top of page
Writer's pictureYusrin Ahmad Tosepu

MENULIS, Jalan Menuju Keabadian Hidup



“Kita tidak abadi dalam kehidupan. Namun Kita bisa kekal dalam goresan pena, dalam goresan kata-kata yang bermanfaat dalam kehidupan.” - Yusrin Ahmad Tosepu


Kutipan pernyataan tersebut diatas memiliki makna dan penting untuk kita ketahui bahwa Manusia, tentu kita tidak akan hidup selamanya, Manusia memang akan meninggal dunia, sedangkan Keabadian hanya milik Dia Yang Maha Kuasa. Namun dengan menulis kita dapat menempuh satu jalan yang akan menghantarkan kita pada keabadian yang nyata.


Menulis bukanlah pekerjaan yang harus diremehkan karena dengan tulisan yang bermanfaat akan kekal, dikenal, dan dikenang abadi oleh pembaca dan banyak orang. Tulisan tak akan pernah hilang atau sirna sampai kapanpun. Meskipun penulisnya meninggal dunia tetapi dia akan dikenang abadi karena tulisan-tulisannya.


Imam Syafi’i sebaga salah satu contoh. Beliau adalah salah satu penulis dari empat Imam Mazhab yang sampai hari ini ilmu dan pengetahuannya tentang agama masih diamalkan. Di Indonesia, dikenal Pramodya Ananta Toer. Beliau terkenal lewat karya-karya sastranya seperti buku Bumi manusia, Jejak Langkah, Sang Pemula dan masih banyak lagi karya-karyanya yang telah diterjemahkan ke dalam 40 bahasa.


Mereka memang sudah meninggal dunia sejak puluhan, ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun, mereka tetap dikenal dan dikenang lewat tulisan dan karya-karyanya. Andaikan saja mereka tidak pernah menulis. Dijamin hari ini kita tidak bakalan mengenal mereka dan pemikiran atau gagasannya saat ini.


Setidaknya, penulis yang telah tiada akan dikenal sebagai penulis dan sosoknya akan dilihat dari tulisan-tulisannya. Penulis itu akan abadi dibandingkan orang yang bukan penulis. Jadi, penulis maupun menulis adalah pekerjaan yang baik, mulia dan akan dikenang.


Dengan menulis, kita akan abadi dalam kenangan hingga akhir kehidupan. Menulis juga mempu menghantarkan kita menjadi hamba yang senantiasa bersyukur, hal ini telah Allah SWT. terangkan dalam firman-Nya QS.Al-Qalam [68] : 1, “Nun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan,”.


Ayat ini sebagai isyarat akan besarnya nikmat atas pena dan apa yang diltuliskannya. Karena keduanya adalah salah satu dari berbagai nikmat yang diberikan kepada manusia setelah nikmat berbicara dan menjelaskan. Selain itu, dengan pena dan tulisan ini menjadi jalan dalam pendidikan dan penyebaran ilmu pengetahuan antar individu, kelompok, bangsa dan agama. Serta menjadi bukti nyata atas kemajuan dan peradaban manusia.


Umar bin Khattab r.a. pernah berkata: “Ikatlah Ilmu, dengan Menulis” (HR.Ad-Adaramiy). Perkataan Umar r.a. ini menunjukkan pentingnya menulis apa yang kita ketahui, agar ilmu tersebut tidak terlupakan, dan generasi yang datang dapat mempelajari dan bahkan memperbaruinya untuk kemaslahatan.


Imam Malik juga pernah menerangkan dalam kitabnya (I’anatut-thalibin ‘ala halil- alfadz fathul mu’in), bahwa “Ilmu adalah gembala, dan menulis adalah ikatannya”. Hal tersebut mengandung arti, bahwa ilmu itu bisa sewaktu-waktu lepas dari ingatan manusia sebagaimana hewan gembala, sehingga haruslah ada tali yang mengikatnya agar ia tidak lepas dari genggaman kita.


Di kehidupan ini, setiap orang punya jalan cerita. Masing-masing orang punya pengalaman hidup dan masing-masing punya keahlian. Setiap cerita, pengalaman, dan keahlian bisa ditularkan atau disampaikan ke orang lain lewat tulisan. Tulisan dapat meneruskan cerita, pengalaman, dan keahlian kita melebihi usia kita sendiri.


Sangat disayangkan apabila kita punya keterampilan, dan pengalaman, tetapi hanya bermanfaat untuk pribadi sendiri dan orang-orang terdekat saja. Manfaat Ilmu, Keterampilan dan pengalaman yang kita miliki sejatinya akan lebih bermanfaat luas jika diamalkan dan disampaikan kepada orang lain tidak hanya dengan lisan, akan tetapi juga dengan tulisan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah bersabda :


“Apabila seorang anak adam meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya, kecuali tiga perkara, yaitu : sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang selalu mendoakan (H. R Muslim).”


Ketika apa yang kita kuasai, pengalaman kita, serta gagasan kita dituangkan dalam tulisan. Tentu akan membawa dampak yang lebih luas, bisa berpengaruh dan bermanfaat bagi masyarakat, bahkan sampai ke generasi selanjutnya.


49 views0 comments

コメント


bottom of page