Ilmu merupakan cahaya kehidupan bagi umat manusia. Dengan ilmu, kehidupan di dunia terasa lebih indah, yang susah akan terasa mudah, yang kasar akan terasa lebih halus. Dalam menjalankan ibadah kepada Allah, harus dengan ilmu pula. Sebab beribadah tanpa didasarkan ilmu yang benar adalah sisa-sia belaka. Oleh karena itu, dengan mengamalkan ilmu di jalan Allah SWT merupakan ladang amal (pahala) dalam kehidupan dan dapat memudahkan seseorang untuk masuk ke dalam surga Allah SWT.
Allah Swt sangat mencintai orang-orang yang berilmu, sehingga orang yang berilmu yang didasarkan atas iman akan diangkat derajatnya, sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Q.S. Al-Mujadalah: 11).
Dalam Islam, kedudukan orang berilmu menjadi teramat penting. Mereka yang mempunyai derajat tertinggi yang menyelaraskan antara ilmu dan ibadah. Kebahagian di dunia dan akhirat akan dapat diraih dengan syarat memiliki ilmu yang dimanfaatkan. Manfaat ilmu pengetahun bagi kehidupan manusia, antara lain:
Pertama, ilmu merupakan cahaya kehidupan dalam kegelapan, yang akan membimbimg manusia kepada jalan yang benar.
Kedua, orang yang berilmu dijanjikan Allah akan ditinggikan derajatnya menjadi orang yang mulia beserta orang-orang yang beriman.
Ketiga, ilmu dapat membantu manusia untuk meningkatkan taraf hidup menuju kesejahteraan, baik rohani maupun jasmani.
Keempat, ilmu merupakan alat untuk membuka rahasia alam, rahasia kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
Hal yang dijelaskan di atas, diperkuat oleh hadits nabi, yakni: “Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, maka ia harus memiliki ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka itupun harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka itupun harus dengan ilmu” (HR. Thabrani).
Menurut Imam Al-Ghazali, Ada Empat Golongan Orang berilmu. Empat golongan tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, Golongan Rojulun Yadri wa Yadri Annahu Yadri. Yaitu golongan orang yang mengetahui (berilmu), dan mengetahui kalau dirinya berilmu. Golongan pada tingkatan ini memiliki kedalaman pengetahuan (ilmu) dan ilmu ini benar-benar menjadikannya dekat dan takut kepada Allah serta mengajarkan kebaikan, dan menentang permusuhan.
Kedua, Golongan Rojulun Yadri wa Laa Yadri Annahu Yadri. Yaitu golongan orang yang mengetahui (berilmu), tapi tidak mengetahui kalau dirinya berilmu. Golongan kedua ini sering dijumpai dalam kehidupan bermasyarakat. Orang ini sebenarnya memiliki potensi atau kemapanan ilmu, akan tetapi tidak menyadari atau mengoptimalkannya untuk keperluan umat.
Ketiga, Golongan Rojulun Laa Yadri wa Yadri Annahu Laa Yadri.Yaitu golongan orang yang tidak mengetahui (tidak berilmu) dan mengetahui bahwa dia tidak tahu. Menurut Imam Ghazali, jenis manusia ini masih tergolong baik. Sebab, mereka menyadari kekurangannya. Golongan ini bisa dikatakan belum memiliki kapasitas ilmu yang memadai, akan tetapi dia tahu dan berusaha keras untuk belajar dan mengejar ketertinggalan.
Keempat, Golongan Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri. Yaitu golongan orang yang tidak mengetahui (tidak berilmu) dan tidak mengetahui bahwa ia tidak tahu. Menurut Imam Ghazali jenis manusia keempat ini paling buruk. Sayangnya, model manusia seperti ini susah diingatkan, ngeyelan, selalu merasa tahu, merasa memiliki ilmu, dan berhak menjawab semua persoalan padahal ia tidak mengetahui apa-apa.
Kewajiban Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik, karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan. Dalam Islam, menuntut ilmu dianggap sangat penting. Alasannya, karena belajar bertujuan agar kita dapat ilmu untuk hidup di dunia dan memperoleh bekal untuk di akhirat. Hal-hal penting tentang ilmu yang harus kita pelajari nantinya akan berpengaruh dan Insya Allah dapat menjadi pegangan kita selama hidup di dunia yaitu dengan ilmu kita dapat mencari nafkah untuk kebutuhan hidup.
Ilmu yang kita peroleh dapat disimbolkan sebagai bunga-bunga ibadah. Maksudnya, kita harus memahami untuk apa kita hidup di dunia ini. Allah menciptakan makhluknya hanya untuk beriman dan bertakwa kepada-Nya. Jadi, semua hal di dunia yang telah dan akan kita lakukan, semua ditujukan hanya pada Allah. Cara-caranya adalah dengan senantiasa melakukan perbuatan baik. Apa itu perbuatan baik? Perbuatan baik yaitu semua pikiran, perkataan dan tingkah laku yang berniat baik, dan dilakukan dengan sikap-sikap terpuji untuk menciptakan kedamaian dan keindahan dalam hidup.
Dengan ilmu yang baik akan mencerminkan akhlah mulia. Maksudnya, bahwa ilmu mengandung tatanan-tatanan yang sistematis dan mampu membentuk karakter seseorang. Seperti apa ilmu yang dimiliki seseorang maka seperti itulah kira-kira cerminan akhlaknya.
Waktu untuk menuntut ilmu ialah sejak manusia di lahirkan dan berakhir pada saat manusia meninggal dunia. Dikenal dengan istilah “Long Life Education” (pendidikan seumur hidup). Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim, waktunya adalah dari buaian ibu (bayi), sampai masuk liang kubur (Hadits Rasullulah SAW).
Dari bunyi hadits di atas, sangat jelas sekali perintahnya, menuntut ilmu hukumnya adalah wajib.Artinya adalah, jika dikerjakan dan dilaksanakan kita akan mendapat pahala dan jika diabaikan atau tidak dilaksanakan kita akan mendapat dosa.
Orang yang menuntut ilmu akan diberikan pahala yang sangat besar, seperti sabda Rasullulah SAW yang terdapat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan lain-lain dari sahabat Abu Hurairah yang artinya: “Barangsiapa berjalan di suatu tempat guna menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.”
Perintah menuntut ilmu tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi: “Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan”(HR. Ibnu Abdulbari).
Dari hadist tersebut, kita memperoleh pengertian bahwa diwajibkan setiap muslim agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemashlahatan dan jalan kemanfaatan, menyelami hakikat alam. Hal yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya perubahan pada diri individu ke arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu.
Keutamaan akan ilmu ini seyogyanya dapat menjadikan setiap Muslim senantiasa bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Syaikh Az Zarnuji mengatakan, bahwa diantara hal yang penting dalam menuntut ilmu yang harus diperhatikan adalah fil jiddi (kesungguhan).
Jika sesuatu dilakukan dengan kesungguhan, maka Allah subhanhu wa ta’ala akan memberikan keberhasilan di dalamnya. Selain kesungguhan, juga perlu diiringi dengan sikap kesungguhan yang terus menerus dan komitmen dalam menuntut ilmu.
Dengan kesungguhan dan komitmen ini, sesuatu yang sulit itu insya Allah akan dimudahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Apapun cita-cita dan keinginan seseorang, jika diiringi dengan kesungguhan, maka insya Allah akan terwujud.
Merujuk pada penjelasan di atas, maka pentinglah bagi setiap diri kita untuk senantiasa bersungguh-sungguh dalam belajar (menuntut ilmu). Kita sebagai umat muslim harus senantiasa meningkatkan ilmu yang kita miliki dan mengembangkannya untuk masa depan.
Semoga artikel ini dapat menjadi refleksi untuk diri kita, terlebih khusus bagi penulis. Marilah memanfaatkan kesempatan hidup untuk menuntut ilmu yang benar, yang bermanfaat dan mengajarkan ilmu kepada orang lain sebagai sedekah. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung kelak jika kita mati.
Comments