PENGANTAR
Perkembangan ilmu dan pengetahun sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari rasa keingintahuan yang besar diiringi dengan usaha-usaha yang sungguh- sungguh melalui penalaran, percobaan, penyempurnaan, dan berani mengambil resiko tinggi sehingga menghasilkan penemuan-penemuan yang bermanfaat bagi suatu generasi dan menjadi acuan pertimbangan bagi generasi selanjutnya untuk mengoreksi, menyempurnakan, mengembangkan, dan menemukan penemuan selanjutnya. Faktor-faktor inilah yang kemudian menjadi spirit dan motivasi bagi pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan, Tehnologi, dan Sains (IPTEKS).
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN ILMU, SAINS DAN PENGETAHUAN
a. Ilmu (Logos)
Eksistensi ilmu tidak lepas dari sejarah perkembangannya yang merupakan sebuah proses panjang tumbuh dan berkembangnya sains dan pengetahuan itu sendiri. Pada setiap fase perkembangan ilmu dan pengetahuan muncul sesuatu yang baru dan memilki karakteristik di setiap masanya.
Karakteristik tersebut adalah hasil dari sebuah pergumulan budaya yang terjadi dalam dinamika sosial. Tentu hal itu tidak bisa lepas dari berbagai pengaruh sosial, budaya, dan politik yang berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Ilmu merupakan pengetahuan tentang sesuatu sebagaiman adanya, dengan demikian ilmu bukanlah sekedar opini/dugaan semata, melainkan sebuah pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Artinya, ilmu adalah pengetahuan yang sudah memenuhi syarat ilmiah sehingga sudah melewati metode pembuktian dan sifatnya objektif. Contohnya ilmu kedokteran, ilmu biologi, ilmu matematika.
Dengan kata lain, Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses berfikir. Itu artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahun tentang sesuatu yang menjadi objek kajian dari ilmu terkait.
Dilansir dari Australian Academy of Science, ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya dan disusun secara sistematis berdasarkan dengan metode ilmiah. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, ilmu adalah segala usaha yang secara sadar dilakukan untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan alam hidup manusia. Hal-hal yang ingin didalami pun dibatasi, agar didapatkan rumusan yang pasti.
Sedangkan menurut Popper ilmu adalah tetap dan yang mungkin hanya melakukan reorganisasi terhadapnya. Sedangkan dalam bukunya, Alexander Bird (1998) menyatakan bahwa pengetahuan ilmiah adalah ilmu yang berisi tentang pengetahuan terkait kenapa suatu hal terjadi atau terbentuk seperti itu, ataupun hal-hal yang ditemukan di alam, atau terkait hukum yang mengatur semua yang ada entah di alam ataupun kehidupan sehari-hari. Sehingga bisa disimpulkan bahwa pengetahuan ini adalah bagian dari ilmu.
Berbagai macam penjelasan terkait ilmu dan metode untuk mendalaminya ini diuji oleh para ilmuwan melalui eksperimen tambahan, observasi, pemodelan, dan studi teoritis. Dengan demikian, pengetahuan ilmiah dibangun di atas ide-ide sebelumnya dan terus berkembang. Hal ini sengaja dibagi dengan orang lain melalui proses peer review dan kemudian melalui publikasi dalam literatur ilmiah, di mana disana didapatkan evaluasi dan integrasi oleh komunitas yang lebih besar.
Salah satu keunggulan dari ilmu sebagai pengetahuan ilmiah adalah bahwa hal itu dapat berubah, karena data baru dikumpulkan dan interpretasi ulang dari data yang sudah ada. Teori-teori utama, yang didukung oleh banyak bukti, jarang sekali diubah sepenuhnya, tetapi data baru dan penjelasan teruji menambah nuansa dan detail (Carpi & Egger, 2011).
Suatu teori keilmuan harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1. Ada kendali dari hukum alam.
2. Harus ada penjelasan yang referensinya adalah dari hukum alam.
3. Bisa diuji untuk menanggapi atau menguji teori empiris.
4. Kesimpulannya masih bisa diperdebatkan dan bukan kesimpulan final.
5. Sesuatu bisa dikatakan ilmu jika bisa dimodifikasi.
b. Sains (science)
Pada prinsipnya, Ilmu dan Sains bukanlah dua entitas yang berbeda, melainkan dua unsur yang memiliki kesamaan, hanya saja sains terbatasi pada bidang fisik saja, sedangkan ilmu melampaui itu semua termasuk metafisika.
Sains adalah bagian kecil dari ilmu atau merupakan salah satu disiplin ilmu yang lebih khusus pada bidang tertentu yakni lebih ke bidang teknologi. Dengan kata lain, sains adalah sekumpulan pengetahuan empiris, teoretis, dan pengetahuan praktis tentang dunia alam, yang dihasilkan oleh para ilmuwan yang menekankan pengamatan, penjelasan, dan prediksi dari fenomena di dunia nyata.
Melihat dari asal-usul katanya, maka kata sains berasal dari bahasa Latin, yaitu scientia. Arti kata itu adalah "memiliki pengetahuan atau mengetahui". Kalau kita tarik lebih jauh lagi maka kita akan berhubungan dengan dua kata lain, yaitu "ilmu" dan "pengetahuan".
Kata "ilmu" berarti kumpulan pengetahuan yang disusun secara konsisten dan dapat teruji kebenarannya menggunakan kerja ilmiah. Kata "pengetahuan" berarti segala sesuatu yang diketahui dan diperoleh berdasarkan kemampuan manusia dalam merasakan dan berpikir.
Dengan demikian sains bisa kita definisikan sebagai "fakta yang diperoleh berdasarkan penelitian secara cermat dan sistematis". Kemudian, orang yang berkecimpung dalam bidang itu dan mempunyai keahlian dalam ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan alam, disebut saintis.
Sains lahir dan menjadi makin maju karena sains selalu dilakukan melalui pengamatan dan percobaan. Pertama, ahli sains akan bertanya mengenai apa yang mereka lihat di lingkungan.Kedua, ia akan coba menjawab pertanyaan itu melalui percobaan dan pengamatan, yang bisa dilakukan di laboratorium maupun di habitat alami objek itu.
Jadi, pengertian Sains sebagai berikut; Pertama, dalam pengertiannya Sains berasal dari kata latin “scire” yang artinya mengetahui. Sedangkan dalam arti bahasa Sains diartikan sebagai “keadaan atau fakta mengetahui dan sering diambil arti ilmu pengetahuan(knowlege) yang dikontraskan dengan intuisi atau kepercayaan”.
Dalam perkembangannya sains diartikan sebagai “pengetahuan yang sistematis berdasarkan observasi indrawi”. Dari sinilah kita akan menetahui bahwasannya Sains hanya melakukan kajiannya pada alam dan wilayah/dunia fisik. Dengan menyaratkan observasi, maka Sains dituntut untuk mampu berhubungan dengan benda-benda fisik seperti; kimia, biologi, astronomi, bahkan bidang-bidang psikologi dan sosiologi. Dalam hal ini Aguste Comte salah seorang bapak sosiolog asal Jerman menyatakan bahwa “sains itu bersifat positivistic”. Dan inilah yang kita katakan sebagai unsur paling mendasar dari Sains.
Kedua,Secara bahasa Ilmu berakar kata '‘Ilm/alima” yang artinya mengetahui, pengertian Ilmu disini sama halnya dengan pengertian Sains. Namun dalam hal ini Ilmu memiliki kriteria seperti halnya Sains sebagai pengetahuan yang sistematis dan terorganisasi. Namun yang membedakan antara keduanya adalah; Kalau sains membatasi dirinya pada bidang-bidang empiris positivistic, sedangkan ilmu melampaui itu semua dengan melibatkan pembahasannya pada bidang non empiris, seperti matematika dan metafisika.
Historiografi dari sains, sebaliknya, sering kali mengacu pada metode historis dari sejarah intelektual dan sejarah sosial. Namun, kata scientist dalam bahasa Inggris relatif baru—pertama kali diciptakan oleh William Whewell pada abad ke-19. Sebelumnya, orang yang menyelidiki alam menyebut diri mereka sendiri sebagai filsuf alam.
Sementara investigasi empiris dari dunia alam telah diuraikan sejak Era Klasik (misalnya, oleh Thales, Aristoteles, dan lain-lain), dan metode ilmiah telah digunakan sejak Abad Pertengahan (misalnya, oleh Ibn al-Haytham, dan Roger Bacon ), munculnya sains modern terkadang ditelusuri kembali ke periode modern awal, selama masa yang dikenal sebagai Revolusi Ilmiah yang terjadi pada abad ke-16 dan ke-17 di Eropa.
Metode ilmiah dianggap begitu mendasar bagi sains modern sehingga beberapa orang menganggap penyelidikan-penyelidikan alam sebelumnya sebagai pra-ilmiah. Secara tradisional, sejarawan sains telah mendefinisikan sains cukup luas untuk mencakup penyelidikan-penyelidikan tersebut.
Sains memiliki beberapa ciri berikut:
1. Bersifat objektif.
2. Mengikuti logika atau masuk akal.
3. Bersifat dinamis atau dapat berkembang.
4. Mempunyai objek berupa benda nyata.
5. Menggunakan langkah sistematis yang teratur dan berurutan sesuai aturan.
Ciri khusus science terdiri dari tiga aspek, yaitu (1) Objek ontologis science adalah segala sesuatu yang berada dalam ranah pengalaman empiris manusia; (2) Landasan epistemologis science adalah metode ilmiah (logico-hyphotetico-verification); dan (3) Landasan aksiologis science adalah kemanfaatan bagi manusia.
Menurut Mondal (2018), sembilan ciri utama science, sebagai berikut:
1. Objektivitas
Pengetahuan ilmiah bersifat objektif. Objektivitas berarti kemampuan untuk melihat dan menerima fakta apa adanya. Untuk menjadi objektif, seseorang harus waspada terhadap bias, keyakinan, harapan, nilai, dan preferensi sendiri. Objektivitas menuntut bahwa seseorang harus menyisihkan segala macam pertimbangan subyektif dan prasangka.
2. Verifiability
Sains bersandar pada data indra, yaitu data yang dikumpulkan melalui indera kita, yaitu mata, telinga, hidung, lidah, dan sentuhan. Pengetahuan ilmiah didasarkan pada bukti yang dapat diverifikasi, melalui pengamatan faktual konkret sehingga pengamat lain dapat mengamati, menimbang atau mengukur fenomena yang sama dan memeriksa observasi untuk akurasi.
3. Netralitas Etis
Sains bersifat etis netral. Ilmu hanya mencari pengetahuan. Bagaimana pengetahuan ini akan digunakan akan ditentukan oleh nilai-nilai kemasyarakatan. Pengetahuan dapat digunakan berbeda. Etika netralitas tidak berarti bahwa ilmuwan tidak memiliki nilai. Di sini hanya berarti bahwa ia tidak boleh membiarkan nilai-nilainya mengubah desain dan perilaku penelitiannya. Dengan demikian, pengetahuan ilmiah adalah netral terhadap nilai-nilai atau bebas-nilai.
4. Eksplorasi sistematis
Sebuah penelitian ilmiah mengadopsi prosedur sekuensial tertentu, rencana yang terorganisir atau desain penelitian untuk mengumpulkan dan menganalisis fakta tentang masalah yang diteliti. Umumnya, rencana ini mencakup beberapa langkah ilmiah, seperti perumusan hipotesis, pengumpulan fakta, analisis fakta, dan interpretasi hasil.
5. Keandalan atau Reliabilitas
Pengetahuan ilmiah harus terjadi di bawah keadaan yang ditentukan tidak sekali tetapi berulang kali dan dapat direproduksi dalam keadaan yang dinyatakan di mana saja dan kapan saja. Kesimpulan berdasarkan hanya ingatan tanpa bukti ilmiah sangat tidak dapat diandalkan.
6. Presisi
Pengetahuan ilmiah harus tepat, tidak samar-samar seperti beberapa tulisan sastra. Presisi membutuhkan pemberian angka, data atau ukuran yang tepat.
7. Akurasi
Pengetahuan ilmiah itu akurat. Akurasi secara sederhana berarti kebenaran atau kebenaran suatu pernyataan, menggambarkan hal-hal dengan kata-kata yang tepat sebagaimana adanya tanpa melompat ke kesimpulan yang tidak beralasan, harus ada data dan bukti yang jelas.
8. Abstrak
Sains berlanjut pada bidang abstraksi. Prinsip ilmiah umum sangat abstrak. Tidak tertarik untuk memberikan gambaran yang realistis.
9. Prediktabilitas
Para ilmuwan tidak hanya menggambarkan fenomena yang sedang dipelajari, tetapi juga berusaha untuk menjelaskan dan memprediksi juga. Sehingga menurut Sumarna (2006) ilmu dapat diartikan bahwa ilmu adalah sesuatu yang dihasilkan dari pengetahuan ilmiah yang berangkat dari perpaduan proses berpikir deduktif (rasional) dan induktif (empiris). Sehingga hal inilah yang membedakan antara ilmu dan pengetahuan.
Cabang utama ilmu yang termasuk sains, diantaranya:
1. Astronomi.
2. Biologi.
3. Ekologi.
4. Fisika.
5. Geologi.
6. Geografi.
7. Ilmu bumi.
8. Kimia.
Dengan demikian maka bisa kita ambil kesimpulan, bahwasannya antara Sains dan Ilmu memiliki pengertian yang sama. Namun dalam perjalanannya Sains membatasi dirinya pada dunia fisik ansich (dengan segala kompleksitasnya). Sedangkan ilmu tetap konsisten dengan tetap menjadikan Matematika dan Metafisika sebagai lahan kajiannya.
Lebih lanjut, dalam epistemologi barat, sains berbeda dengan knowledge, sebagaimana ilmu dalam epistemologi Islam berbeda dengan opini. Di Barat, mengenal istilah knowledge dan science. Knowledge berasal dari kata know yang berarti “tahu” dan science berasal dalam bahasa Latin “scire” yang juga berarti “tahu”.
Walau pemaknaan keduanya hampir sama namun memiliki cakupan yang berbeda. Knowledge merupakan bentuk umum (genus) dan science merupakan bentuk khususnya (species). Science bisa saja disebut knowledge tapi knowledge bukan hanya science. Hal ini karena science adalah knowledge dengan ciri khusus.
Menjadi diskursus yang menarik ketika dua terma di atas kita cari padanannya dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut mungkin karena tidak ditemukannya dua istilah (science dan scientific) dalam bahasa Indonesia, sehingga keduanya butuh dicarikan padanan kata yang cocok dalam bahasa Indonesia.
Dalam buku yang ditulis Jujun di tahun 1970an itu juga mempermasalahkan penerjemahan kata “science” menjadi “ilmu pengetahuan”. Menurutnya, akan menjadi janggal ketika kita menerjemahkan kata “scientific” menjadi “pengetahuan ilmiah” atau “ke-ilmu pengetahuan-an”.
Namun, ternyata saat ini, kata “science” dan “scientific” telah mengalami penyerapan dalam bahasa Indonesia menjadi “sains” dan “saintifik”. Sehingga kita mungkin akan mempermudah kita dalam pemahamannya.
Umumnya, kita mengartikan knowledge dengan “pengetahuan” dan science dengan “ilmu”. Sehingga berlakulah “pengetahuan” sebagai genus dan “ilmu” sebagai speciesnya. Pembagian ini disebabkan bahwa “pengetahuan” terdiri dari “pengetahuan yang tidak terstruktur” dan “pengetahuan yang terstruktur”. “Pengetahuan tidak terstruktur” bisa disebut “pengetahuan biasa” (common sense), sedangkan “pengetahuan yang terstruktur” disebut dengan “ilmu”.
Ada pula yang mengartikan knowledge sebagai “ilmu” dan science sebagai “pengetahuan”. Pembagian ini disebabkan karena menganggap “ilmu” sebagai genus yang terdiri dari berbagai jenis ilmu, seperti ilmu agama, ilmu filsafat, ilmu pengetahuan, dan ilmu-ilmu lain yang merupakan speciesnya. Jadi, salah satu bentuk ilmu itu adalah “ilmu pengetahuan”.
“Ilmu pengetahuan” dikenal dengan istilah scientific knowledge yang merupakan sinonim science. “Ilmu pengetahuan” bisa diartikan dengan “ilmu” yang bersifat “pengetahuan”. Di mana terma “pengetahuan” berperan sebagai pembeda (differentia) suatu bentuk khusus ilmu dengan bentuk khusus ilmu lainnya.
Sekarang kita memiliki dua terma, yaitu “ilmu” dan “sains”. Sehingga menjadi tidak relevan lagi perdebatan apakah penerjemahan kata science lebih tepat digunakan untuk “pengetahuan” atau “ilmu”. Keduanya tentu memiliki pemaknaan yang berbeda.
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, dapat kita simpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang terstruktur. Sehingga sah sah saja kita menyebutkan ilmu agama, ilmu filsafat, ilmu moral dan lainnya, karena mereka memilik struktur dan metodenya masing-masing.
Tentu ilmu yang dimaksud di sini adalah kata “ilmu” yang berada dalam ranah akademik, karena kata “ilmu” juga sering digunakan di luar ranah akademik seperti ilmu hitam, ilmu sihir, ilmu pelet. Sedangkan sains lebih dari sekedar pengetahuan yang terstruktur. Ia juga punya ciri khusus lainnya yaitu diperoleh melalui observasi, penelitian dan uji coba.
Perbedaan pemaknaan antara ilmu dan sains inipun membawa dampak keunikan struktur genus-species-nya. Struktur tersebut menjadi bertingkat tiga. “Pengetahuan” merupakan bentuk umum (genus), yang terdiri dari “pengetahuan yang tidak terstruktur” dan “pengetahuan yang terstruktur (ilmu)” yang berlaku sebagai species. “Ilmu” ternyata terdiri dari beragam jenis pula, ada ilmu agama, ilmu filsafat, sains, ilmu kewarganegaraan dan ilmu lainnya.
“Ilmu” itu sendiri memainkan dua fungsi. Ia berlaku sebagai species ketika ditempatkan di bawah “pengetahuan”, dan ia berlaku sebagai genus ketika ia ditempatkan di atas ilmu agama, ilmu filsafat, sains, dan jenis ilmu lainnya. Pola hubungan antara ketiga istilah tersebut dalam ilmu mantiq juga bisa disebut 'um wal khas muthlaqan.
Pembedaan pemaknaan antara ilmu dan sains juga berdampak pada penyifatan keduanya. Hal-hal yang memenuhi kriteria ilmu, berhak disebut ilmiah. Dan hal-hal yang memenuhi kriteria sains, berhak disebut saintifik. Yang saintifik berarti ia juga ilmiah. Sedangkan yang ilmiah belum tentu saintifik. Hal-hal yang berkaitan dengan agama, apabila ia sesuai dengan kaidah ilmu agama, maka berhak disebut ilmiah, namun ia tidak berhak disebut saintifik.
Begitu pula hal-hal yang berkaitan dengan ilmu filsafat, ilmu bahasa, dan ilmu-ilmu lainnya. Tetapi, sains bisa disebut ilmiah dan saintifik. Karena untuk disebut saintifik, tidak hanya harus memenuhi syarat keilmuan, tetapi juga harus memenuhi ketentuan-ketentuan sains. Ketentuan-ketentuan sains ini tentu kita rujuk pada tiga ciri khusus sains (science) seperti yang telah kita jelaskan di awal.
Kalau kita analisis lebih jauh, bagaimana keunikan ini bisa terbentuk, maka kita mungkin saja akan bermuara pada asal kata “ilmu” itu sendiri. Kata “ilmu” merupakan serapan dari kata ‘ilm dalam bahasa Arab. Kata ini berasal dari kata ‘alama yang berarti “tahu”. Sehingga kata ‘ilm dapat diartikan dengan “pengetahuan”. Namun, dalam bahasa Arab tidak ditemukan susunan genus atau species dari kata ‘ilm ini.
Pemaknaan kata ‘ilm adalah pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana adanya. Kata “sebagaimana adanya” menunjukkan bahwa pengetahuan itu telah diuji kebenarannya dengan bukti-bukti yang kuat dan tidak berdasar pada praduga atau asumsi semata. Dengan kata lain, ia juga merupakan pengetahuan yang sistematis dan terorganisir. Hal inilah yang membedakannya dengan ra’y, yaitu pengetahuan yang hanya berdasar pada praduga atau asumsi.
Jadi, pengetahuan, ilmu, dan sains di Indonesia memiliki struktur unik yang berbeda dari pemaknaan istilah-istilah tersebut dalam peradaban Barat dan peradaban Islam. Keunikan tersebut terbentuk karena keterbukaan bahasa Indonesia dalam menyerap istilah-istilah asing dengan penyesuaian makna pada konteks penggunaannya. Namun, pada proses pembiasan makna inilah yang terkadang menimbulkan permasalahan pemahaman bagi masyarakat kita.
Kekaburan pemahaman ini merupakan sandungan besar bagi jalan pencarian hakikat keilmuan itu sendiri. Untuk itu diperlukan ketelitian dan ketelatenan untuk meraih pemaknaan yang benar dan sesuai dengan konteks penggunaannya.
c. Pengetahuan (Episteme)
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang datang sebagai hasil dari aktifitas panca indra untuk mengetahui. Dengan kata lain, pengetahuan, adalah sesuatu yang bersifat subjektif, belum teruji kebenarannya secara ilmiah, baru berupa informasi yang diketahui.
Dilansir dari Australian Academy of Science, pengetahuan adalah informasi akan suatu kejadian yang belum teruji kebenarannya. Sedangkan menurut wikipedia Indonesia, Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang.
Pengetahuan ini tidak bisa dibatasi oleh deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur. Pengetahuan juga didapat manusia saat dia melakukan pengamatan menggunakan akalnya dan terkadang menghubungkan dengan apa yang sudah pernah dialami sebelumnya.
Akuisisi pengetahuan melibatkan proses kognitif yang kompleks seperti persepsi, komunikasi, dan penalaran (Cavell, 2002). Dr. M.J. Langeveld mengatakan bahwa pengetahuan adalah kesatuan subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui.
Sedangkan menurut James K. Feibleman, pengetahuan adalah hubungan antara subjek dan objek. Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, melalui pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan), yaitu:
1) Awareness (kesadaran)
Individu tersebut menyadari atau mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2) Interest (merasa tertarik)
Individu merasa tertarik pada stimulus atau objek tersebut. Disini sikap individu sudah mulai timbul.
3) Evaluation (menimbang-menimbang)
Individu menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4) Trial
Sikap dimana individu mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5) Adaptation
Individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Menurut Notoatmodjo (2007) ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu:
a) Tahu (know)
Mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk juga mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima dengan cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.
b) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c) Aplikasi (Application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.
d) Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi kedalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain dapat ditunjukan dengan menggambarkan, membedakan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e) Sintesis (Synthesis)
Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan dapat menyusun formulasi yang baru.
f) Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi penelitian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang sudah ada. Pengetahuan diukur dengan wawancara atau angket tentang materi yang akan diukur dari objek penelitian.
2. PERBEDAAN ILMU, SAINS DAN PENGETAHUAN
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan dari intisari terkait perbedaan sains, ilmu dan pengetahuan, sains sebagai berikut :
a. Perbedaan Ilmu dan sains
Ilmu adalah pengetahuan yang terstruktur. Sehingga sah sah saja kita menyebutkan ilmu agama, ilmu filsafat, ilmu moral dan lainnya, karena mereka memilik struktur dan metodenya masing-masing. Sedangkan sains lebih dari sekedar pengetahuan yang terstruktur. Ia juga punya ciri khusus lainnya yaitu diperoleh melalui observasi, penelitian dan uji coba.
Sains adalah bagian kecil dari ilmu atau merupakan salah satu disiplin ilmu yang lebih khusus pada bidang tertentu yakni lebih ke bidang teknologi. Namun yang membedakan antara keduanya adalah; Kalau sains membatasi dirinya pada bidang-bidang empiris positivistic, sedangkan ilmu melampaui itu semua dengan melibatkan pembahasannya pada bidang non empiris, seperti matematika dan metafisika.
Ciri khusus science tersebut terdiri dari tiga aspek, yaitu (1) Objek ontologis science adalah segala sesuatu yang berada dalam ranah pengalaman empiris manusia; (2) Landasan epistemologis science adalah metode ilmiah (logico-hyphotetico-verification); dan (3) Landasan aksiologis science adalah kemanfaatan bagi manusia. Segala knowledge yang memiliki tiga ciri khusus di atas disebut science dan berhak dilekati kata sifat “scientific”.
Singkatnya, ilmu adalah “kumpulan pengetahuan” yang disusun secara konsisten dan dapat teruji kebenarannya menggunakan kerja ilmiah. Dan sains sebagai "fakta” yang diperoleh berdasarkan penelitian secara cermat dan sistematis. Yang membedakan antara keduanya adalah; Kalau sains membatasi dirinya pada bidang-bidang empiris positivistic, sedangkan ilmu melampaui itu semua dengan melibatkan pembahasannya pada bidang non empiris, seperti matematika dan metafisika.
b. Perbedaan Ilmu dan Pengetahuan
Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses berfikir. Itu artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahun tentang sesuatu yang menjadi objek kajian dari ilmu terkait.
Artinya, Ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang telah disusun menurut suatu metode tertentu sehingga dapat dijelaskan secara rinci dan memiliki kebenaran yang bersifat umum. Sedangkan pengetahuan adalah segala sesuatu yang datang sebagai hasil dari aktifitas panca indra untuk mengetahui.
Dengan kata lain, pengetahuan, adalah sesuatu yang bersifat subjektif, belum teruji kebenarannya secara ilmiah, baru berupa informasi yang diketahui. Pengetahuan sangat mungkin menjadi ilmu jika telah diuji dan dikaji kebenarannya.
Untuk lebih jelasnya, ada hal lain yang bisa menunjukkan perbedaan ilmu dan pengetahuan yang paling menonjol. Diantaranya sebagai berikut :
1) Metode pembuktian.
Ilmu bersifat objektif sedangkan pengetahuan bersifat subjektif. Ilmu menghendaki lebih jauh, luas dan dalam dari pengetahuan. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah memenuhi syarat ilmiah sehingga sudah melewati metode pembuktian dan sifatnya objektif. Contohnya ilmu kedokteran, ilmu biologi, ilmu matematika.
2) Dapat kita lihat dari sisi karakteristik.
Kata "ilmu" berarti kumpulan pengetahuan yang disusun secara konsisten dan dapat teruji kebenarannya menggunakan kerja ilmiah. Kata "pengetahuan" berarti segala sesuatu yang diketahui dan diperoleh berdasarkan kemampuan manusia dalam merasakan dan berpikir.
Karakteristik yang ada pada ilmu yaitu pengkajian objek yang telah dijelaskan dan dijabarkan secara sistematis dengan metode tertentu.
Ilmu berlaku untuk umum dan telah diurutkan secara sistemastis sehingga dapat menjelaskan dengan rinci dari pertanyaan seperti 5W1H. Karena sudah diteliti dan disetujui oleh banyak pihak, sulit untuk membantah ilmu jika tidak melakukan riset terlebih dulu.
Sedangkan pengetahuan sendiri adalah suatu hal yang diketahui oleh seseorang tanpa melakukan riset terlebih dahulu. Pengetahuan tidak dapat dipelajari oleh umum karena belum diuji kebenarannya. Oleh karena itu, objek dari suatu pengetahuan belum dapat disusun secara sistematis seperti ilmu.
Pengetahuan merupakan bagian dari ilmu, namun suatu pengetahuan harus diuji dan dikaji terlebih dulu agar bisa dibuktikan kebenarannya dan disetujui menjadi sebuah ilmu.
3) Dilihat dari sisi jangkauannya.
Ilmu memberikan sajian hasil penelitian dari suatu objek yang lebih luas jika dibandingkan dengan pengetahuan. Karena objek ilmu sudah diuji dan disusun secara sistematis, maka memberikan hasil yang lebih rinci dan sangat luas.
Berbeda dengan ilmu, pengetahuan umumnya hanya dimiliki olah sekelompok orang saja dan tidak sejelas dan serinci seperti penjabaran dari ilmu. Misalnya pengetahuan mengenai cara membedakan jenis kelamin pada ikan. Para pecinta ikan memiliki pengetahuan yang dapat menjabarkan secara jelas tentang masalah ini, namun hanya sebatas pengetahuan mereka saja.
Ilmu mencakup pengetahuan, jadi dengan belajar suatu ilmu, Anda juga akan mendapatkan pengetahuan. Hal itu berbeda jika Anda mengetahui pengetahuan, yang belum tentu akan mendapatkan ilmu secara keseluruhan.
Perbedaan ilmu dan pengetahuan yang paling menonjol adalah dalam metode pembuktian. Ilmu bersifat objektif sedangkan pengetahuan bersifat subjektif. Ilmu membutuhkan syarat ilmiah agar bisa disebut dan menjadi suatu ilmu dan salah satunya adalah harus objektif.
Objek kajian dari ilmu harus dicari kebenaran dan dibuktikan secara objektif. Hal itu karena ilmu harus memberikan kepastian dari objek yang telah dikaji dan tentunya bisa diyakini dengan benar keabsahannya.
Sedangkan pengetahuan memiliki sifat subjektif karena hanya berdasarkan pada pemikiran seseorang atau sekelompok orang. Pengetahuan yang belum diuji kebenarannya hanyalah sebuah asumsi dari pemikiran manusia.
Pengetahuan biasanya juga hanya berdasarkan selera seseorang saja. Pengetahuan yang seperti itu masih belum terbukti kebenarannya karena belum didukung dengan fakta dan pengujian.
4) Berasal dari objek yang disampaikan.
Sebuah ilmu bisa dipercayai kebenarannya. Suatu ilmu yang belum diuji dan dikaji kebenarannya belum dapat dikatakan sebagai ilmu, namun dapat disebut sebagai pengetahuan. Ini karena pengetahuan hanya menyajikan informasi yang kebenarannya masih belum diuji dan dikaji.
Pengetahuan yang bersifat subjektif hanya sebatas pemberian informasi berdasarkan apa yang diketahui oleh seseorang maupun sekelompok orang. Umumnya pengetahuan hanya berupa informasi yang tidak detail seperti ilmu.
5) Dari sisi kebenaran.
Ilmu sudah dipastikan kebenarannya karena telah melalui proses penelitian yang didukung oleh fakta-fakta. Sedangkan pengetahuan, masih belum dapat dipastikan kebenarannya karena belum dipastikan secara ilmiah.
Pengetahuan yang hanya sebatas pemahaman seseorang atau sekelompok orang masih dapat dipertanyakan kebenarannya. Ini karena pengetahuan juga belum dapat memberikan penjelasan secara detail dan rinci seperti yang diberikan oleh ilmu.
Singkatnya, setiap ilmu adalah pengetahuan tetapi tidak setiap pengetahuan adalah ilmu.
PUSTAKA ACUAN
Bird, Alexander. Philosophy of Science (University College London :UCL Press 1998)
Carpi, A & Egger, A. E. 2011 “The Nature of Scientific Knowledge” Visionlearning. 3 (2). Science: definition of science in Mirriam Webster Online Dictionary, (2022). [online] Available at:https://www.merriamwebster.com/dictionary/science?utm_campaign=sd&utm_medium=serp&utm_source=jsonld [Accessed 25 Aug. 2022].
Dekel, G. (2009). 08. Methodology (pt 2 of 2) | Inspiration: a functional approach to creative practice.. [online] Insight.poeticmind.co.uk. Available at: http://www.insight.poeticmind.co.uk/8-methodology-pt-2-of-2/ [Accessed 25 Aug. 2022].
Evans, A. N., & Rooney, B. J. (2008). Methods in Psychological Research. California: Sage Publications, Inc.
https://www.kompasiana.com/ainulkholifah6461/5dba67ff097f360b5e376042/ilmu-pengetahuan- efinisi-ilmu-pengetahuan-macam-macam-ilmu-pengetahuan-ciri-ciri-ilmu-pengetahuan-dan-skeptisisme-filsafat-ilmu
https://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu
http://sosiologis.com/pengertian-ilmu-pengetahuan
Knowledge: Definition of knowledge in Oxford Dictionary. (2018). [online] Available at:https://web.archive.org/web/20100714023323/http://www.oxforddictionaries.com/view/entry/m_
en_us1261368 [Accessed 25 Aug. 2022].
Mondal, P. (2018). Top 9 Main Characteristics of Science – Explained!. [online] Your Article Library. Available at: http://www.yourarticlelibrary.com/science/top-9-main-characteristics-ofscience-explained/35060 [Accessed 25 Aug. 2022].
Notoadmodjo, Soekidjo.(2007) Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:Rineka Cipta.
Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.2010
Simak video berikut : 13 Terobosan Ilmiah Teratas Tahun 2022. Penemuan Ilmu Pengetahuan Terbesar yang Pernah Ada.
Commentaires