top of page
Writer's pictureYusrin Ahmad Tosepu

Pengingat Diri : Shalat sebagai Tiang Agama


Kita semua mengetahui bahwa Shalat adalah tiang agama. Shalat menurut bahasa artinya berdoa, dan menurut istilah adalah suatu bentuk ibadah kepada Allah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam.


Shalat sebagai Ibadah yang Pertama Dihisab. Shalat juga salah satu rukun Islam yang lima, yang kedudukanya tidak ditandingi oleh bentuk ibadah apapun. Dikatakan tiang Agama karena Islam tidak dapat ditegakkan kecuali dengan Shalat.


Simak video berikut : Sebuah Analogi : Shalat sebagai tiang agama



Rasulullah Saw bersabda:, “Pangkal atau pokok semua urusan adalah Islam, dan yang menjadi tiang atau penopang tegaknya Islam ialah Shalat fardhu lima waktu, sedangkan puncaknya adalaha berjuang di jalan Allah,” (Hr.Bukhari dan Muslim).


Rasulullah Saw bersabda:

اَلصَّلاَةُ عِمَادُ الدِّيْنُ وَمَنْ اَقَامَهَا فَقَدْ اَقَامَ الدِّيْنَ وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ تَرَكَ الدِّيْنَ

“Shalat adalah tiang agama. Barang siapa menegakkan shalat, maka berarti telah menegakkan agama. Dan barang siapa meninggalkan shalat, maka ia telah merobohkan agamanya”.


Shalat diibaratkan tiang dalam sebuah bangunan yang besar. Tidak akan terbentuk sebuah bangunan yang kokoh kalau tiang-tiangnya keropos, apalagi sama sekali tidak ada tiangnya. Apa artinya mengaku sebagai umat beragama Islam kalau tidak mau menegakkan agamanya sendiri dengan bershalat?


Perlu dipahami, bila shalat dibicarakan, yang dimaksud adakah shalat fardlu lima waktu dan dilaksanakan dengan berjamaah di masjid.


Al Hadist:

عن اَبِى الدَّرْدَاءِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَمْ يَقُولُ مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِيْ قَرْيَةٍ وَلَا بَدْوٍ لَا تُقَامُ فِيْهِمُ الصَّلَاةُ اِلَّا قَدِا سْتَحْوَ عَلَيْهِمُ

الشَّيْطَانُ فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَاءِنَّمَا يَاأْكُلُ الذِّءْبُ الْقَاصِيَةَ


“Dari Abidzar Ra berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda, “Tiap-tiap ada tiga orang di suatu kampung yang tidak mau adzan dan tidak mau mengadakan shalat (jamaah), tentulah ketiganya dikuasai oleh syetan. Oleh karenanya hendaklah kamu berjamaah sebab serigala hanya memakan kambing yang terpencil (sendirian)”. (Hadis ini Riwayat Ahmad ibn Hanbal, Nasa’iy dan Abu Dawud dari Abu Darda).


Selain Tiang Agama, Shalat juga Merupakan Tolak Ukur Semua Amal


عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم


إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ”

“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan, ’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu”.


(HR. Abu Daud no. 864, Ahmad 2: 425, Hakim 1: 262, Baihaqi, 2: 386. Al-Hakim mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih dan tidak dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim, penilaian sahih ini disepakati oleh Adz Dzahabi)


Di zaman ini manusia terlalu sibuk mengejar kehidupan dunia terkadang sudah terlupakan akan persiapan untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal abadi, kita harus menyadari bahwa harta kekayaan yang berlimpah, mobil mewah, kebun sawit yang luas, rumah mewah, istri yang cantik, jabatan dan kedudukan yang kita miliki didunia tidak akan menemani kita dikubur nanti kalau bukan amal ibadah yang kita perbuat, dunia yang fana ini pasti akan kita tinggalkan.


Renungkalah di saat kita sudah meninggal nantik, ibadah Shalatlah yang pertama-tama dihisab dari diri seorang hamba pada hari kiamat kelat, jika Shalat ditunaikan dengan baik, akan baiklah seluruh amalannya dan jika Shalat tidak ditegakkan secara baik, akan jelek pula seluruh amalanya.


Padahal kita ketahui mencintai dunia adalah pangkal malapetaka, dunia ini hanya wasilah, bukan ghayah, dalam kalimat tersebut di tunjukkan bahwa dunia ini hanyalah sekedar mampir minum, sebelum melanjutkan perjalanan menuju tempat tujuan yang sesungguhnya yaitu akhirat.


Allah juga berfirman dalam Surat AI-Ankabut 29:45, “Sesungguhnya Shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar, dan sebenarnya mengingat Allah itu adalah lebih utama.”


Hukum meninggalkan Shalat dengan menyangkal dan mengingkari kewajibannya adalah kafir dan keluar dari Islam dengan ijma’ para ulama, adapun orang yang meninggalkannya karena lalai atau alpa sedang Ia masih beriman dan meyakini keharusanya, Ia dikategorikan pelaku maksiat. Rasulullah Saw bersabda, “Janji yang terikat era antara kami dengan mereka ialah Shalat. Maka, barang siapa meninggalkanya, berarti ia telah kafir “(Hr. Ahmad).


Namun demikian, harus diakui, begitu banyak orang yang tak mau melakukan Shalat dalam hidunya, bagi yang sudah merasakan seperti ini, sebaiknya berhatihati dan merenunglah kembali betapa pentingnya memperbaikin diri melakukan persiapan amalan untuk akhirat karena kematian bukan perencanaan kita tapi takdir Allah. Maka jadikanlah Shalat itu sebagai kebutuhan batin yang harus dipenuhi juga seperti kebutuhan jasmani.


Demikian artikel Sholat sebagai tiang agama. Semoga bermanfaat.



43 views0 comments

Comments


bottom of page