Strategi Membangun dan Mengembangkan Mutu Pendidikan dan Keunggulan Bersaing Perguruan Tinggi
- Yusrin Ahmad Tosepu
- Nov 26, 2021
- 23 min read
Updated: Nov 2, 2022

PENGANTAR
Pendidikan adalah investasi awal dalam mempersiapkan sumber daya manusia, sehingga tidak mengherankan bila pendidikan sering diasumsikan kebagai kunci menuju masa depan yang lebih baik, karena melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan suatu outcome yang akan dapat bermanfaat guna perbaikan nasib suatu bangsa.
Dengan kata lain, pendidikan merupakan salah satu sarana perbaikan kualitas sumber daya manusia, sehingga bila diinginkan terciptanya sumber daya manusia yang memiliki kualifikasi yang dapat menjawab tantangan perkembangan zaman.
Saat ini sebagian besar masyarakat (terutama yang tinggal di kota) telah memahami dan menyadari arti pentingnya pendidikan, sehingga selalu mengupayakan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya.
Pendidikan sebagai suatu proses, sehingga selalu terkait dengan kualifikasi mutu. Mutu selalu terkait dengan persepsi stake holders, baik itu peserta didik, alumnus, pengguna (user), pemerintah dan sebagainya. Oleh karena itu, apakah suatu pendidikan itu dinilai bermutu, sangat tergantung pada persepsi stake holders terhadap pendidikan tersebut.
Apabila sebagian besar stake holders mempersepsikan positif terhadap mutu sebuah pendidikan, maka dapat dikatakan pendidikan tersebut bermutu. Dengan demikian sebenarnya rambu-rambu standardisasi dari pemerintah yang tertuang dalam akreditasi bagi lembaga pendidikan, hanyalah merupakan salah satu instrument untuk membantu stake holders mempersepsikan sebuah lembaga pendidikan.
Mutu adalah paduan sifat-sifat barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, baik kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat. Definisi tentang mutu untuk keperluan pengembangan sistem jaminan mutu pendidikan, dapat mengacu pengertian menurut dari Crosby (1979) dan Salis (1993).
Menurut Crosby (1979) dan Salis (1993), bahwa mutu pendidikan tinggi adalah pencapaian tujuan pendidikan dan kompetensi lulusan yang telah ditetapkan oleh institusi pendidikan tinggi di dalam rencana strategisnya, atau kesesuaian dengan standar yang telah ditentukan. Jaminan mutu adalah keseluruhan aktivitas dalam berbagai bagian dari sistem untuk memastikan bahwa mutu produk atau layanan yang dihasilkan selalu konsisten sesuai dengan yang direncanakan/dijanjikan. Dalam jaminan mutu terkandung proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan pendidikan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga seluruh stakeholders memperoleh kepuasan.
Pendidikan tinggi memegang peran strategis dalam mengembangkan inovasi, karena perguruan tinggi merupakan pusat sarana pengkajian dan penelaahan produk. Dengan demikian maka setiap perguruan tinggi selalu dituntut untuk dapat melahirkan gagasan, konsep bahkan teori baru melalui telaah dan kajian. Dalam hal pengelolaanpun perguruan tinggi harus selalu inovatif di bidang manajemen pendidikannya. Paradigma baru manajemen pendidikan tinggi menekankan pentingnya otonomi institusi yang berlandaskan pada akuntabilitas, evaluasi, dan akreditasi dan bermuara pada tujuan akhir peningkatan kualitas secara berkelanjutan. Di pihak lain, kecenderungan globalisasi, kebutuhan masyarakat dan tuntutan persaingan yang semakin ketat menuntut komitmen yang tinggi pada penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Pemahaman tersebut menegaskan perlunya perguruan tinggi termasuk perguruan tinggi swasta melaksanakan suatu manajemen mutu terpadu, termasuk di dalamnya sistem jaminan mutu pendidikan untuk menjamin agar mutu pendidikan di perguruan tinggi dapat dipertahankan dan ditingkatkan sesuai dengan yang direncanakan.
Diperlukan terobosan-terobosan yang inovatif untuk dapat membentuk mutu pendidikan. Untuk itu diperlukan pemberdayaan seluruh sumber daya yang dimiliki dalam rangka untuk dapat mencapai pendidikan tinggi yang bermutu. Sistem jaminan mutu pendidikan di perguruan tinggi dapat ditujukan untuk membantu pencapaian visi dan misi melalui penjaminan mutu program dan pelayanan pendidikan,menetapkan peran seluruh komponen dalam penjaminan mutu pendidikan, memfasilitasi dan mengoordinasikan perbaikan mutu berkelanjutan, dan menjamin konsistensi dan efektifitas penjaminan mutupendidikan.
PEMBAHASAN
A. Mutu Perguruan Tinggi
Saat ini, perguruan dituntut membangun dan mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan pasar kerja. Tentunya, mutu pendidikan perguruan tinggi sudah harus mampu menjamin penyelengaraan pendidikan dan pembelejarannya. Agar dapat membangun dan mengembangkan mutu pendidikan, perguruan tinggi perlu mengupayakan perbaikan manajemen pendidikannya, terutama yang bersifat inovatif. Langkah-langkah inovatif dalam membangun mutu pendidikan tinggi harus menyentuh beberapa aspek seperti legalitas, manajemen mutu, akuntabilitas, serta persepsi stake holders. Hal tersebut sangat memerlukan dukungan berbagai sumber daya potensial yang dapat diberdayakan dan berperan dalam menciptakan lulusan perguruan tinggi yang memiliki kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
Fenomena menarik terkait mutu pendidikan di perguruan tinggi yang perlu dicermati adalah lulusan perguruan tinggi yang menghadapi masalah ketidakmampuan untuk cepat beradaptasi dengan kebutuhan dunia kerja atau dunia usaha maupun industri modern. Sehingga berakibat pada semakin meningkatnya jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi. Padahal, seharussnya perguruan tinggi harus mampu menghasilkan lulusan yang terdidik dan terlatih sesuai kebutuhan masyarakat dan khususnya dunia kerja dan industri.
Menurut Barnet (Gaspersz, 2005), bahwa setidak-tidaknya ada empat konsep tentang hakikat perguruan tinggi:
a. Perguruan tinggi sebagai penghasil tenaga kerja yang bermutu (qualified manpower). Dalam pengertian ini pendidikan tinggi merupakan suatu proses dan mahasiswa dianggap sebagai keluaran (output) yang mempunyai nilai atau harga (value) dalam pasaran kerja, dan keberhasilan itu diukur dengan tingkat penyerapan lulusan dalam masyarakat (employment rate) dan kadang-kadang diukur juga dengan tingkat penghasilan yang mereka peroleh dalam karirnya.
b. Perguruan tinggi sebagai lembaga pelatihan bagi karier peneliti. Mutu perguruan tinggi ditentukan oleh penampilan/prestasi penelitian anggota staf. Ukuran masukan dan keluaran dihitung dengan jumlah staf yang mendapat hadiah/penghargaan dari hasil penelitiannya (baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional), atau jumlah dana yang diterima oleh staf dan/atau oleh lembaganya untuk kegiatan penelitian, ataupun jumlah publikasi ilmiah yang diterbitkan dalam majalah ilmiah yang diakui oleh pakar sejawat (peer group).
c. Perguruan tinggi sebagai organisasi pengelola pendidikan yang efisien. Dalam pengertian ini perguruan tinggi dianggap baik jika dengan sumber daya dan dana yang tersedia, jumlah mahasiswa yang lewat proses pendidikannya (throughput) semakin besar.
d. Perguruan tinggi sebagai upaya memperluas dan mempertinggi pengkayaan kehidupan. pertumbuhan jumlah mahasiswa dan variasi jenis program yang ditawarkan.Rasio mahasiswa-dosen yang besar dan satuan biaya pendidikan setiap mahasiswa yang rendah juga dipandang sebagai ukuran keberhasilan perguruan tinggi.
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No.232/U/2000, menyelenggarakan pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Perguruan tinggi menyelenggarakan pendidikan tinggi, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Sehingga manajemen perguruan tinggi berarti ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 1999 tentang pendidikan tinggi tujuan pendidikan tinggi adalah :
a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi dan/ataukesenian;
b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut, penyelenggaraan kegiatan perguruan tinggi berpedoman pada : tujuan pendidikan nasional; kaidah, moral dan etika ilmu pengetahuan; kepentingan masyarakat; serta memperhatikan minat, kemampuan dan prakarsa pribadi. Sedangkan jaminan mutu proses penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi dilaksanakan dengan pendekatan siklus PDCA ( (Plan – Do – Check – Action) atau yang dikenal dengan Roda Deming.
1. Perencanaan Mutu (Plan)
Plan berkaitan dengan perencanaan mutu, meliputi penetapan kebijakan mutu, penetapan tujuan mutu beserta indikator pencapaiannya, serta penetapan prosedur untuk pencapaian tujuan mutu. Apabila kebijakan mutu perguruan tinggi secara efisien menghasilkan lulusan dengan kompetensi yang relevan dengan kebutuhan stakeholder; maka upaya pemenuhan dinamika kepuasan stakeholder harus didukung oleh komitmen tinggi terhadap mutu oleh seluruh komponen yang terlibat dalam proses pendidikan.
Berdasarkan kebijakan mutu tersebut, maka ditetapkan tujuan dan sasaran mutu yang sebaiknya meliputi : Bidang akademik berupa penjaminan dalam kualifikasi waktu penyelesaian studi mahasiswa dan masa tunggu kerja pertama setelah lulus, serta Bidang administrasi dan penunjang pendidikan berupa penjaminan prosedur rutin dilaksanakan secara efisien sesuai dengan standard operating procedure, staf administrasi bersifat ramah (friendly) dan siap membantu (helpful), serta lingkungan kampus yang kondusif. Sedangkan untuk mengukur pencapaian tujuan mutu di perguruan tinggi ditetapkan indikator kinerja program pendidikan yang dikelompokkan menurut kategori input – process – output – outcome - impact.
2. Pelaksanaan(Do)
Untuk menjamin mutu pendidikan, maka seluruh proses pendidikan, termasuk pelayanan administrasi pendidikan dilaksanakan sesuai dengan Standard operating procedure yang telah ditentukan. Harus diupayakan untuk mengendalikan seluruh proses pendidikan berdasarkan standard operating procedure tersebut, termasuk memberdayakan dosen, tenaga penunjang dan mahasiswa agar menjalankan peran masing-masing, memantau pelaksanaannya dan memberikan umpan balik kepada pihak terkait (dosen, tenaga penunjang dan mahasiswa) serta memastikan bahwa pelaksanaan pemberian reward dan punishment sesuai ketentuan yang berlaku.
Berbagai infra struktur seperti borang, instrumen pemantauan dan check list disiapkan. Hal tersebut menuntut komitmen seluruh komponen terkait, seperti mahasiswa, dosen, tenaga penunjang dan unsur manajemen pada tugas dan fungsinya masing-masing. Ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan juga merupakan prasyarat yang harus dipenuhi. Untuk itu keterpaduan program dan penganggaran juga perlu mendapat perhatian. Dalam hal ini penganggaran dan pembiayaan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan jaminan mutu pendidikan terintegrasi dalam mekanisme Rencana Anggaran Tahunan pada tiap unit kerja.
3. Evaluasi (Check) dan Tindak Lanjut (Action)
Evaluasi pelaksanaan proses pendidikan dan jaminan mutu di perguruan tinggi dilaksanakan dengan cara evaluasi diri secara periodik, internal audit terhadap pelaksanaan proses pendidikan dan hasilnya, serta evaluasi oleh pihak eksternal, dalam hal ini bisa oleh Badan Akrediasi Nasional (BAN-PT). Kemudian ada tindaklanjut laporan dengan melakukan internal audit dan memberikan umpan balik/saran-saran perbaikan dengan berkoordinasi untuk penyiapan tenaga auditnya.
Hasil setiap proses tersebut dikomunikasikan dan dibahas dalam pertemuan ilmiah jaminan mutu pendidikan dan dilaksanakan secara berjenjang serta secara bersama-sama dipertimbangkan bagaimana tindak lanjut untuk perbaikan berkelanjutan. Hal ini akan sangat berpengaruh dalam pembuatan program kerja dan penerimaan jumlah mahasiswa setiap tahun, mengingat penerimaan mahasiswa akan berpengaruh pada kondisi keuangan perguruan tinggi terutama perguruan tinggi swasta. Sebaliknya kondisi keuangan sangat berpengaruh pada kebijakan-kebijakan dan program-program yang akan dilakukan oleh perguruan tinggi.
B. Manajemen Tata Kelolah Perguruan Tinggi Modern
Pengelola perguruan tinggi sudah sewajarnya memahami sistem manajemen tatakelolah perguruan tinggi modern, sehingga mampu mendesain, menerapkan, mengendalikan, dan meningkatkan mutu dan keni kinerja sistem pendidikan tinggi yang memenuhi kebutuhan masyarakat modern. Hal ini dimaksudkan agar setiap lulusan dari perguruan tinggi mampu dan cepat beradaptasi dengan kebutuhan dunia kerja modern. Perkembangan kehidupan masyarakat sekarang ini, dimana telah terjadi pergeseran demografis dan gaya hidup akan berdampak bisnis pada perguruan tinggi. Kecenderungan yang dinamis berubah-ubah, munculnya inovasi teknologi komunikasi dan informasi, pengaruh ekonomi yang berkembang dengan adanya terobosan-terobosan bisnis baru. Kemudian persaingan untuk mendapatkan tenaga dosen (SDM) yang berkualitas, persaingan dalam merekrut lulusan-lulusan SMU/SMK yang berbakat. Ini semua akan mengubah pula pola paradigm perguruan tinggi dari fokus kegiatan pendidikan social image bergerak kearah kegiatan quality image.
Patrick Dixon dalam bukunya Future Wise : Six Faces of Global Change (2003), mengatakan masa depan bisnis dan kehidupan personal akan didominasi oleh 6 faktor yaitu fast (cepat), urban (pergeseran demografis), tribal (kesukuan), universal, radical dan ethical. Bila hal tersebut diaplikasikan dalam perguruan tinggi, maka ke depan perguruan tinggi harus mampu dan jeli melihat cepatnya perkembangan dunia, sehingga perguruan tinggi membutuhkan pemimpin yang mampu melihat ke depan. Perlu membuat perencanaan sejauh mungkin. Untuk menghadapi hal ini dunia pendidikan tinggi dituntut untuk lebih jeli dalam memanfaatkan perubahan atau lebih memperhatikan rencana yang akan dibuat di masa yang akan datang.
Globalisasi memberikan dampak positif bagi dunia pendidikan. Berikut ini adalah beberapa poin positif yang muncul dari globalisasi dalam dunia pendidikan:
1. Sistem Belajar Mengajar Yang Tidak Selalu Tatap Muka
Dampak positif pertama dalam bidang pendidikan yang ditimbulkan oleh arus globalisasi adalah adanya sistem pembelajaran online atau biasa disebut e-learning. Sistem pembelajaran ini tidak mengharuskan pendidik dan peserta didik untuk saling bertatap muka. Tentunya hal ini dapat menjadi pilihan bagi mahasiswa yang memiliki tingkat aktivitas yang tinggi, karena sistem e-learning biasanya dapat diakses kapan saja dan bersifat fleksibel.
Selain itu, sistem pembelajaran ini dapat menghemat biaya transportasi baik bagi pendidik maupun siswa, berbeda dengan sistem pembelajaran konvensional yang membutuhkan biaya transportasi untuk menunjang pendidikan. Komputer atau laptop dan jaringan internet merupakan elemen penting yang diperlukan untuk mengakses sistem pembelajaran online ini, oleh karena itu sistem pembelajaran ini masih terbatas penggunaannya.
2. Kemudahan Mengakses Informasi Pendidikan
Dampak positif globalisasi selanjutnya dalam bidang pendidikan adalah kemudahan dalam mengakses informasi pendidikan. Internet memberikan kemudahan bagi pendidik dan peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran, sebut saja dengan adanya situs yang menyediakan buku-buku dalam bentuk digital yang dapat diunduh dan dijadikan referensi dalam proses belajar mengajar. Buku elektronik atau e-book ini dapat diunduh dan dibaca langsung tanpa harus dicetak terlebih dahulu, sehingga menghemat penggunaan kertas.
3. Meningkatkan Kualitas Pendidik
Kemudahan mengakses informasi pendidikan secara langsung dapat meningkatkan kualitas pendidik. Kemudahan di era globalisasi ini harus dimanfaatkan secara optimal oleh guru, karena saat ini guru dapat leluasa melihat tren pembelajaran di dunia, dan mencari referensi dari negara-negara paling maju di dunia yang berguna dalam proses belajar mengajar. Dengan memaksimalkan teknologi dan informasi di era globalisasi, kualitas guru akan terus meningkat.
4. Peningkatan Kualitas Pendidikan
Akibat derasnya arus globalisasi, metode pembelajaran yang semula sederhana kini berubah menjadi metode pendidikan berbasis teknologi. Kemajuan teknologi yang semakin canggih ternyata berdampak positif bagi peningkatan kualitas pendidikan. Misalnya, pada zaman dahulu seorang guru harus menulis di papan tulis menggunakan kapur. Kini dengan teknologi, guru dapat menggunakan komputer dan internet untuk menggabungkan tulisan, gambar, suara, video bahkan film untuk mempermudah penyampaian ilmu, termasuk pengajaran klimatologi.
5. Mendorong Mahasiswa Membuat Karya Inovatif
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi bagi suatu lembaga pendidikan seharusnya dapat dimanfaatkan untuk mendorong peserta didik menciptakan karya yang inovatif. Sistem pembelajaran tradisional yang hanya satu arah nampaknya dapat menghambat perkembangan siswa, oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran baru seperti metode yang berorientasi pada siswa yang nantinya dapat merangsang daya pikir siswa dan juga meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.
Salah satu ciri globalisasi pendidikan yaitu ditandai dengan munculnya superbrand dan tekanan besar dalam mengelola perguruan tinggi yang lebih efisien dan efektif dengan menggunakan teknologi baru, berakibat pada realita globalisasi yang akan mendominasi hubungan antara perguruan tinggi dengan pesaingnya, karena itu perguruan tinggi harus merespons perubahan-perubahan eksternal. Faktorlingkungan internal perguruan tinggi diperbaiki agar menjadi kuat dan kompetitif agar perguruan tinggi tersebut dapat bertahan, dan bila diperlukan dapat melakukan merger, akuisisi, atau kemitraan.
Perguruan tinggi kekinian harus mampu menerapkna manajemen tatakelolah modern dengan menciptakan iklim organisasi PT yang sehat, SDM pengelolah yang unggul, sistem, aturan dan prosedur pendidikan, akademik dan penjaminan mutu yang baik, serta sarana dan fasilitas pendidkkan yang memadai. Hal ini menjadi fokus kunci dalam menejemen tatakelolah perguruan tinggi. Implementasi dari fokus kunci dalam menejemen tatakelolah perguruan tinggi ini akan akan dapat mendorong lahirnya inovasi. Inovasi tersebut dapat berupa program layanan, metode, teknologi, proses dan komponen lainnya. Inovasi tersebut dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi perguruan tinggi tersebut.
Manajemen tata kelolah perguruan tinggi modern tentu sangat berperan dalam membentuk citra suatu perguruan tinggi di masyarakat. Untuk membentuk citra perguruan tinggi selain meningkatkan promosi dengan mengemas pendidikan dengan sedemikian rupa, yang tidak kalah pentingnya adalah meningkatkan kinerja manajemen perguruan tinggi, saat ini manajemen perguruan tinggi seharusnya memandang bahwa proses pendidikan tinggi adalah suatu yang dinamis, yang dimulai dari ide-ide untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, pengembangan kurikulum, proses pembelajaran dan bertanggungjawab mempersiapkan lulusan sesuai kebutuhan masyarakat. Penting bagi perguruan tinggi untuk memiliki kemampuan manajemen dan kapasitas perencanaan yang memadai.
Dalam penerapan Total Quality Management in Education, Vincent Gaspersz mengutip dari Spanbauer (1992) tentang paradigma baru dan paradigma lama yang dianut oleh manajemen perguruan tinggi, sebagai berikut.

Berdasarkan perubahan paradigma yang terjadi pada manajemen tata kelolah perguruan tinggi, maka ada beberapa strategi yang dapat digunakan oleh perguruan tinggi, meliputi :
a. Strategi Integrasi
1. Integrasi ke depan, yaitu memiliki atau meningkatkan kendali atas distributor. Contoh : membuka tempat pendaftaran di sekolah atau tempat-tempat umum.
2. Integrasi kebelakang, yaitu mencoba memiliki atau meningkatkan kendali atas sekolah yang merupakan pemasok. Contoh : dengan membuka sekolah sendiri atau memberikan jasa konsultasi atau bantuan-bantuan kepada sekolah (bukan hanya berbentuk dana tetapi juga bimbinganbimbingan)
3. Integrasi horizontal, yaitu mencoba memiliki atau meningkatkan kendali atas para pesaing. Contoh : mengakuisisi perguruan tinggi lain.
b. Strategi Intensif
1. Penetrasi pasar, yaitu mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk jasa
2. yang sudah ada sekarang melalui usaha pemasaran atau promosi yang lebih gencar. Contoh : meluncurkan kampanye iklan untuk melesatkan posisinya melebih pesaing
3. Pengembangan pasar, yaitu memperkenalkan jasa yang diberikan ke wilayah geografi baru. Contoh : perguruan tinggi di Jakarta mengakuisisi perguruan tinggi di daerah.
4. Pengembangan produk, yaitu mencoba meningkatkan penerimaan mahasiswa dengan memperbaiki pelayanan yang ada atau mengembangkan yang baru. Contoh : membuka program studi baru.
c. Strategi Diversifikasi
1. Diversifikasi konsentris, yaitu menambah jasa / pelayanan baru tetapi yang masih terkait. Contoh : membuka kursus-kursus atau pelatihan-pelatihan.
2. Diversifikasi horizontal, yaitu menambah pelayanan atau jasa baru, yang tidak terkait untuk pelanggan yang sudah ada. Contoh : Perguruan tinggi di Jakarta melakukan merger operasi dengan Perguruan Tinggi di daerah.
3. Diversifikasi konglomerat, yaitu menambah pelayanan atau jasa baru, yang tidak terkait untuk para pelanggan baru. Contoh : Perguruan tinggi mengakuisisi Perusahaan.
c. Strategi Defensif
1. Rasionalisasi biaya, yaitu merekstrukturisasi dengan cara mengurangi biaya dan asset agar dapat meningkatkan penjualan dan keuntungan.
2. Contoh melakukan penghematan dengan jalan mematikan lampu-lampu apabila tidak dipakai, atau mem-PHK karyawan yang tidak perlu
3. Divestasi, yaitu menjual suatu divisi atau bagian dari Perguruan Tinggi. Contoh : menghapus satu atau beberapa bagian pada Perguruan Tinggi
4. Likuidasi, yaitu menjual semua aset sebuah Perguruan Tinggi secara bertahap sesuai dengan nilainya yang terlihat.
Untuk menentukan jenis strategi yang akan digunakan, perguruan tinggi perlu mengetahui kondisi perguruan tinggi tersebut dengan melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal perguruan tinggi. Dapat menggunakan analisis SWOT. Disamping itu, setelah melihat perkembangan dunia pendidikan tinggi yang sangat pesat dewasa ini seyogyanya manajemen perguruan tinggi meningkatkan kinerja perguruan tingginya karena apabila tidak, maka lambat laun perguruan tinggi tersebut akan tertinggal atau kalah bersaing dan bukan tidak mungkin akan tutup (likuidasi).
Salah satu cara untuk meningkatkan nilai jual Perguruan tinggi adalah dengan memperoleh akreditasi yang dilakukan pemerintah melalui akreditasi program studi lewat Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinngi (BAN-PT). Tetapi melihat perkembangan perguruan tinggi saat ini hal ini tidak cukup memadai dan juga belum dapat dijadikan nilai jual karena kini perguruan tinggi berlomba mengemas dan menonjolkan beberapa program unggulan lain, diantaranya dengan melakukan kerjasama dengan dunia industri, kerjasama internasional dengan perguruan tinggi asing (melalui program transfer, sandwich, double degree), pengakuan dari organisasi profesi di luar negeri atau sertifikasi kendali mutu yang biasa dilakukan dunia industri (seperti ISO 9001). Untuk melakukan kerjasama internasional atau mendapat pengakuan organisasi profesi di luar negeri tentu saja sarana dan prasarana yang miliki perguruan tinggi harus memadai pun mutlak diperlukan. Seperti ruang kuliah dan peralatan yang mendukung, perpustakaan dengan buku yang memadai serta perpustakaan multimedia, laboratorium untuk disiplin ilmu yang memerlukan (komputer, bahasa, dan lain-lain),
Bengkel-bengkel kerja atau ruang workshop untuk program studi-program studi, ruang ekspresi dan kreatifitas untuk mahasiswa mengembangkan diri dalam bidang seni dan budaya, aula atau auditorium untuk pelaksanaan seminar, atau kegiatan-kegiatan mahasiswa, lapangan olah raga, dan lain-lain. Penggunaan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar pun mutlak diperlukan, sehingga mahasiswa tidak lagi tertinggal pada saat memasuki dunia kerja. Para tenaga pengajar pun dituntut memberikan kuliah dengan materi-materi yang up to date tidak lagi dengan sistem satu arah, tetapi diskusi-diskusi tentang perkembangan dunia dewasa ini dikaitkan dengan materi kuliah dan penerapannya dalam dunia usaha. Apabila hal tersebut hal tersebut dilakukan perguruan tinggi, bukan tidak mungkin animo masyarakat khususnya lulusan SMU dan SMK tertarik untuk masuk dalam perguruan tinggi tersebut.
C. Strategi Membangun Keunggulan Bersaing
Keunggulan bersaing harus menjadi program penting perguruan tinggi sekarang ini, karena persaingan sektor jasa pendidikan dikalangan perguruan tinggi khususnya perguruan tinggi swasta (PTS) dalam memperebutkan “pasar” mahasiswa ini cukup berat. Jumlah perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia saat ini cukup banyak. Menurut Ketua Umum Pengurus Pusat Asosiasi perguruan Tinggi Swasta (APTISI), dalam www.pts.co.id/kondisi.asp/Kondisi dengan jumlah institusi yang mencapai 2678 sedangkan diketahui jumlah mahasiswa Indonesia hanya 1.706.800 orang, maka jumlah rata-rata mahasiswa di PTS hanya sekitar 600-an orang. Hampir semua perguruan tinggi swasta merasakan dampak hebatnya persaingan dalam mendapatkan mahasiswa. Hal ini bisa dilihat dari prosentase jumlah mahasiswa setiap tahun yang mengalami penurunan sehingga menyebabkan sekitar 30%-40% PTS di Indonesia tengah menuju kebangkrutan.
Menghadapi persaingan perguruan tinggi, dari dalam maupun luar negeri, maka penyelenggara pendidikan tinggi perlu mengelola organisasinya seperti layaknya suatu bisnis, dengan tidak meninggalkan aspek idialnya, melalui penerapan konsep pemasaran. Pemasaran yang hanya memperhatikan aspek produk, promosi, distribusi, serta harga jual (4P) tidak lagi mencukupi. Setiap individu dalam organisasi harus mampu melihat visi, misi, yang kemudian ditunjang dengan penyusunan strategi maupun taktik yang tepat sehingga mampu menciptakan sustainable competitive advantage bagi perusahaan tersebut (Gunawan, 1999).
Sebuah lembaga pendidikan dapat berkembang dan disegani sekaligus dicintai oleh civitas akademika dan masyarakat kalau lembaga beserta perangkatnya dapat selalu menyesuaikan dirinya agar mampu berkompetisi, dan bila mungkin menjadi pemimpin pasar pada bidangnya. Persaingan di tingkat lokal, regional dan global akan membawa dampak perubahan yang cepat dan sulit diprediksikan (unpredictable). Perubahan harus diantisipasi agar perusahaan tetap eksis dan berada di depan para pesaingnya dengan menciptakan sustainable competitive advantage.
Bagaimanakah menyusun perencanaan strategis keunggulan bersaing perguruan tinggi swasta?
1. Konsep
a. Strategi
Gerry Johnson dan Kevan Scholes (dalam buku “Exploring Corporate Strategy”) mendefinisikan strategi sebagai arah dan cakupan jangka panjang organisasi untuk mendapatkan keunggulan melalui konfigurasi sumber daya alam dan lingkungan yang berubah untuk mencapai kebutuhan pasar dan memenuhi harapan pihak yang berkepentingan (stakeholder). Menurut Sondang Siagian, strategi adalah cara terbaik untuk mempergunakan dana, daya tenaga yang tersedia sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan. Menurut Chandler, strategi adalah penuntun dasar goal jangka panjang. Strategi adalah rencana, metode atau serangkaian manuver atau siasat untuk mencapai tujuan atau hasil tertentu.
Strategi menurut Steinner dan Minner adalah penempatan misi, penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal dalam perumusan kebijakan tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai. Strategi adalah sejumlah keputusan dan aksi yang ditujukan untuk mencapai tujuan (goal) dan menyesuaikan sumber daya organisasi dengan peluang dan tantangan yang dihadapi dalam lingkungan organisasinya.
b. Perencanaan Strategis
Perencanaan Strategis adalah dokumen yang dengan jelas menerangkantujuan organisasi dan menetapkan sasaran yang realistis dan obyektif (konsisten dengan misi) dalam jangka waktu tertentu.
c. Strategi Keunggulan Bersaing Berkelanjutan (Sustainable Competitive Advantage)
Competitive strategy is generally defined as an integrated set of actions taken by a firm that produce a sustainable advantage over competitors, (Varandarajan, et all: 1990, 98). Perusahaan dikatakan memiliki keunggulan yang berkesinambungan hanya bila konsumen merasakan adanya perbedaan antara produk perusahaan dan pesaingnya, perbedaan tersebut muncul karena adanya gap kapabilitas, dan gap tersebut dapat dipertahankan.
Untuk menghadapi kekuatan persaingan, Porter (1980, hal. 35) mengemukakan perlunya strategi yang dikenal dengan nama strategi generic yang merupakan cara mendasar bagi perusahan untuk mencapai profitabilitas di atas rata-rata industri dengan memiliki sustainable competitive advantage. Strategi generic terdiri dari 3 macam yaitu:
1. Strategi Keunggulan biaya menyeluruh,; mencapai keunggulan biaya menyeluruh dalam industri melalui seperangkat kebijakan fungsional yang ditujukan kepada sasaran pokok.
2. Strategi Diferensiasi, adalah diferensiasi produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan, yaitu menciptakan sesuatu yang dirasakan oleh keseluruhan industri sebagai hal yang unik. Pendekatan untuk melakukan diferensiasi dapat bermacama-macam bentuknya; citra rancangan atau merek (brand Image), teknologi, karakteristik khusus, pelayanan pelanggan, jaringan penyalur, atau dimensi-dimensi lainnya.
3. Strategi Fokus, adalah memusatkan (focus) pada kelompok pembeli, segmen lini produk, atau pasar geografis tertentu.
d. Perencanaan Strategis Keunggulan Bersaing
Perencanaan strategis keunggulan bersaing adalah dokumen yang dengan jelas menerangkan tujuan organisasi dan menetapkan sasaran yang realistis dan obyektif (konsisten dengan misi) dalam jangka waktu tertentu dalam rangka meyakinkan masyarakat bahwa perguruan tinggi memiliki keunggulan dibandingkan dengan pesaingnya. Adapun keunggulan perguruan tinggi yang dimaksud adalah kompetensi utama dan adanya nilai tambah
2. Implementasi
Implementasi strategis keunggulan bersaing perguruan tinggi swasta yang dapat diterapkan yaitu, strategi keunggulan biaya menyeluruh, differensiasi Strategy dan Focused Strategy.
a. Strategi Keunggulan Biaya Menyeluruh
Keunggulan biaya barangkali merupakan strategi generik yang paling jelas. Strategi ini menekankan pada pembuatan produk dengan biaya yang rendah untuk konsumen yang sangat mernperhatikan harga. Dalam strategi ini, perguruan tinggi harus mengupayakan sebuah program kebijakan berkaitan dengan penetapan harga atau biaya pendidikan yang relatif rendah meskipun mutu, pelayanan dan bidang-bidang lainnya tidak dapat diabaikan. Namu, untuk menjadi perguruan tinggi yang memiliki keunggulan biaya apabila kumulatifnya dalam melakukan semua aktivitas nilai lebih rendah daripada biaya pesaingnya.
Perguruan tinggi yang dapat mencapai dan mempertahankan keunggulan biaya menyeluruh maka akan menjadi institusi pendidikan yang prestasinya diatas rata-rata industrinya asalkan dapat mengatur agar harganya setingkat atau mendekati harga rata-rata. Dengan harga sama atau lebih rendah dibandingkan pesaing-pesaingnya. Namun, penentuan biaya bergantung pada sejumlah faktor struktural yang mempengaruhi biaya. Untuk mencapai keunggulan biaya menurut Porter:
1. Mengendalikan penentu biaya. Institusi pendidikan dapat mencapai keunggulan dalam kaitannya dengan penentu biaya aktivitas nilai yang mewakili proporsi signifikan dari biaya total.
2. Mengkonfigurasikan ulang rantai nilai. Institusi pendidikan dapat melakukan cara berbeda dan lebih efisien untuk mendesain, memproduksi, mendistribusi atau memasarkan produk. Untuk mencapai strategi keunggulan biaya, maka jalan yang ditempuh adalah dengan melakukan penguangan biaya agar produsen dapat menjadi produsen dengan biaya yang rendah (low cost).
Untuk dapat meminimalkan biaya-biaya yang timbul selama perguruan tinggi melakukan aktivitas-aktivilas nilai, maka aktivitas yang hanya menyerap biaya tanpa memberikan nilai tambah harus direduksi. Menurut Hansen dan Mowen (1997:396) analisa aktivitas dapat mengurangi biaya dengan empat cara, yaitu :
1. Pengurangan biaya dengan menghilangkan aktivitas yang harus dihilangkan sehingga badan usaha dapat mengurangi biaya - biaya yang dikonsumsi untuk melaksanakan aktivitas tersebut. Pengurangan biaya dengan melakukan aktivitas dari serangkaian aktivitas yang diperlukan untuk melaksanakan berbagai strategi yang kompetitif.
2. Pengurangan biaya dengan mengurangi waktu dan sumber daya yang diperlukan oleh suatu aktivitas. Cara ini ditujukan terhadap efisiensi value added activities atau terhadap perbaikan sebagai strategi jangka pendek sampai aktivitas tersebut dihilangkan. Hal ini dilakukan untuk aktivitas yang bagi konsumen merupakan aktivitas yang tetapi bagi perusahaan merupakan aktivitas yang
3. Pengurangan biaya dengan menaikkan efisiensi aktivitas penambah nilai dengan meningkatkan sampai ke tingkat skala ekonomi. Jumlah penentu biayanya meningkat tanpa meningkatkan total biaya aktivitas itu sendiri. Sebagai contoh, sebuah produk baru dapat didesain dengan menggunakan komponen yang telah digunakan oleh produk lain. Dengan menggunakan komponen yang telah ada, aktivitas yang berhubungan dengan komponen tersebut telah tersedia dan dapat menghindarkan badan usaha untuk melakukan serangkaian aktivitas yang baru. dapat membantu menekan biaya - biaya yang dikeluarkan perusahaan
4. dengan mereduksi aktivitas-aktivitas yang tidak memberikan nilai bagi konsumen dan bagi perusahaan. Dengan melakukan cost reduction perusahaan diharapkan dapat memperoleh keunggulan bersaing dalam dunia usaha melalui keunggulan biaya.
PTS harus menyadari bahwa biaya adalah faktor yang penting dalam persaingan. Oleh karena itu pihak manajemen harus berusaha menerapkan prinsip keunggulan biaya menyeluruh, sebagaimana Hansen dan Mowen, dengan analisa terhadap aktivitast :
1. Menghilangkan aktivitas yang harus dihilangkan. Dalam hal ini bagian akademik bisa melakukan evaluasi terhadap semua prosedur kegiatan akademik. Dimulai dari kegiatan penerimaan mahasiswa baru, masa orientasi, kegiatan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, KP, KKL, TA, Skripsi, Wisuda, dan alumni. Masing masing dapat di evaluasi dari prosedur kerja, instruksi kerja hingga dokumen/borangnya. Kemudian diterbitkan prosedur kerja, instruksi kerja serta borang yang baru.
2. Pengurangan waktu dan sumber daya yang digunakan. Dalam hal ini hendaknya dilakukan evaluasi terhadap waktu yang digunakan untuk mengadakan pelayanan kepada mahasiswa, misalnya waktu pengumpulan soal ujian, penyerahan nilai, pembimbingan KRS, KP, KKL, TA dan Skripsi.
3. Peningkatan efisiensi suatu kegiatan. Hendaknya kegiatan kemahasiswaan, dosen dan karyawan diarahkan dalam rangka peningkatan citra PT terhadap masyarakat, sehingga terdapat efisiensi biaya dari sisi biaya pemasaran.
4. Menghilangkan aktivitas yang tidak memberikan nilai baik konsumen maupun institusi. Aktivitas yang merugikan mahasiswa, melemahkan citra kompetensi dari staf/karyawan maupun dosen hendaknya diminimalisir.
b. Differentiation Strategy
Yaitu Strategi memberikan penawaran yang berbeda dibandingkan penawaran yang diberikan oleh kompetitor. Strategi differensiasi mengisyaratkan institusi mempunyai jasa pendidikan yang mempunyai kualitas ataupun fungsi yang bisa membedakan dirinya dengan pesaing. Strategi differensiasi dilakukan dengan menciptakan persepsi terhadap nilai tertentu pada konsumennya. Misalnya: persepsi mengenai keunggulan kompetensi, inovasi pembelajaran, pelayanan yang lebih baik, brand image yang lebih unggul, dan lain-lain. Dalam hal ini PTS melalui program pemasaran terpadu harus merancang komunikasi yang baik kepada masyarakat sebagai institusi pendidikan tinggi yang melahirkan sarjana terdidik dan terlatih.
Strategi perencanaan komunikasi yang dapat digunakan ada dua jenis, yaitu proactive strategies, yakni strategi komunikasi yang muncul atas inisiatif organisasi sesuai dengan rencana organisasi sebelumnya. Sedangkan reactive strategies adalah strategi yang merupakan reaksi atas pengaruh lingkungan dan peluang dari lingkungan organisasi (Smith, 20005:82). Strategi yang digunakan dalam perencanaan program komunikasi ini adalah proactive strategies. Proactive strategies ini terdiri dari action atau aksi dan communication atau komunikasi yang keduanya saling berkaitan, yakni:
1. Action Strategies
a. Organizational Performances, meyakinkan bahwa PT adalah organisasi memiliki kualitas yang terbaik bagi konsumen, yakni dengan membuktikan atau mengkomunikasikan bahwa PT sebagai institusi pendidikan tinggi yang berkualitas dan sesuai dengan tuntutan perkembangan dunia kerja.
b. Audience Participation, menggunakan taktik komunikasi dua arah dan melakukan aktivitas yang secara langsung melakukan kontak dengan produk atau jasa yang dihasilkan organisasi, diantaranya dengan cara memberikan kesempatan kepada audience memberikan feedback atas pesan yang seudah disampaikan dalam rangka melakukan outside in, misalnya dengan diadakannya survey untuk mengetahui pendapat dari siswa/i atau lulusan SMA tentang universitas atau fakultas yang menurut mereka layak untuk menjadi pilihan selain PTN, dialog atau memberi informasi dan menjawab berbagai pertanyaan tentang PT dengan menyediakan layanan tanya jawab di website id dan toll-free phone number. Perguruan tinggi juga dapat melakukan kegiatan seminar, ataupun kegiatan-kegiatan pelatihan kepada siswa/siswi SMU/SMK, atau kepada pegawai pemerintahan yang bertujuan untuk untuk membangun minat mereka pada pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan bidang tertentu, dengan cara mengundang perwakilan siswa/siswi SMA untuk mengikuti perkuliahan yang dilakukan oleh dosen tamu (praktisi atau profesional).
c. Special events, sebagai triggering events, misalnya dengan mengadakan lomba. Seperti Lomba membuat majalah dinding, lomba membuat proposal event bagi siswa/siswi SMA dan umum. Mengadakan berbagai lomba olah raga seperti basket, futsal, sepak bola dan taek kwondo, atau mengadakan kampus Fair (acara tahunan), yang berisi education expo semua Program Studi, bazaar berbagai produk seperti buku, dan pernak-pernik lainnya dan dalam kegiatan tersebut bisa menghadirkan publik figur seperti artis, dsb. Perguruan tinggi dapat pula mengadakan kegiatan open house di kampus yang ditujukan kepada masyarakat umum dan siswa/siswi SMA, mengikuti education expo dan melakukan education gathering seperti seminar dan workshop dengan menghadirkan pembicara seperti ahli/pakar dalam bidang tententu ataupun , tokoh atau praktisi bisnis, dan lain sejenisnya.
d. Aliances and coalitions, misalnya dengan melakukan kerja sama (aliansi) dengan SMU/SMK, instansi pemerintah, dengan perusahaan dan lembaga swasta lainnya. Melakukan kerja sama (koalisi) dengan berbagai media massa untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
e. Sponsorship, untuk kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan tujuan ataupun sasaran program, dalam hal ini kegiatan yang dilakukan oleh target market, yakni dengan memberikan sponsor pada acara, lomba, dan kegiatan lainnya.
f. Strategic Philanthropy, ini dilakukan untuk memperoleh keuntungan berupa reputasi yang baik atau biasa disebut dengan corporate social responsibility, yakni dengan memberikan beasiswa berupa beasiswa penuh dan beasiswa berupa potongan 50% biaya kuliah kepada lulusan SMU/SMK berprestasi mauapun mahasiswa berprestasi, dan lain sebagainya.
2. Communication Strategies.
Communication strategies, yakni komunikasi media massa tentang organisasi, orang, produk, jasa maupun gagasan untuk mendapatkan dukungan masyarakat. Biasanya dengan menggunakan tokoh yang memiliki kredibilitas tinggi, news worthy information untuk mendapatkan perhatian dari media dengan menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan terbuka dan dapat diamati untuk memperoleh pemahaman dan dukungan terhadap organisasi.
Setelah strategi aksi dan respon dirumuskan, maka pesan komunikasi yang efektif pun dirumuskan. Yang perlu diperhatikan dalam perumusan pesan yang efektif adalah komunikator yang akan menyampaikan pesan, pendekatan yang digunakan dalam menyusun pesan, struktur pesan termasuk kata dan simbol yang akan digunakan. Salah satu model komunikasi yang dapat digunakan dalam perencanaan komunikasi adalah model informatif, persuasif dan dialog untuk mendapatkan pemahaman yang saling menguntungkan. Spoke person yang digunakan adalah menggunakan beberapa company spoke person meliputi Manajer Pemasaran, Bagian Kerja Sama, atau Humas perguruan tinggi.
Mereka harus dapart menyampaikan pesan yang konsisten atas nama kampus. Dan tentunya mereka adalah orang-orang yang memiliki kredibilitas, karisma dan kekuasaan untuk dapat menarik perhatian dan mempengaruhi target market. Sedangkan struktur pesan yang dapat digunakan adalah argumen dua sisi (two sided argument) mengingat audience yang berpendidikan SMU yang dapat dikategorikan memiliki latar belakang pendidikan cukup tinggi. Dan dalam memberikan penjelasan mengunakan kata-kata yang tepat, bahasa yang sederhana sesuai dengan bahasa remaja dan orang tua. Pesan yang dirumuskan dengan menggunakan rational approach, misalnya menyampaikan informasi mengenai beberapa keuntungan menjadi mahasiswa di perguruan tinggi dan termasuk kelebihan program studi yang dimiliki perguruan tinggi tersebut.
Pesan diperkuat dengan bukti atau verbal evidence yaitu dengan cara melakukan perbandingan dengan perguruan tinggi yang lain berdasarkan perhitungan statistik kesempatan kerja dan testimonial dari lulusan atau alumni perguruan tinggi tersebut yang telah sukses. Komunikasi verbal ini diperkuat juga dengan penggunaan komunikasi non verbal berupa penggunaan warna yang konsisten dan menjadi identitas dari perguruan tinggi yang dipakai diseluruh atribut atau artefak yang berkaitan dengan perguran tinggi tersebut.
c. Focused Strategy
Dalam banyak industri ada perusahaan yang mendominasi keunggulan. Kunci untuk bersaing dengan perusahaan yang semacam itu biasanya menggunakan jenis strategi fokus. Salah satu perusahaan yang mendominasi bisa mendapatkan keunggulan yang tinggi, yang bisa digunakan untuk mensubsidi bagian yang lain dari bisnis tersebut. Penekanan strategi fokus, apakah itu melibatkan harga rendah, diferensiasi, atau keduanya, berkonsentrasi pada sebagian dari pasar yang atau lini produk.
Suatu bisnis yang mengejar strategi fokus tidak berusaha untuk mengadakan persaingan silang dalam suatu pasar produk. Suatu hal bagi strategi fokus disebabkan bahwa suatu bisnis kekurangan sumber-sumber untuk bersaing dalam pasar produk dan harus memusatkan pasar layanannya agar menimbulkan pengaruh yang diperlukan untuk bersaing dengan efektif. Oleh karena itu perguruan tinggi harus memilih fokus pada tiga hal sebagai kunci kekuatannya dalam persaingan:
1. Biaya ringan
2. Kompetensi yang dihasilkan dalam proses pembelajaran
3. Profesional dibidang keilmuan (penguasaan pengetahuan dan keterampilan)
• Biaya Ringan
Hal ini menjadi titik kuat karena kondisi perkembangan ekonomi yang lambat, persaingan yang ketat, maka biaya ringan termasuk daya tarik yang cukup kuat. Meski hal ini harus juga ditunjukkan kualitas yang memadai. Kualitas yang dimaksud adalah sebagaimana ukuran kualitas suatu jasa. Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1990, p.26) menyebut lima dimensi penting yang menentukan tingkat service quality yaitu: Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance, dan Emphaty.
1. Tangibles
Mencakup soal penampilan dari fasilitas fisik, peralatan, dan personil.
2. Reliability
Menunjukkan kemampuan dari produsen unutk melakuakn service yang dijanjikan secara ceramat dan tepat. Seorang produsen yang gampang mengumbar janji akan mudah terkena cacat didalam bidang reliability ini.
3. Responsiveness
Mencerminkan keinginan untuk membantu konsumen dan memberi service yang baik. Jika ada masalah yang timbul, seberapa tanggap si produsen ingin membantu pemecahannya.
4. Assurance
Salah satu faktor yang penting disini adalah competence. Hal ini berkaitan dengan adanya tingkat pengetahuan dan ketrampilan untuk melayanai konsumen. Walaupun sudah dikatakan bahwa porang yang berhadapan langsung dengan konsumen harus melayani konsumen dengan baik, tapi kalau tidak dibekali dengan knowledge dan skill yang memadai, hal tersebut tentunya tidak dapat terlaksana dengan baik. Tingkat kompetensi yang memadai ditambah dengan keramahan (courtesy), kredibilitas (credibility) dan keamanan (assurance) bagi konsumen. Seringkali konsumen rela membayar mahal untuk kemanan yang dia terima.
5. Emphaty
Pertama– tama produsen harus mudah diakses. Kalau untuk menyampaikan keluhan saja sudah sukar, bagaimana proses emphaty bisa berjalan. Setelah itu harus terjadi proses komunikasi dua orang antara produsen dan konsumen. Berempati tidak berarti menuruti semua tuntutan konsumen, terutama yang tidak masuk akal. Tapi paling tidak produsen harus menunjukkan bahwa dia mau mengerti masalah konsumen dari sudut pandang mereka.
• Kompetensi yang kuat dihasilkan dalam proses pembelajaran
Hendaknya ditentukan dari sekian kompetensi yang paling kuat bisa dihasilkan dalam proses pembelajaran. Pada perguruan tinggi, ada berbagai macam fakultas, prodi atau jurusan. Tentunya, pada dunia kerja dan industri dikenal luas beraneka ragam profesi. Hal ini mengandung arti bahwa para alumni perguruan tinggi harus mampu mengembangkan ilmu yang dimilikinya sesuai dengan tuntutan kebutuhan dunia kerja atau industri. Dengan berbekal ilmu dasar yang telah diperoleh selama belajar di perguruan tinggi, ditambah dengan sikap positif, kemauan keras, kerja cerdas, dan berani bertindak.
• Profesional dibidang keilmuan (penguasaan pengetahuan dan keterampilan)
Hasil survey Stanford Research Institute, Harvard University & Carnegie Foundation menyimpulkan, bahwa lima belas persen (15 %) dari alasan mengapa seseorang berhasil meraih keberhasilan dalam pekerjaan banyak ditentukan oleh penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengenai profesi. Bagaimana yang 85 %? Delapan puluh lima persen dari mereka yang meraih sukses, banyak ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan mengenai manusia. Oleh karena itu keyakinan bahwa keberhasilan mendidik mahasiswa, diantara faktor utama adalah kepribadian yang unggul. Hal inilah yang harus mendorong perguruan tinggi untuk secara sungguh-sungguh menyiapkan proses pembelajaran yang diarahkan untuk hal tersebut.
KESIMPULAN
Mutu pendidikan tinggi merupakan tuntutan sekaligus kebutuhan masyarakat, mahasiswa dan orang tua. Mutu pendidikan bertujuan melindungi masyarakat agar mereka mendapatkan hasil pendidikan sesuai dengan yang dijanjikan oleh penyelenggara pendidikan tinggi. Arah dan tujuan Pendidikan Tinggi harus relevan dengan situasi dan kondisi sekarang ini. Dengan kata lain, perguruan tinggi mampu menerjemahkan realitas yang ada ke dalam praktek pendidikan yang diselenggarakannya. Oleh karena itu, hal yang sangat penting bagi perguruan tinggi adalah perlunya meningkatan kinerja dalam meningkatkan mutu pendidikannya. Selain itu perlu juga diperhatikan:
1. Perlunya melakukan analisis baik internal maupun eksternal sehingga dapat mengetahui kondisi perguruan tinggi tersebut dan dapat memilih strategi yang paling efektif.
2. Manajemen perguruan tinggi harus menjalankan sistem dengan efektif dan efisien serta mengorientasikan pada kemampuan menyesuaikan terhadap perubahan termasuk SDM pengelolah, metode kerja, sistem, efektifitas dan kepekaan.
3. Merekrut tenaga pengajar yang bukan hanya akademisi tetapi juga praktisi-praktisi dalam bidangnya. Bertujuan agara mahasiswa dapat dibekali bukan hanya teori tetapi juga praktek di dunia usaha sehingga saat lulus mereka telah menjadi tenaga yang siap pakai.
4. Penyesuaian kurikulum. Hal ini perlu dilkukan karena tantangan akan kebutuhan lulusan pergruan tinggi yang siap pakai, oleh karena itu kurukulum dan proses pembelajaran harus diarahkan pada upaya mengembangkan penalaran, pemecahan masalah secara ilmiah serta menciptakan proses berpikir yang mampu mencari, mengolah dan menggunakan informasi sebagai kegiatan yang selalu melekat pada setiap kegiatan pembelajaran.
5. Menyediakan buku-buku yang up-to date ataupun bahan referensi terbaru yang mendukung prodi/jurusan yang diselenggarakan sehingga pengajar dan mahasiswa dapat mengetahui dan mempelajari hal-hal baru. (bukan hanya perpustakaan dalam bentuk buku tetapi juga perpustakaan dalam bentuk multimedia)
6. Menyediakan sarana dan fasilitas pendidikan dan pemebelajaran yang memadai.
7. Melakukan kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
Untuk dapat bertahan di tengah persaingan yang makin ketat, perguruan tinggi perlu menyusun perencanaan strategis keunggulan bersaing. Strategis keunggulan bersaing perguruan tinggi swasta yang dapat diterapkan yaitu, strategi keunggulan biaya menyeluruh, differensiasi Strategy dan Focused Strategy. Biaya rendah yang dapat dikomunikasikan dengan optimal kepada masyarakat akan menjadi pendorong calon mahasiswa untuk memilih perguruan tingi tersebut sebagai tempat pendidikan. Pembedaan berupa kompetensi yang khas di setiap bidang prodoi/jurusan akan menambah kepercayaan masyarakat terhadap perguruan tinggi tersebut. Sedangkan fokus pada citra yang diwujudkan dalam proses pembelajaran, berupa materi kuliah, kegiatan yang membentuk sikap profesional, menjadi kekuatan tersendiri bagi sebuah perguruan tinggi untuk tetap eksis di masa kini dan masa mendatang.
Referensi
BAN-PT, Konsep Akreditasi, http://www.ban-pt.or.id/id_konsep-akreditasi.htm 28 Oktober 2021
Depdiknas, Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Tinggi, http://www.dikti.org/UUno20th2003-Sisdiknas.htm 20 April 2011
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, http://www.dikti.org/pp_60_th_1999.htm, 21 Oktober 2021
Dixon, Patrick, Future Wise : Six Faces of Global Change, 2003
Kotler, Phillip. Marketing Management. The Millenium Edition. The Prentice Hall International. USA. 2000.
Gaspersz, Vincent , Penerapan Total Quality Managemen in Education (TQME) pada Perguruan Tinggi di Indonesia, http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/29/penerapan_total_quality_manage me.htm, 12 November 2021
George Steinner dan John Minner, Manajemen Startejik, (Jakarta : Erlangga, 2002) Porter, Michael E. Competitive Advantage: Creating and sustaining superior performance, The
Hansen, Don R., dan Mowen, Maryanne M., Akuntansi Manajemen, Jilid 1, Penerbit Erlangga. Berry,Zeithaml, and Parasuraman, "Five Imperatives for Improving Service Quality," Sloan Management Review, Summer 1990 Free Press, New York, NY, 1985
Kotler, Phillip. Marketing Management. The Millenium Edition. The Prentice Hall International. USA. 2000.
Smith, D. Ronald. Strategic Planning For Public Relations. Second Edition. Lawrence Erlbaum Associates Publisher. London. 2005
Sudiyono, Manajemen Pendidikan Tinggi, Rineka Cipta, 2004
Sondang Siagian, Analisys serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi, (Jakarta: PT.Gunung Agung, 1986).
Sondang P. Siagian, Manajemen Startejik, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001).
Comentários