibentuk. Hal yang kerap kali kita pandang remeh dan sepele, ternyata adalah yang paling berdampak membentuk garis kehidupan kita sendiri. Sekarang pilihannya ada pada diri masing-masing. Mau terjebak dalam perangkap kata-kata negatif? Atau memilih kalimat-kalimat positif yang memberdayakan.

***

Referensi


https://kumparan.com/lifeatkumparan/kekuatan-kata-kata-positif/ diakses pada 21 Juni 2023.

https://edwardrhidwan.id/kekuatan-kata-kata/ diakses pada 21 Juni 2023

McConville, Mark. 2018. How to Help a Teenager be College-Ready. Diakses dari https://www.nytimes.com/2018/07/26/well/how-to-help-a-teenager-be-college-ready.html pada 21 Juni 2023.

O’Roarty, Casey. 2016. How to be An Encouraging Parent. Diakses dari https://www.positiveparentingconnection.net/how-to-be-an-encouraging-parent/ diakses pada 21 Juni 2023.

84 views0 comments

Commenti


bottom of page