Sejalan dengan perkembang ilmu pengetahuan dan teknologi, dibarenggi pula dengan perkembangan penelitian di berbagai bidang keilmuan. Penelitian yang dilakukan para dosen, akademisi, ilmuwan, telah membawa banyak manfaat diberbagai bidang kehidupan.
Namun, jika menyimak kegiatan penelitian dosen, harus kita akui kalau kenyataan sekarang ini perguruan tinggi, akademisi/dosen tidak ciptakan budaya meneliti, cenderung yang ada adalah melakukan kegiatan penelitian bernuansa formalitas.
Penelitian dosen itu semata-mata mengejar angka KUM. Semua dosen menyadarai bahwa penelitian dosen itu untuk meniti karir. Dan, Karir itu tidak lain adalah kenaikan pangkat, dan lain sebagainya. Hal tersebut dibenarkan dengan kata lain tidak ada salahnya jika kinerja penelitian itu demi kenaikan pangkat dosen.
Penelitian itu masuk dalam salah satu kriteria KUM dosen. Jika tidak pernah meneliti, maka dosen juga merasa sulit untuk naik pangkat. Jadi, kita sadar kalau penelitian itu semata-mata demi kepangkatan alias karir dosen. Kepangkatan Karir dosen sangat berkaitan dengan pendapatannya.
Demi mengejar kepangkatan itulah, perilaku untuk meneliti itu cenderung demi kenaikan pangkat. Namun, arahnya cenderung bukan menilai sejauh mana ukuran output hasil penelitian itu berguna bagi masyarakat.
Ada kecenderungan kriteria itu nihil. Kita bisa menghitung berapa ribu skripsi, tesis, dan diserstasi di perpustakaan semua universitas di seluruh negeri ini? Bayangkan saja, andaikan semua itu memberikan manfaat nyata kepada kehidupan masyarakat. Pasti, negeri ini gudangnya ilmu pengetahuan dan hasilnya yang luar biasa.
Namun sekali lagi, semua jilidan kertas yang rapi dan ditandatangani oleh para intelektual itu lebih banyak menjadi barang museum dan arsip di perpustakaan yang bisa saja tidak pernah mengubah kehidupan negeri kita. Hitung saja, berapa ribu atau meungkin juta skripsi, tesis, dan disertasi plus jilidan-jilidan rapi hasil penelitian dosen di seluruh perguruan tinggi di indonesia.
Sekarang lebih hebat lagi bermunculan jurnal ilmiah ribuah penerbitan. Lebih dari 7000 jurnal ilmiah di Indonesia sebagai konsekuensi peraturan yang diterbitkan Menristekdikti sebelumnya yang terkait dengan kewajiban dosen menulis. Jika 7000-an jurnal lebih itu benar-benar bisa memberikan sumbangsih kehidupan bangsa di negeri ini, tentunya kita pasti menjadi negeri yang kaya ilmu dan hasilnya dinikmati masyarakat.
Beragam hasil penelitian dan Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang dilakukan akedemisi, dosen mahasiswa hanya berupa laporan hasil kegiatan yang tersimpan di kampus dan belum teraplikasi secara nyata. Padahal, setiap tahunnya, ratusan bahkan ribuan penelitian dan telah dilakukan oleh berbagai perguruan tinggi yang semestinya hasil penelitian tersebut punya peran strategis dalam upaya pembangunan dan bermanfaat secara luas.
Kewajiban meneliti, menulis dan menerbitkan karya ilmiah, juga mengarah pada kenaikan pangkat adalah salah satu fenomena yang memerlukan kajian khusus sehingga kebijakan tersebut bisa bermanfaat bagi umat. Ini memerlukan strategi kebijakan yang benar-benar bermanfaat.
Dengan segala potensi riset dan inovasi dosen saat ini, pengembangan baik dalam bentuk produk penelitian maupun karya tulis ilmiah masih perlu digalakkan. Selain itu, proses manajemen riset pun harus mengedepankan Hak Kekayaan Intelektual dan berbasis kebaruan. Riset merupakan proses menciptakan kebaruan secara ilmiah yang menjadi jembatan pelaku riset dan tuntutan eksternal melalui alternatif solusi yang dapat dibuktikan secara ilmiah.
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan ilmu pengetahuan juga berkembang pesat, meunculkan berbagai tantangan baru yang lebih rumit datang mengunjungi. Penelitian ilmu pengetahuan menjadi terkotak-kotak ke dalam berbagai cabang yang tidak saling berhubungan satu sama lain, menawarkan sudut pandangnya masing masing.
Saat ini, kekuatan industri sudah beralih ke kreatif industri. karakter pengembangan produk saat ini adalah individualis, faktor teknologi pengungkit semakin dominan, non-manufaktur, jangka waktu hidup pendek dengan margin besar dan padat kreativitas.
Di level riset dan inovasi sudah harus fokus pada product development yang basisnya adalah teknologi fungsi. Peneliti adalah pencipta teknologi pengungkit. Riset dosen kekinian harus dapat bersaing dan mengatasi iklim kompetisi yang ada, olehnya itu diperlukan kolaborasi riset.
Guna menghadapi perkembangan teknologi sains dan berbagai tantangan baru dalam pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, maka diperlukan penelitian multikeilmuan, atau multidisipliner sebagai solusi dalam memecahkan masalah penelitian secara utuh. Bentuk penelitian inilah yang harus semakin dikembangkan di era informasi dan pengetahuan.
1. Penelitian lintas keilmuan, atau interdisipliner.
Bentuk ini menghubungkan berbagai bidang keilmuan sebagai satu kesatuan, guna memahami sesuatu. Ini adalah pendekatan yang menyeluruh untuk menjawab berbagai tantangan yang muncul di dunia sekarang ini.
2. Penelitian transkeilmuan, atau transdisipliner.
Bentuk ini bergerak lebih jauh dari penelitian lintas ilmu. Fokusnya adalah melahirkan pengetahuan yang secara langsung bisa diterapkan untuk menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Penelitian ini tidak hanya terjadi di dalam dunia akademik.Tapi, juga di dunia bisnis, politik, budaya dan masyarakat sipil juga berperan besar di dalam penelitian ini.
Penelitian transkeilmuan bersifat menyeluruh. Visinya adalah kesatuan ilmu pengetahuan. Tujuannya adalah memahami dengan lebih jernih dan kritis keadaan dunia sekarang ini. Dengan pemahaman ini, jalan keluar atas berbagai tantangan dunia pun bisa ditemukan.
Penelitian transkeilmuan melahirkan pola pikir kritis penelitian sebagai alat utama untuk pengembangan
pengetahuan. Kesatuan ilmu pengetahuan, dengan sikap kritis, akan mendorong pengetahuan melampaui batas-batasnya sendiri, dan menyentuh seluruh aspek kehidupan secara utuh.
Saat ini produktifitas riset dosen berbasis transkeilmuan masih rendah. padahal penelitian transkeilmuan merupakan salah satau upaya meningkatkan produktifitas riset dan inovasi yang tentunya sangat memerlukan ketersedian sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Singkat kata, modal utama riset dan inovasi kekinian adalah SDM. Dilain sisi, peningkatan produktifitas riset dosen harus didukung anggaran dan infrastruktur. Selain itu, perlunya kolaborasi pihak industri dan perguruan tinggi dalam mendukung kegiatan riset dosen.
Comments