Pentingnya IDE
IDE merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses kehidupan manusia.IDE yang cemerlang selalu dibutuhkan saat kita sedang mencari solusi dalam memecahkan masalah. Apapun jenis kegiatan, pekerjaan, usaha manusia untuk kelangsungan hidupnya tidak pernah terlepas dengan istilah IDE.
Ide yang sudah dinyatakan menjadi suatu perbuatan adalah karya cipta. Untuk mengubah ide menjadi karya cipta dilakukan serangkaian proses berpikir yang logis dan seringkali realisasinya memerlukan usaha yang terus menerus sehingga antara ide awal yang muncul di pikiran dan karya cipta satu sama lain saling bersesuaian sebagai kenyataan. Alam Pikiran Yunani menjangkaupengertian Ide Ideal atau Ide Sempurna.
Ide penelitian kadang menjadi hal yang sulit ditemukan. Kebanyakan dosen dan mahasiswa belum mampu menangkap ide-ide brilian secara sederhana untuk dilanjutkan menjadi sebuah riset ilmiah. Membaca, membaca, membaca dan mengamati perkembangan IPTEKS adalah bagian dari proses untuk menemukan ide dalam meneliti dan menulis.
TELISIK PERAN TEKNOLOGI DALAM PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
Saat ini kita berada pada zaman dimana kita harus bergerak secepat kilat jika kita ingin terus berada pada arus zaman.Segala sesuatunya berubah setiap kali matahari terbit dan tenggelam.Hari esok datang dengan berjuta perkembangan dan hal-hal baru.
Perkembangan teknologi sekarang ini telah banyak menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Banyak hal dari sektor kehidupan yang telah menggunakan keberadaan dari teknologi itu sendiri. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Demikian halnya dengan teknologi komunikasi yang merupakan peralatan perangkat keras dalam struktur organisasi yang mengandung nilai social yang memungkinkan individu untuk mengumpulkan, memproses dan saling tukar informasi (menurut Rogers, 1986).
Keadaan yang demikian, dimana sebuah teknologi mampu merubah sesuatu yang belum tentu dapat dilakukan menjadi sebuah kenyataan. Misalnya, kalau dahulu orang tidak dapat berbicara dengan orang lain yang berada di suatu tempat yang berjarak jauh, maka setelah adanya telepon orang dapat berbicara tanpa batas dan jarak waktu. Dari sinilah, semula dengan ditemukannya berbagai perangkat sederhana, mulai dari telepon, yang berbasis analog, maju dan berkembang terus hingga muncul berbagai perangkat elektronik lainnya. Hingga akhirnya teknologi ini berintegrasi satu dengan lainnya.
Teknologi komunikasi yang telah ada merupakan sebuah jawaban dari adanya perkembangan zaman. Hal ini terjadi karena semakin berkembang maju sebuah peradaban manusia maka teknologi pun akan terus mengalami perkembangan untuk meyelaraskan pola peradaban manusia itu sendiri. Untuk itu dalam makalah ini, penulis mencoba untuk membeberkan mengenai Perkembangan Teknologi Komunikasi dalam Bidang Pendidikan dan segala hal yang menyangkut di dalamnya.
Kata teknologi seringkali oleh masyarakat diartikan sebagai alat elektronik. Teknologi diadaptasikan pada segala aspek kehidupan, membuat hidup jadi lebih mudah dan menarik. Teknologi pun sedemikian rupa diaplikasikan untuk dunia pendidikan. Dengan adanya teknologi pendidikan mampu memecahkan masalah dalam dunia pendidikan terutama dalam bidang informasi.
Dalam inovasi pendidikan tidak bisa lepas dengan masalah revolusi metode, kurikulum yang inovatif, teknologi serta SDM yang kritis untuk bisa menghasilkan daya cipta dan hasil sekolah sebagai bentuk perubahan pendidikan. Untuk itu ada 5 (lima) teknologi yang dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik yaitu : sistem berpikir, desain sistem, kualitas pengetahuan, manajemen perubahan dan teknologi pembelajaran.
Teknologi dalam pendidikan bukan lagi suatu isu yang baru untuk dibincangkan. Pengajaran berasaskan teknologi seperti komputer, kalkulator saintifik, perisian dinamik bergrafik maupun media teknologi sering digunakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Terdapat beberapa strategi pembelajaran yang boleh digunakan oleh guru untuk mengaplikasikan teknologi dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Antaranya menggunakan paparan multimedia, internet yang kaya dengan teknologi terkini. Untuk memastikan teknologi digunakan di dalam kelas, maka guru perlu mempunyai persepsi dan kesediaan terhadap teknologi yang digunakan. Ini kerana persepsi guru terhadap teknologi pendidikan memainkan peranan yang penting sebagai faktor yang menentukan tercapainya tujuan pendidikan.
Pengembangan sistem pendidikan terkini, seharusnya merupakan perubahan yang mendasar dan menyeluruh, atau lazim disebut dengan reformasi pendidikan. Namun harus diakui bahwa reformasi dalam teknologi pendidikan perlu diimbangi dengan SDM (sumber Daya Manusia) yang handal dan terampil dalam menggunakan teknologi yang ada. Sehingga dengan kemajuan teknologi yang begitu cepat, SDM Indonesia mampu menggunakan serta pemerintah mampu mempasilitasi keberadaan teknologi yang semakin cangih secara merata disetiap instansi kependidikan.
Dalam bukunya Soedijarto (2008:1) dikatakan kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan. Oleh karena itu pendidikan sebagai sarana dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia.
Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar. Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.
Yang dirasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan di dalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah dimembandingkan dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain. Sehingga dalam kenajuan teknologi pendidikan pemerintah dan masyarakat haus bekerjasama dengan intensif dalam membangun system pendidikan yang cocok dengan keadaan warga Indonesia.
Maka dari itu kemajuan teknologi pendidikan yang semakin canggih harus diimbangi oleh SDM yang berkualitas. Dalam mencetak SDM yang berkualitas pemerintah harus membuat suatu sistem yang cocok dengan perkembangan teknologi pendidikan yang selalu berubah.
Untuk itulah sistem pendidikan begitu penting dalam mengaplikasikan teknologi pendidikan didalam dunia pendidikaan baik itu pendidik maupun tenaga kependidikan. di sisi lain dibutuhkan ide cemerlang dari para pendidik, akademisi untuk terus menererus mengembangkan pendidikan dan ilmu pengetahuan dengan meneliti dan menulis khususnya di bidang ICT pendidikan agar dunia pendidikan Indonesia selalu sejalan dan selaras dengan perkembangan teknologi kekinian
PENELITIAN ICT BIDANG PENDIDIKAN
Setiap pengkajian ilmiah berusaha mencari kebenaran mengenai : hakekat sesuatu (ontologi), cara mendapatkan sesuatu (epistemologi), dan manfaat sesuatu (aksiologi). Dalam disiplin ilmi terapan, manfaat lebih diutamakan dari hakekat dan cara. Semua teknologi adalah disiplin terapan (Miarso, 2011;2).
Riset di bidang Information, Communication and Technologi (ICT) pendidikan sebagai satu disiplin ilmu sangat menarik dan menantang untuk di teliti. Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang kajian khusus ilmu pendidikan dengan objek forma “belajar” pada manusia secara pribadi atau yang tergabung dalam suatu organisasi.
Teknologi pendidikan mewadahi semua disiplin ilmu yang akan diselenggarakan dalam rangka pendidikan dan pembelajaran. Dalam kata lain, semua kegiatan pendidikan dan pembelajaran dapat mengintegrasikan teknologi pendidikan didalam proses penyampaiannya. Ibaratkan seperti aktifitas berkomunikasi melalui telepon genggam (handphone), isi (topik) pembicaraannya adalah disiplin ilmu “isi”, sedangkan telepon genggam (handphone) adalah teknologi pendidikan sebagai disiplin ilmu “kosong”. Karena itu teknologi pendidikan memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam pengembangan keilmuannya.
Sebagai salah satu disiplin ilmu, teknologi pendidikan juga berorientasikan kepada perubahan (perkembangan) cara hidup dan kebutuhan manusia. Inilah yang menyempurnakan teknologi pendidikan setaraf dengan disiplin ilmu lainnya, yaitu dengan adanya prinsip relevansi terhadap perkembangan dan perubahan. Sebuah penelitian tentang persepsi para pakar teknologi pendidikan tentang teknologi pendidikan dilaksanakan pada tahun 2005 silam. Penelitian tersebut berjudul “Perceptions and Opinions of Educational Technologists Related to Educational Technology”.
Para teknolog pendidikan cenderung mengembangkan persepsi teknologi pendidikan secara luas. Setiap teknologi adalah proses untuk meningkatkan nilai tambah (added value), sehingga perlu dihasilkan dan dimanfaatkan produk yang bervariasi, yang berada pada sistem yang luas.Persepsi tentang teknologi pendidikan sampai saat ini masih beragam. Bahkan masih banyak diantara kita menggunakan persepsi sempit, dan berpendapat bahwa teknologi pendidikan tidak lain dari cara mengajar dengan menggunakan alat bantu rupa-rungu (audio visual aids).
Menurut Creswell, Denzin & Lincoln dalam Miarso (2011) di katakan bahwa ada 2 pembagian penelitian dalam teknologi pendidikan yaitu positivistik dan pascapostivistik atau fenomenologik. Pendekatan positivistic dilakukan dalam pendekatan ilmu-ilmu eksakta dengan menggunakan pola statistik, yang didalamnya terdapat variabel yang dikontrol, pengacakan sampel, pengujian validitas dan realibilitas instrumen, dan ditujukan pada generalisasi sampel ke dalam populasi,
Sedangkan pendekatan atau penelitian pascapositivistik/fenomenologi berakar pada penelitian sosial seperti bidang etnografi, studi kasus, studi naturalistik, sejarah, biografi, dan teori membumi (grounded theory) dan studi deskriptif (Miarso, 2011:209).
Melihat kenyataan inilah terasa perlu untuk diketahui “Apa yang menjadi landasan ilmiah dari penelitian teknologi pendidikan ditinjau dari pendekatan ilmiah dan paradigma filsafat?” dan “Bagaimana Penelitian Teknologi Pendidikan menurut perkembangan Paradigma penelitian TP?”
secara umum semua ilmu pendidikan, kurikulum, teknologi pembelajaran, teknologi informasi, dan multimedia menjadi hal yang paling banyak diminati oleh para peneliti. Tujuan riset ilmiah teknologi pendidikan yaitu mempersiapkan pendidikan yang lebih luas dan berhubungan dengan kemampuan mempertahankan eksistensi pendidikan itu sendiri. Meneliti dalam bidang garapan teknologi pendidikan berawal dari 2 dimensi yaitu teoritis dan praktis yang bisa dijabarkan ke banyak bidang garapan penelitian.
Pentingnya memahami domain teknologi pendidikan sehingga hal tersebut dapat dijadikan pedoman dalam memulai bidang-bidang garapan penelitian teknologi bidang pendidikan. Berbagai perkembangan bidang ilmu teknologi pendidikan masa kini meliputi trend pengembang teknologi pembelajaran, trend multimedia, dan trend pengembang kurikulum.
Kedudukan Penelitian pada Teknologi Pendidikan
Menurut Sukmadinata (2008 : 2), Minimal ada empat sebab yang melatar belakangi orang melakukan penelitian termasuk dalam mengembangkan teknologi pendidikan sebagai bidang kajian.
Pertama, karena pengetahuan, pemahaman dan kemampuan manusia sangat terbatas dibandingkan dengan lingkungannya yang begitu luas. Banyak hal yang tidak diketahui, dipahami, tidak jelas dan menimbulkan keraguan dan pertanyaan tentang teknologi pendidikan baik yang berkenaan dengan landasan perkembangannya, sejarah dan berbagai aspek yang terkait dengan kawasan teknologi pendidikan. Ketidaktahuan, ketidakpahaman, dan ketidakjelasan seringkali menimbulkan rasa takut dan rasa terancam. Oleh karena itu, penelitian menjadi pilihan untuk menguraikan ketidakjelasan tersebut.
Kedua, manusia memiliki dorongan untuk mengetahui atau curiousity. Manusia selalu bertanya, apa itu, bagaimana itu, mengapa begitu dan sebagainya. Bagi kebanyakan orang, jawaban-jawaban sepintas dan sederhana mungkin sudah memberikan kepuasan, tetapi bagi orang-orang tertentu, para ilmuwan, peneliti dan para pemimpin dibutuhkan jawaban yang lebih mendalam, lebih rinci dan lebih komprehensif.
Pertanyaan-pertanyaan yang berangkat dari dorongan curiousity tersebut juga berlaku dalam teknologi pendidikan sebagai bidang kajian. Pertanyaan itu misalnya, bagaimana mengembangkan teknologi pendidikan, apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas teknologi pendidikan, dan berbagai pertanyaan lainnya. Jawaban dari berbagai pertanyaan itu tentunya harus lahir dari proses analisa berdasarkan data yang dapat dipertangungjawabkan secara ilmiah. Untuk kepentingan itu, maka penelitian dalam teknologi pendidikan berkedudukan sebagai alat untuk menyediakan data-data ilmiah dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Ketiga, manusia di dalam kehidupannya selalu dihadapkan kepada masalah, tantangan, ancaman, kesulitan baik di dalam dirinya, keluarganya, masyarakat sekitarnya serta dilingkungan kerjanya. Masalah, tantangan dan kesulitan tersebut membutuhkan penjelasan, pemecahan dan penyelesaian. Tidak semua masalah dan kesulitan dapat segera dipecahkan. Masalah-masalah yang pelik, sulit dan kompleks membutuhkan penelitian untuk pemecahan dan penyelesaiannya.
Keempat, manusia merasa tidak puas dengan apa yang telah dicapai, dikuasai, dan dimilikinya, ia selalu ingin yang lebih baik, lebih sempurna, lebih memberikan kemudahan, selalu ingin menambah dan meningkatkan “kekayaan” dan fasilitas hidupnya. Dari hasil penelitian, manusia dapat mengembangkan pengetahuan yang bermakna bagi kehidupan ilmiah maupun kehidupan sosial. Berangkat dari kerangka pikir tersebut di atas, maka berlaku pula dalam mengembangkan domain/kawasan teknologi pembelajaran. Sebab disadari bahwa setiap bidang kajian termasuk teknologi pembelajaran dapat berkembang secara maksimal bila didukung oleh pengkajian ilmiah yang dilakukan secara terus menerus.
Penelitian merupakan salah satu bentuk sistematis dari kegiatan pengkajian ilmiah. Jadi penelitian dalam domain/kawasan teknologi pendidikan berkedudukan sebagai model pengkajian ilmiah yang sistematis untuk menjawab dan memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam domain/kawasan teknologi pendidikan. Disamping itu, lewat penelitian akan dapat diketahui mengenai kelayakan dan efektifitas berbagai inovasi baru yang ditemukan dan dikembangkan pada ke lima kawasan teknologi pendidikan. Contohnya, pada kawasan desain. Ciri utama desain adalah adanya dugaan prinsip-prinsip dan prosedur-prosedurnya didasarkan pada hasil penelitian.
Maka dalam proses pengembangan sampai validasi produk harus dilakukan secara sistematis melalui mekanisme penelitian yang terencana dengan prosedur yang ketat pula. Hal ini dilakukan agar model desain pesan yang tengah kita kembangkan benar-benar valid dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Paradigma Penelitian Teknologi Pendidikan
Penelitian teknologi pendidikan tentang perbandingan media sudah banyak dilakukan sejalan dengan aplikasi teori behaviouristik, kemudian merambah ke arah perspektif media dan kognitif dan terakhir ke paradigma konstruktivistik. (Setyosari, 2012) Paradigma TEP 1977, telah memberi warna kajian TEP sebagai bidang garapan teori, praktek, kelembagaan, dan sumber belajar.
Menurut AECT 1977 dalam Setyosari, teknologi pendidikan adalah sebuah proses yang kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah dan merencanakan, mengeimplementasikan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah-masalah yang melibatkan seluruh aspek manusia.Perubahan terjadi setelah terjadi paradigma 1994.
Menurut Seels dan Richey dalam Setyosari (2012) definisi teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek, merancang, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, dan mengevaluasi proses-proses dan sumber-sumber untuk belajar. Definisi TEP 2004 dalam Setyosari (2012), menyatakan bahwa “Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropiate technological processes and resources.”
Dalam istilah kajian memuat pemahaman teoritik dan praktek tentang teknologi pendidikan, menuntut konstruksi dan penyempurnaan yang dilakukan secara terus menerus melalui upaya penelitian dan praktek secara reflektif. Artinya penelitian tidak hanya melalui kuantitatif dan kualitatif saja tapi juga melibatkan bentuk-bentuk analisis yang lain misalnya, analisis inkuiri seperti analisis teoritik dan filosofis, investigasi historis, proyek pengembangan, analisis kesalahan, analisis sistem, dan evaluasi. (setyosari, 2012).
Landasan Ilmiah Penelitian Bidang ICT Pendidikan
Menurut Miarso (2011: 199), teknologi pendidikan merupakan suatu bidang kajian khusus ilmu pendidikan yang memiliki obyek forma “belajar” pada manusia baik secara pribadi maupun secara kelompok yang memiliki 3 pola pendekatan, yaitu :
1. Isomeristik, yaitu pendekatan yang menggabungkan berbagai unsur yang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang lebih bermakna.
2. Sistematik dan sistemik.
Sistematik yaitu dilakukan secara teratur dan menggunakan pola tertentu dan runtut, dan sistemik yaitu dilakukan secara menyeluruh, holistik atau komprehensif.
Landasan ilmiah yang menunjang keberadaan dan perkembangan teknologi pendidikan bidang studi adalah sebagai berikut:
1. A.A Lumsidaine (1964)
Teknologi pendidikan merupakan aplikasi dari ilmu dan sains dasar, yaitu: ilmu fisika, rekayasa mekanik, optik, elektro dan elektronik, teknologi komunikasi & telekomunikasi, ilmu perilaku, ilmu komunikasi, dan ilmu ekonomi.
2. Robert Morgan (1978)
Ada 3 disiplin utama yang menjadi fondasi teknologi pendidikan yaitu ilmu perilaku, ilmu komunikasi, dan ilmu manajemen.
3. Donald P. Eli (1983)
Teknologi pendidikan meramu sejumlah disiplin dasar dan bidang terapannya menjadi suatu prinsip, prosedur dan keterampilan. Disiplin yang memberikan kontribusi adalah :
basic contributing discipline: komunikasi, psikologi, evaluasi dan menajemen.
related contributing field : psikologi persepsi, psikologi kognisi, psikologi sosial, media, sistem dan penilaian kebutuhan.
4. Barbara B. Seels & Rita C. Richey (1994):
Akar intelektual teknologi pembelajaran berasal dari disiplin lain meliputi: psikologi, rekayasa, komunikasi, ilmu komputer, bisnis, dan pendidikan.
Secara umum perkembangan landasan ilmiah teknologi pendidikan bersifat ekletik, yaitu berasal dari berbagai sumber dan ditinjau dari berbagai segi atau sudut pandang.
Pada awal perkembangan teknologi pendidikan dimana media merupakan unsur yang menonjol, mayoritas yang berkaitan dengan media. Hampir separuh penelitian Wilbur Schramm (1977) menggunakan desain eksperimen yang menciptakan kondisi laboratorik melalui pengontrolan variabel tertentu, dan menguji hasilnya dengan statistik yang canggih.
Menurut Richard Clark (1983) kebanyakan riset mengenai media banyak yang salah, sehingga harus ada perhatian khusus pada riset dan teori preskriptif.
William J. Gephart (1972) menyarankan suatu taksonomi strategi empirik untuk memecahkan masalah yang meliputi empat level, yaitu: filsafat ilmu, metode umum pemecahan masalah, strategi operasional, dan sekuens prosedural.
Landasan Berpikir Penelitian Bidang ICT Pendidikan
Strategi memperoleh kebenaran ilmiah dapat dilakukan dengan pengembangan, penelitian, dan penilaian (Miarso, 2011:5). Kebenaran itu dapat dibedakan dalam empat lapis, yaitu:
Kebenaran inderawi, yang diperoleh melalui panca indera yang dapat diperoleh oleh siapa saja.
Kebenaran ilmiah, yang diperoleh melalui kegiatan sistematik, logis, dan etis oleh mereka yang terpelajar.
Kebenaran falsafi, yang diperoleh melalui kontemplasi mendalam oleh orang yang sangat terpelajar.
Kebenaran religi, yang diperoleh dari Yang Maha Pencipta.
Kajian tentang teori kebenaran ilmiah telah dibahas sejak periode filsafat Yunani kuno dan selalu mengalami perkembangan hingga zaman sekarang. Aliran yang membahas tentang teori kebenaran ini antara lain:
1. Idealisme (400 SM)
Paham idealisme dipelopori oleh Plato, berpendapat bahwa pengindraan manusia merupakan sesuatu yang tidak dapat dipercaya untuk dijadikan suatu pengetahuan.
2. Realisme (384-322 SM)
Dipelopori oleh Aristoteles berpendapat bahwa dunia berjalan atas dasar hukum alam yang tetap, yang dapat ditemukan dengan melalui observasi dan pemikiran
3. Empirisme
Dipelopori oleh Francis Bacon dan John Locke, berpendapat bahwa pengetahuan dibangun melalui proses induktif dari pengalaman.
4. Rasionalisme
Dipelopori oleh Immanuel Kant, berpendapat bahwa pengetahuan dapat dibangun baik melalui proses induktif dari pengalaman, maupun dengan proses deduktif menggunakan penalaran.
Pendekatan Penelitian Bidang ICT Pendidikan
Menurut Eichelberger dalam Miarso (2011:211), ada tiga paradigma filsafat yang melandasi metodologi pengetahuan yaitu: positivistik, fenomelogik, dan hermeneutik.
Positivistik: landasan ini memberikan gagasan keberadaan besaran yang dapat diukur, dan penulis hanya sebagai pengamat yang obyektif. Pokok dari paham ini adalah “jika sesuatu itu ada maka, sesuatu itu dapat diukur”. Penelitian ini misalkan di lakukan secara laboratorik dan berulang. Dari penelitian ini melahirkan pengajaran terprogram “mesin pengajaran” (teaching machine).
Fakta-fakta yang didapat dalam penelitian ini diuji secara empirik. Misalkan kita akan melakukan pengukuran tentang motivasi belajar maka dapat dijabarkan ke dalam indikator variabel seperti motivasi belajar, cara belajar, usaha yang dilakukan, persaingan dan lain-lain. Data-data yang diperoleh harus diubah ke dalam bentuk angka-angka yang dapat dihitung secara statistik. Paham positivistik saat ini sangat dominan dalam penelitian khususnya dalam penelitian bidang IPA. Pendekatan ini paling dominan dalam metode ilmiah.
Fenomenologik, dikembangkan oleh matematikawan Jerman, Edmund Husserl (1850 – 1938). Paham ini mengutamakan pada pengalaman dan kesadaran yang disengaja. Jadi pengalaman bukan saja pada interaksi dengan lingkungan belajar tetapi melainkan pelajaran yang diperoleh dalam rentang waktu tertentu. Untuk mendapatkan pengalaman diperlukan pemikiran, perasaan, tanggapan, dan berbagai ungkapan, tanggapan dan berbagai ungkapan psikologis atau mental.
Paradigma fenomenologik adalah akal sehat (common sense) yang oleh para penganut positivistik dianggap sebagai sesuatu yang kurang ilmiah. Fenomelogik tidak semata-mata berpangku pada data dan informasi yang ada tetapi mengadopsi pengalaman khusus menjadi umum, konkrit menjadi abstrak yang mempunyai sifat holistik. Semua diungkapkan secara naratif dengan memberikan uraian yang rinci dan mengenai hakikat suatu obyek atau konsep kebenaran ini syarat dengan nilai.
Hermeneutik dikembangkan oleh filosof Jerman, Wilhelm Dilthey yang memberikan ciri bahwa pencarian kebenaran dengan menafsirkan atas gejala yang ada. Sejarawan menafsirkan legenda, artefak, naskah kuno dengan menggunakan kondisi yang ada saat ini. Demikian juga para ahli tafsir kitab suci menafsirakan ayat-ayat yang ada dengan keadaan yang tren saat ini. Ahli hukum juga memberikan tafsiran pada ayat pada kitab hukum dan yurisprudensi dengan mempertimbangkan asas keadilan dan atau manfaat. Kebenaran ilmiah dalam paradigma ini tidak analitik dan holistik melainkan sinkretik, yaitu memadukan pendapat yang berlawanan.
Pendekatan Pascapositivistik
Kebenaran pascapositivistik akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan sedemikian rupa. Dan keadaan ini akan terus mengalami perkembangan sehingga menemukan hal-hal yang baru yang lebih bersifat inovatif.
Dalam dunia pendidikan kebenaran pascapositivistik yang terbaru dan terus mengalami perkembangan adalah masalah model-model pembelajaran seperti model pembelajaran berkelompok, model pembelajaran langsung dan model pembelajaran kontruktivis. Perkembangan ini akan terus bertambah seperti quantum learning dan quantum teaching yang merupakan produk-produk inovatif dalam penelitian teknologi pendidikan. Pendekatan pascapositivistik cenderung menggunakan teori secara bervariasi. Kebanyakan menggunakan teori sebagai “jendela” untuk mengamati gejala yang ada, dan berdasarkan data empirik dari lapangan yang berhasil dikumpulkan, dianalisis dan disentesiskan dalam bentuk teori sebagai teori yang membumi. Dengan kata lain, tidak berusaha untuk membuktikan teori. Pendekatan ini senantiasa memandang manusia sebagai mahkluk yang unik, oleh karena itu dalam penelitian untuk memecahkan masalah belajar misalnya, penelitian ini cenderung menggunakan landasan teori belajar konstruktivis.
Teori ini secara ringkas menyatakan bahwa Setiap orang mengkonstruk (membangun) pengetahuan, sikap atau keterampilan berdasarkan pengalaman, pengetahuan yang telah ada sebelumnya, serta keserasian dalam lingkungannya. Jadi bersifat subyektif. Namun kalau apa yang dibangunnya itu dapat diterima oleh lingkungannya, maka terjadilah gejala yang dikenal dengan inter-subyektivitas. Pendekatan positivistik pada dasarnya menggunakan teori dalam merumuskan hipotesis dan pertanyaan penelitian, dan kemudian berusaha membuktikannya. Teori dianggap sebagai penjelasan dan peramalan ilmiah (scientific explanation and prediction).
SEMOGA BERMANFAAT. SUKSES SELALU DAN TETAP SEMANGAT DALAM BEKERJA DAN BERKARYA.