top of page
Writer's pictureYusrin Ahmad Tosepu

Pandangan Socrates tentang Demokrasi dan Pemilu


Sokrates adalah salah seorang filsuf dari Yunani. Ia merupakan salah satu pemikir antroposentrisme yang sangat menentang demokrasi dan pemilu. Dia menggambarkan betapa mudah pemilihan umum bisa menyesatkan masyarakat.


Dia pakai contoh dua calon yang terdiri dari dokter dan penjual gula-gula (permen).

Sang penjual gula-gula bisa dengan mudah menyesatkan masyarakat untuk memilih dirinya ketimbang sang dokter, dengan melakukan kampanye hitam terhadap sang dokter.

 

Sang penjual gula-gula bisa menyatakan sang dokter adalah seorang yang memberi pil-pil pahit yang tidak enak rasanya (tentu sambil menutupi kenyataan bahwa pil-pil pahit itu bisa menyembuhkan penyakit).

 

Dia menyarankan masyarakat makan gula-gula yang enak rasanya sambil menyembunyikan kenyataan bahwa gula-gula rawan membahayakan kesehatan dengan menimbulkan kerusakan gigi dan organ tubuh lainnya.

 

Menurut Socrates, rakyat tidak memiliki kebijaksanaan dan pengetahuan yang cukup untuk menemukan kebenaran. Rakyat lebih menyukai permen manis yang berbahaya daripada obat pahit yang menyehatkan. Kondisi itulah yang para demagog manfaatkan dengan memberi gula-gula berupa janji manis yang menyesatkan.

 

Demagog adalah istilah politik yang berasal dari bahasa Yunani kuno. Istilah ini berasal dari kata "demos" yang berarti rakyat dan "agogos" yang berarti pimpinan. Istilah demagog berkonotasi negatif dan menunjukkan bahwa politisi dengan karakteristik tersebut hanya tertarik akan kesejahteraan diri mereka. 

 

Dalam KBBI, demagog berarti penggerak (pemimpin) rakyat yg pandai menghasut & membangkitkan semangat rakyat untuk memperoleh kekuasaan.

 

Demagog mengacu pada gaya kepemimpinan politik di mana pemimpin menarik emosi, dan rasa publik daripada mengandalkan argumentasi rasional.

 

Demagog adalah ppemimpin politik yang mencoba mendapatkan dukungan dengan membuat klaim palsu dan menggunakan emosi dibandingkan fakta. 

 

Pandangan utama Socrates dan hubungannya dengan pesta demokrasi Indonesia 2024, al;

 

  1. Para demagog dapat mengeksploitasi emosi dan memanipulasi opini. Hal ini menghasilkan keputusan yang didasarkan pada sentimen populer bukan berdasarkan pertimbangan akal sehat

  2. Para demagog cenderung hanya menarik emosi publik daripada terlibat dalam wacana rasional. Socrates mengingatkan bahwa demokrasi harus didasarkan pada pertimbangan fakta

  3. Pada pemimpin pembuat janji berlebihan tanpa memberikan rencana solusi substantif, biasanya menggunakan karisma dan retorika untuk menciptakan ilusi kompetensi

  4. Pemimpin yang tidak memikirkan kepentingan masyarakat, ia mengingatkan mengenai "tirani mayoritas" dan perlindungan terhadap potensi penyalahgunaan kekuasaan.

  5. Para demagog sering tidak memiliki keahlian sebenarnya tentang isu-isu yang ingin diatasi. Ia mengingatkan keputusan yang dibuat oleh individu yang tidak memiliki keahlian dapat mengakibatkan tata kelola dan konsekuensi buruk.

 

Pandangan Socrates mencerminkan skeptisisme tentang demokrasi. Tentunya kita semua menghargai prinsip-prinsip demokrasi tetapi juga meyakini prinsip-prinsip ini perlu dilindungi dari bahaya manipulasi & seruan populis. Karenanya menekankan pentingnya warga negara yang terpelajar, berwawasan dan berakal sehat.


Akhirnya kritik Socrates pada demokrasi dan pemilu menyeret kita untuk mempertanyakan peran besar rakyat dalam demokrasi dan pemilu untuk kemajuan negara. 


Semoga bermanfaat.

 

75 views0 comments

コメント


bottom of page