Setiap Insan memerlukan pola pikir yang membangun, yang mendukung usaha mencapai keberhasilan, mengatasi masalah hidup, menghadapi kegagalan, dan mensikapi berbagai hal. Bagaimana cara mengubah pola pikir alias mindset kita agar lebih baik?
Sebelum membaca catatan dibawah ini, ada baiknya menyimak terdahuli video berikut ini.
Apa itu Berpikir Logis, Kritis, dan kreatif..?
Berpikir Logis
Karena pemikiran selalu diekspresikan dalam kata-kata, maka logika juga berkaitan dengan “kata sebagai ekspresi dari pemikiran”. Dengan berpikir logis, kita akan mampu membedakan dan mengkritisi kejadian-kejadian yang terjadi pada kita saat ini apakah kejadian-kejadian itu masuk akal dan sesuai dengan ilmu pengetahuan atau tidak.
Berpikir secara logis adalah suatu proses berpikir dengan menggunakan logika, rasional dan masuk akal. Secara etymologis logika berasal dari kata logos yang mempunyai dua arti 1) pemikiran 2) kata-kata. Jadi logika adalah ilmu yang mengkaji pemikiran. Karena pemikiran selalu diekspresikan dalam kata-kata, maka logika juga berkaitan dengan “kata sebagai ekspresi dari pemikiran”. Dengan berpikir logis, kita akan mampu membedakan dan mengkritisi kejadian-kejadian yang terjadi pada kita saat ini apakah kejadian-kejadian itu masuk akal dan sesuai dengan ilmu pengetahuan atau tidak. Tidak hanya itu, seorang peserta didik juga harus mampu berpikir kritis sehingga ia mampu mengolah fenomena-fenomena yang diterima oleh sistem indera hingga dapat memunculkan berbagai pertanyaan yang berkaitan dan menggelitik untuk dicari jawabannya.
Contoh real-nya ketika seorang mahasiswa atau peneliti melakukan metode ilmiah, maka pelaku ilmiah ini harus melakukan kegiatan ilmiah ini dengan berpikir secara logis, mulai dari saat pelaku ilmiah melakukan observasi/ pengamatan, merumuskan masalah, menyusun hipotesis, melaksanakan penelitian, mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis data, hingga menarik kesimpulan. Seluruh proses kerja ilmiah tersebut harus dikerjakan berdasarkan prinsip yang logis, rasional, dan masuk akal agar dapat dipertanggungjawabkan.
Cara berpikir logis yang biasa dikembangkan, dapat dibagi menjadi dua, yaitu berpikir secara deduktif dan berpikir secara induktif. Logika deduktif adalah penarikan kesimpulan yang diambil dari proposisi umum ke proposisi khusus. Sederhananya kata umum-khusus. Adapun logika induktif kebalikan dari logika deduktif. Jenis logika ini harus mengikuti penalaran yang berdasarkan pengalaman atau kenyataan. Artinya, jika tidak ada bukti maka kesimpulannya belum tentu benar atau pasti. Dengan demikian, dia tidak akan mempercayai suatu kesimpulan yang tidak berdasarkan pengalaman atau kenyataan lewat tangkapan panca indranya.
Prinsip-prinsip Berpikir Logis
1. Selalu konstruktif Banyak orang seringkali terjerembab ke dalam kebiasaan berpikir negatif. Mereka senang membuktikan kesalahan orang lain. Mereka cukup puas dengan hanya bersikap kritis. Mereka tidak memiliki aspek berpikir yang konstruktif dan keinginan untuk memunculkan sesuatu yang baru. Kita seharusnya mendorong cara berpikir konstruktif di atas cara berpikir kritis.
2. Berpikirlah perlahan dan cobalah untuk membuat semuanya sesederhana mungkin Kecuali untuk beberapa kasus darurat, tidak ada manfaatnya berpikir dengan cepat. Sejumlah pemikiran bisa dilakukan dalam waktu yang singkat bahkan jika kita berpikir secara perlahan-lahan. Cobalah membuat semuanya menjadi sederhana. Tidak ada manfaat yang bisa dibuat dari sesuatu yang rumit (kecuali untuk membuat orang lain terkesan). Selalu ajukan pertanyaan: Adakah cara yang lebih mudah untuk melihat hal ini?
3. Lepaskan ego Anda dari cara berpikir Anda dan mampu mundur sejenak untuk melihat apa hasil cara berpikir Anda tersebut Rintangan terbesar untuk bisa berpikir dengan baik adalah keterlibatan ego: “Aku pasti benar.” “Ideku pastilah yang paling baik.” Anda harus mampu mundur sejenak untuk melihat apa yang sedang terjadi di dalam pikiran Anda. Seperti Anda bisa melihat kemampuan Anda dalam bermain tenis secara objektif, Anda juga seharusnya mampu bersikap objektif terhadap cara berpikir Anda. Itulah cara mengembangkan keterampilan.
4. Pada saat ini, apa yang sedang kucoba lakukan? Apakah fokus dan tujuan dari pikiran ini? Sekarang, apakah yang menjadi pusat perhatian cara berpikirku? Apakah yang sedang coba kuraih? Alat atau metode apakah yang sedang aku gunakan? Tanpa memiliki fokus dan tujuan ini, cara berpikir hanyalah mengambang begitu saja dari waktu ke waktu, dari satu titik ke titik lain. Cara berpikir yang efektif memerlukan fokus dan tujuan.
5. Mampu “berganti gigi” dalam cara berpikir Anda. Tahu kapan menggunakan logika, kapan menggunakan kreativitas, kapan mencari informasi Dalam mengemudikan mobil, Anda akan memilih gigi yang sesuai. Dalam bermain golf, Anda akan memilih tongkat pemukul yang tepat. Dalam memasak, Anda akan memilih panci yang cocok. Berpikir kreatif berbeda dengan berpikir logis dan dengan mencari informasi. Seorang pemikir yang terampil harus memiliki keterampilan dalam semua jenis cara berpikir yang berbeda. Tidak cukup hanya menjadi orang yang kreatif atau kritis. Anda juga harus tahu kapan dan bagaimana menggunakan berbagai jenis cara berpikir yang berbeda-beda itu.
6. Apakah hasil dari cara berpikirku ini – mengapa aku meyakini bahwa hal ini akan berhasil? Kalau Anda tidak bisa menjelaskan dengan gamblang hasil akhir cara berpikir Anda, maka Anda telah membuang waktu Anda. Jikalau Anda telah memiliki sebuah simpulan, putusan, solusi, rancangan, dan sebagainya, seharusnya Anda mampu menjelaskan mengapa Anda pikir hal itu akan berhasil. Pada titik ini, bagaimana Anda sampai pada simpulan itu tidak menjadi masalah. Jelaskan kepada diri Anda sendiri – sebagaimana Anda akan menjelaskannya kepada orang lain – mengapa Anda pikir hasilnya akan berfungsi dengan baik. Apabila hasilnya itu berupa definisi yang perlu diekslorasi lagi, masalah baru, atau cara pandang yang lebih baik, Anda harus mengatakan rencana Anda selanjutnya.
7. Berbagai perasaan dan emosi adalah bagian penting cara berpikir, tetapi tempatkan pada tahap setelah eksplorasi dan bukan sebelumnya Kita seringkali diberitahu bahwa berbagai perasaan dan emosi harus dijauhkan ketika berpikir. Ini mungkin memang benar untuk matematika dan ilmu pengetahuan, tetapi saat berhubungan dengan manusia, berbagai perasaan dan emosi menjadi bagian penting cara berpikir kita. Namun, perasaan dan emosi itu harus diletakkan di tempat yang tepat. Jika berbagai perasaan digunakan pada awal berpikir, persepsi akan terbatas dan pemilihan tindakan mungkin tidak akan leluasa. Ketika eksplorasi dilakukan pada awal dan saat berbagai alternatif telah ditelaah, giliran berbagai perasaan dan emosi digunakan untuk menentukan pilihan terakhir.
8. Selalu mencoba untuk mencari berbagai alternatif, persepsi, dan ide baru Setiap waktu, seorang pemikir terampil akan mencoba menemukan berbagai alternatif: penjelasan, interpretasi, kemungkinan tindakan yang diambil, pendekatan yang berbeda, dan sebagainya. Saat seseorang menyatakan bahwa “hanya ada dua alternatif”, maka sang pemikir terampil akan segera mencari alternatif lainnya. Saat sebuah penjelasan diberikan sebagai satu-satunya alternatif, maka sang pemikir terampil mencoba memikirkan penjelasan yang lain. Hal ini sama dengan pencarian berbagai ide dan persepsi yang baru. Tanyakan, apakah ini satu-satunya cara untuk memandang masalah ini?
9. Mampu bergerak bolak-balik antara berpikir garis besar dan berpikir terperinci Untuk menerapkan ide apa pun yang kita miliki, kita harus berpikir dalam berbagai hal terperinci yang terbaru. Jadi, pada akhirnya kita harus spesifik. Akan tetapi, kemampuan memikirkan secara garis besar (konsep, fungsi, tingkatan abstrak) adalah karakteristik kunci seorang pemikir terampil. Inilah cara kita memunculkan berbagai alternatif. Inilah cara kita bergerak dari satu ide ke ide lainnya. Inilah cara kita menghubungkan berbagai ide yang kita miliki. Apakah garis besarnya di sini? Bagaimana kita bisa menjalankan cara berpikir garis besar ini?
10. Apakah ini masalah “mungkin” atau “pasti”? Logika sama bermanfaatnya seperti persepsi dan informasi yang mendasari masalah tersebut. Ini adalah prinsip kunci karena ia berhubungan dengan kebenaran dan logika. Jika sesuatu ditanyakan sebagai kebenaran, maka pernyataan itu “harus” demikian. Saat dinyatakan bahwa sebuah simpulan “harus bisa diruntut” dari yang telah terjadi sebelumnya, ada juga tuntutan kepada “kepastian”. Apabila kita bisa menentang hal ini dan menunjukkan bahwa hal itu hanyalah sebuah “kemungkinan”, maka simpulan itu masih akan memiliki nilai, cuma bukan lagi sebagai nilai dogmatis dari sebuah kebenaran dan logika. Bahkan apabila logika itu tidak memiliki kesalahan, maka simpulannya akan hanya cocok dengan persepsi dan informasi yang menjadi dasar logika tersebut. Jadi, kita harus melihat dasarnya. Dalam berbagai permainan dan sistem kepercayaan, kita membuat semuanya menjadi sebuah kebenaran sehingga semuanya memang akan benar dalam konteks itu. dalam kehidupan sehari-hari, kita harus selalu membedakan antara apa yang “mungkin” dan “pasti”. Kita juga perlu memeriksa sebuah kenyataan yang diajukan.
11. Cara pandang yang berbeda bisa saja benar berdasarkan persepsi yang berbeda Saat adanya cara pandang yang berbeda, kita cenderung merasa bahwa hanya ada satu cara pandang yang benar. Seandainya Anda meyakini bahwa Anda memang benar, maka Anda akan berusaha menunjukkan bahwa cara pandang yang lain itu salah. Akan tetapi, cara pandang yang berbeda mungkin saja “benar”. Sebuah cara pandang yang berbeda mungkin benar dan logis berdasarkan persepsi yang berbeda dengan persepsi Anda. Persepsi ini mungkin meliputi berbagai informasi, pengalaman, nilai, dan cara pandang yang berbeda atas dunia ini. Dalam menyelesaikan argumentasi dan ketidaksepahaman, kita harus menyadari perbedaan persepsi yang digunakan oleh beberapa pihak. Kita harus menyajikan hal ini di hadapan beberapa belah pihak, lalu membandingkannya.
12. Semua tindakan memiliki konsekuensi dan akibat terhadap nilai, orang-orang, dan dunia di sekeliling kita Tidak semua hasil berpikir akan berakhir dalam tindakan. Bahkan saat hasil berpikir tidak menghasilkan tindakan, tindakan ini mungkin diletakkan dalam sebuah konteks spesifik, seperti dalam matematika, eksperimen ilmiah, atau permainan yang dilakukan. Pada umumnya, cara berpikir yang berujung pada rencana tindakan, penyelesaian masalah, rancangan, pilihan atau putusan, akan diikuti oleh tindakan. Tindakan ini punya konsekuensi yang akan datang. Tindakan ini akan memiliki akibat yang dirasakan dunia sekitar. Dunia ini akan meliputi berbagai nilai dan orang lain. Tindakan ini tidak terjadi dalam kekosongan. Dunia kini adalah tempat yang penuh sesak. Orang lain dan lingkungan akan selalu terkena dampak dari berbagai putusan dan inisiatif yang dibuat.
Dengan berpikir logis, kita akan mampu membedakan dan mengkritisi kejadian-kejadian yang terjadi pada kita saat ini apakah kejadian-kejadian itu masuk akal dan sesuai dengan ilmu pengetahuan atau tidak. Tidak hanya itu, seseorang juga mampu berpikir kritis sehingga ia mampu mengolah fenomena-fenomena yang diterima oleh sistem indera hingga dapat memunculkan berbagai pertanyaan.
Manfaat berpikir secara logis :
Melatih berfikir secara rasional, kritis, lurus, tertib, metodis dan koheren.
Mampu berfikir abstrak, cermat dan objektif.
Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berfikir tajam dan mandiri.
Meningkatkan kemampuan analisis terhadap suatu kejadian.
Meningkatkan rasa cinta akan kebenaran.
Menghindarkan diri dari kekeliruan karena informasi yang tidak benar.
Meningkatkan Citra diri.
Berpikir Kritis
Berpikir kritis (critical thinking) adalah sinonim dari pengambilan keputusan (decision making), perencanaan strategik (strategic planning), proses ilmiah (scientific process), dan pemecahan masalah (problem solving). Berpikir kritis merupakan upaya pendalaman kesadaran serta kecerdasan membandingkan dari beberapa masalah yang sedang dan akan terjadi sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan dan gagasan yang dapat memecahkan masalah tersebut. setiap orang memiliki pola pikir yang berbeda. Akan tetapi, apabila setiap orang mampu berpikir secara kritis, masalah yang mereka hadapi tentu akan semakin sederhana dan mudah dicari solusinya.
Berpikir kritis mengandung makna sebagai proses penilaian atau pengambilan keputusan yang penuh pertimbangan dan dilakukan secara mandiri. Peter Facione, mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakanpProses perumusan alasan dan pertimbangan mengenai fakta, keadaan, konsep, metode dan kriteria. Richard Paul mendefinisikan berpikir kritis sebagai proses merumuskan alasan yang tertib secara aktif dan terampil dari menyusun konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mengintegrasikan (sintesis), atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan melalui proses pengamatan, pengalaman, refleksi, pemberian alasan (reasoning) atau komunikasi sebagai dasar dalam menentukan tindakan.
Menurut Halpen (dalam Achmad, 2007) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi, mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan.
Berpikir kritis ini juga biasa disebut dengan directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju. R. Matindas (dalam Sarwono, 2009) menyatakan bahwa: “Berpikirkritisadalah aktivitas mental yang dilakukan untuk mengevaluasi kebenaran sebuah pernyataan. Umumnya evaluasi berakhir dengan putusan untuk menerima, menyangkal, atau meragukan kebenaran pernyataan yang bersangkutan”.
Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam konsep berpikir kritis bahwa dalam proses berpikir kritis, seseorang dapat dikatakan sedang mengevaluasi bahan atau topic yang sedang dibahas. Sebab dalam proses berpikir kritis, seseorang akan mengalami berbagai pertimbangan dari berbagai aspek untuk menentukan suatu tujuan yang menghasilkan jawaban yang disampaikan. Selain mampu berpikir logis dan kritis, seorang peserta didik juga harus mampu berpikir kreatif.
Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif ini merupakan suatu kepiawaian pola berpikir kita yang didasari dengan pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep yang telah diketahui sebelumnya dan kemudian memberikan suatu perubahan. Kata “kreatif” merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris To Create, yang merupakan singkatan dari :
Combine (menggabungkan) : penggabungan suatu hal dengan hal lain
Reverse (membalik) : membalikan beberapa bagian atau proses
Eliminate (menghilangkan) : menghilangkan beberapa bagian
Alternatif (kemungkinan) : menggunakan cara, bahan dengan yang lain.
Twist (memutar) : memutarkan sesuatu dengan ikatan
Elaborate (memerinci) : memerinci atau menambah sesuatu
Berpikir kreatif berarti : Melepaskan diri dari pola umum yang sudah tertanam dalam ingatan.
Mampu mencermati sesuatu yang luput dari pengamatan orang lain.
Menurut John Adair kreativitas adalah daya pikir dan semangat yang memungkinkan kita untuk mengadakan sesuatu yang memiliki kegunaan, tatanan, keindahan, atau arti penting dari sesuatu yang kelihatannya tidak ada. Kendatipun kita sepakat bahwa kreativitas itu memang perlu dikembangkan, namun kadang-kadang kita memandang istilah kreativitas itu sebagai sesuatu yang berbeda satu sama lain, yang dapat menyebabkan kaburnya makna essensial dari istilah ini.
Pandangan atau pemahaman tentang kreativitas yang berbeda itu menurut Dedi Supriadi (1992:1) disebabkan karena dua hal. Pertama, sebagai suatu “konstruk hipotesis” kreativitas merupakan ranah psikologis yang kompleks dan multi dimensional, yang mengundang banyak penafsiran. kedua, definisi-definisi kreatifitas memberikan penekanan pada sisi yang berbeda-beda, tergantung dasar teoritis yang menjadi acuan pembuat definisi.
Perbedaan pemahaman dalam mengartikan istilah kreatifitas tidak berarti bahwa kita lantas mengambil salah satu istilah dengan menafikan yang lain, tetapi hendaknya semua dipandang sebagai sesuatu yang saling melengkapi sehingga kita boleh berharap dengan melihat berbagai pandangan itu akan tampak kepada kita “kreativitas” sebagai sesuatu yang utuh menyeluruh.
Beberapa definisi kreativitas, antara lain:
Torrance (dalam Penick,1988:7) mengemukakan: ” Creativity is a process of becoming sensitive to problems, deficiencies, knoeledge, missing elements, disharmonies, etc.; identifying the difficulties; searching for solution, making guesses, or formulating hypotheses and possibly modifying them and retesting them; finally communicating the results.”
Baron (dalam Rotherberg,1987:190) berpendapat bahwa kreatifitas adalah:” The ability to bring something new into existence”.
Mac Kinnon (dalam Yelon,1977:2332) menyatakan bahwa kreativitas adalah: … seems to be unique combination of ingredients, a combination which leads to novel approaches to situations, to problrm solving through sustained insight”.
Mednick (dalam Picard,1979:15) mengemukakan kreativitas sebagai salah satu ragam berpikir:” creative thinking consist in forming need combination of associative elements, especially mutually remote elements”.
Guilford (dalam Dedi Supriadi,1992) bahkan menambahkan bahwa :” … creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people”.
Jika kita telaah, akan tampak bahwa orang memang bisa memandang kreativitas dari segi yang berbeda, bisadari segi proses, produk atau mungkin pula dari segi orangnya. bahkan Rhodes (dalam Rampengan,1986:24) menyatakan bahwa kreativitas dapat dipandang dari empat sisi komponen kreativitas, yaitu ” person, process, products and press” atau yang terkenal dengan sebutan “ the four P’s of creativity.”
Telaahan lain terhadap berbagai definisi dari kreativitas akan memunculkan apa yang kemudian dikenal sebagai “ Mac Kinnon Tri Partite definition of creativity” sebagai karekteristik dari kreativitas, yaitu:
Melibatkan penciptaan sesuatu yang baru atau jarang;
Mampu mengidentifikasi arah atau petunjuk ke arah tujuan yang diinginkan, contoh : merancang gedung hingga benar-benar memiliki ruang yang efisien untuk bekerja;
selalu berusaha untuk mencapai kesempurnaan atau ketuntasan (Wilson,1974:1930).
Kata “baru” dalam kaitan dengan kreativitas tidak perlu diartikan sesuaru yang benar-benar baru (sebelumnya belum pernah ada), tetapi dapat saja hasil ciptaannya itu merupakan kombinasi dari apa-apa yang telah ada sebelumnya. Atau mungkin pula sesuatu yang baru itu hanya baru bagi orang tersebut, jadi mungkin saja bagi orang lain bukan hal yang baru (Anderson,1970:90).
Mungkin bagi guru/dosen suatu pemecahan soal tentang materi pelajaran dalam PBM yang dikelolanya adalah bukan sesuatu yang baru, tetapi bagi muridnya adalah sesuatu yang baru. Ini pun termasuk salah satu bentuk kreativitas. Selain dari apa yang dikemukakan di atas, definisi kreativitas juga dapat dibedakan menjadi definisi konsensual dan definisi konseptual.
Definisi konsensual adalah bahwa sesuatu itu bernilai kreatif jika oleh pengamat yang ahli dalam bidangnya sesuatu itu memang bernilai kreatif. Sedangkan definisi konseptual diartikan bahwa sesuatu itu bernilai kreatif jika secara konseptual sesuatu itu memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Misalnya : a) Produk itu baru, unik , berguna, benar atau bernilai dilihat dari segi kebutuhan tertentu dan b) Produk itu bersifat heuristik, yaitu menampilkan metode yang masih belum pernah atau jarang dilakukan oleh orang lain sebelumnya (Amabile, dalam Dedi Supriadi,1992:2).
Anderson (1970) memendang kreativitas sebagai suatu proses berpikir. Adapun jenis berpikir yang dapat mencerminkan kreativitas adalah tergolong jenis berpikir divergen (divergent thinking) seperti terungkap dari apa yang dikemukakan Yelon (1977:232) “ An important ingredient in creativity is divergent thinking”. Selanjutnya Yelon (1977:232) dengan diilhami oleh pendapat Guilford menerangkan bahwa “ divergent thinking is characterized by producing wide variety of alternative solutions, each of which is logically possible”.
Utami Munandar (1987:48) merumuskan dalam bahasa yang akrab dengan kita, bahwa “Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban”. Jenis berpikir yang oleh Guilford dinamai berpikir divergen (divergent thinking) ini tampaknya setali tiga uang dengan jenis berpikir yang oleh De Bono diberi nama “Lateral thinking” (Berpikir Lateral). Berpikir lateral atau berpikir menyamping, diberi nama demikian oleh De Bono untuk mengisyaratkan keragaman kemungkinan jawaban terhadap permasalahan, sebagai kontradiksi dengan penalaran ilmiah yang oleh De Bono disebut sebagai berpikir vertikal.
Adapun ciri-ciri berpikir lateral yang membedakannya dengan berpikir ilmiah, antara lain:
Berpikir vertikal lebih menekankan pada kebenaran (right), sedangkan lateral menekankan pada kekayaan ragam.
Dalam berpikir vertikal orang bergerak ke arah yang didefinisikan untuk sampai pada pemecahan masalah, sedangkan lateral bergerak untuk menghasilkan arah.
Berpikir vertikal bersifat analisis sedangkan lateral bersifat provokatif.
Dalam berpikir vertikal orang melangkah selangkah demi selangkah secara berurutan, sedangkan lateral dapat membuat lompatan dalam berpikir.
Dalam berpikir vertikal orang harus benar pada setiap langkah sedangkan dalam lateral tidak perlu.
Dalam berpikir vertikal orang mengikuti jalan yang paling mungkin sedangkan dalam lateral orang menjajagi jalan yang paling tidak mungkin.
Dengan berpikir vertikal orang berkonsentrasi dan mengesampingkan apa yang tidak relevan sedang kan dalam lateral orang menyambut baik terobosan yang kebetulan.
Dengan berpikir vertikal kategori, klasifikasi dan label bersifat tetap, sedangkan dalam lateral tidak.
Berpikir vertikal merupakan proses terbatas sedangkan lateral merupakan proses yang serba mungkin.
Berpikir vertikal dan berpikir lateral memang secara fundamental berbeda, hal itu tidak berarti bahwa kita harus memilih salah satu kemudian mengesampingkan yang lain, namun hendaknya dipandang bahwa satu sama lain saling melengkapi. keduanya perlu dilatihkan, agar selain memiliki kemampuan penalaran ilmiah yang baik, kitapun kreatif.
Sebagai kemampuan berpikir, Guilford mengemukakan bahwa kreatifitas ditandai dengan adanya: Kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration) (Rotherberg,1978:200). Kelancaran dimaksudkan sebagai kemampuan untuk mengemukakan banyak gagasan pemecahan terhadap suatu masalah; Keluwesan didefinisikan sebagai kemampuan untuk membuat transformasi informasi, menafsirkan ulang (reinterprate), membuat definisi lain (redifine); kealsian diartikan sebagai kemampuan untuk membuat gagasan yang alain dari yang lain (unique); sedangklan elaborasi adalah kemampuan untuk memerinci, mengambangkan gagasan dan membuat implikasi dari informasi-infornasi yang tersedia.
SELALU BERPIKIR POSITIF DALAM KEADAAN APAPUN
Berpikir positif memang tidak menjamin keadaan akan berubah menjadi lebih baik, namun coba pertimbangkan bagaimana dengan kebalikannya (berpikir negatif)? “Bicara sih gampang, coba nanti kalau lagi di rundung masalah, apa masih bisa positive thinking?”. Ya walaupun lebih sulit tetapi pasti bisa. Mengapa? Karena manusia bisa menemukan alasan/logika dalam hal apapun.
Apapun keadaannya, bagaimanapun situasinya, kita selalu bisa menemukan jalan, hanya saja manusia itu lemah dalam berusaha (malas berpikir dan bekerja), sehingga kita cenderung lebih suka larut dalam perasaan dan emosi. Kita sangat menyukai pilihan-pilihan mudah seolah jalan sudah disediakan dan kita hanya tinggal melangkah, namun realita tidak seperti itu, seringkali inilah yang menyebabkan akhirnya kita berpikir negatif dan pesimis dengan keadaan, karena kenyataannya idealisme yang kita bayangkan sejak awal itu tidak pernah ada.
Sesuatu yang diulang-ulang terus biasanya lebih mudah diterima sebagai kenyataan terlepas dari benar atau tidaknya hal tersebut, itulah sebab kita suka mendengar quotes-quotes idealis yang “seolah benar” hanya karena enak didengar dan sering dibawakan berulang-ulang. Idealisme inilah yang biasanya menjadi awal dari semua perasaan dan pemikiran negatif, karena begitu kita sadar bahwa semua itu hanyalah “ilusi”, kita mulai meragukan dunia dan dengannya menjadi orang pesimis sehingga terus-terusan berpikir negatif (seperti: hidup ga semudah omongan Mario Teguh).
Berpikir analitis/skeptis memang melelahkan (dan kurang menyenangkan) tetapi itu adalah cara terbaik untuk menemukan solusi dari segala permasalahan, membedakan antara kebenaran dan kebohongan, membedakan antara ilusi dan realita, dan tentunya membuat Anda lebih optimis menerima keadaan dan menghadapi realita yang ada.
Bagaimana caranya agar kita selalu dapat berpikir positif apapun keadaannya?
Cukup pahami dengan baik 2 hal simpel berikut:
Jangan berpikir berlebihan : Otak Anda bisa menemukan jawaban apapun
Yang pertama adalah berhenti menghabiskan banyak waktu berpikir, stress, ragu-ragu, khawatir, overthinking, apapun itu. Otak adalah senjata terkuat manusia, namun terkadang otak juga bisa menjadi bumerang yang mematikan.
Mulailah berpikir realistis dan gunakan otak Anda untuk mencari jalan keluar yang praktikal.
Langkah pertama untuk menghilangkan stress dan pikiran negatif adalah dengan berhenti berpikir sejenak, rilekslah, kosongkan pikiran dan mulai isi kembali dengan fokus pada mencari jalan keluar yang paling masuk akal dari keadaan yang sudah ada. Anda memiliki kekuatan untuk menentukan isi pikiran, karena itu jangan isi pikiran dengan hal-hal bodoh (it’s your choice), walaupun ini tidak menjamin keselamatan/jalan keluar dari permasalahan setidaknya hal ini tidak akan memperburuk kondisi pikiran.
“Teori sih gampang, bagaimana kalau saya sudah berpikir positif namun masalah/keadaan tidak kunjung membaik, saya tetap stuck dalam masalah dan bahkan semakin bingung harus melakukan apa?”.
Harus memahami dengan baik poin no. 2 yaitu otak Anda bisa menemukan jawaban APAPUN.
Berpikirlah untuk menyelesaikan masalah yang ada. Ingat bahwa masalah itu hanyalah pertanyaan yang belum terjawab, anggaplah masalah itu “pertanyaan” dan segera cari jawabannya. (faktanya sebagian besar dari kita sudah menemukan jawabannya). Jika sudah tahu jawabannya, berhenti berpikir dan segera bertindak, terkadang orang yang kebanyakan berpikir justru malah kurang bertindak karena pemikirannya sendiri.
Cobalah mampir ke forum dan curhat tentang masalah yang anda hadapi, pasti beberapa orang dengan pintarnya akan memberikan jawaban, apa artinya? Ya kita semua sangat pintar menemukan jawaban dari semua permasalahan yang ada, namun masalah sebenarnya ada pada prakteknya dimana kita malas bertindak dan terus menyalahkan keadaan.
Bayangkan kalau ada orang datang kepada Anda dan bertanya mengenai masalah mereka, saya yakin Anda juga pasti bisa memberi nasihat bijak dan jawaban yang “praktikal” sebagai jalan keluarnya. Mengapa tidak coba gunakan itu untuk diri Anda sendiri? Jika Anda bertanya pada otak Anda sendiri, sesulit apapun pertanyaannya maka otak akan selalu berusaha menjawab dan perlahan-lahan mencari jawabannya.
Jadi masalah berpikir positif dan negatif hanyalah masalah pertanyaan. Apakah Anda sering mempertanyakan hal-hal bodoh dikepala Anda seperti:
Mengapa saya gagal?
Kenapa saya tidak bisa sukses?
Mengapa saya harus lahir dikeluarga atau keadaan yang seperti ini?
Kenapa dia ga mau sama gw?
Kenapa gw ga ada bagus-bagusnya?
That’s your problem. Masalahnya ada pada pemikiran dan cara Anda menggunakan otak Anda sendiri. Coba ganti pertanyaan Anda dengan pertanyaan yang lebih baik seperti:
Bagaimana saya bisa meningkatkan prestasi akademik?
Bagaimana caranya menjadi programmer yang sukses?
Bagaiamana supaya keterampilan dan pengetahuan saya semakin berkembang?
Apa yang bisa kerjakan dengan waktu luang yang ada sekarang?
Ingat bahwa otak akan selalu mencari jawaban, bayangkan kalau Anda bertanya “kenapa saya gagal?”, maka pasti otak Anda akan menjawab karena Anda malas/bodoh/tidak kompeten/kurang beruntung dan sebagainya. Jika diteruskan maka otak Anda sendiri akan membuat Anda semakin depresi.
Kabar baiknya adalah kita memiliki “kendali” untuk menentukan apa yang ingin kita pikirkan dalam otak, jadi tanyalah pertanyaan yang lebih baik dikepala Anda, Anda akan terkejut betapa banyaknya kesempatan, pilihan, jawaban, dan solusi yang akan Anda temukan.
Berikut ini, 10 ciri orang berpikir positif yang perlud di ketahui :
1. MELIHAT MASALAH SEBAGAI TANTANGAN
Bandingkan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup yang terlalu berat maka dia akan berpikir hidupnya adalah menjadi orang yang paling sengsara di dunia.
2. MENIKMATI HIDUP
Pemikiran positif akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan besar hati
3. PIKIRAN TERBUKA UNTUK MENERIMA SARAN DAN IDE
Pikiran terbuka membutuhkan kebesaran hati dan tentu kesabaran. karena dengan begitu, akan ada hal-hal baru yang akan membuat segala sesuatu menjadi lebih baik.
4. MENGHILANGKAN PIKIRAN NEGATIF SEGERA SETELAH PIKIRAN ITU TERLINTAS DI BENAK
Suatu kendala yang sebetulnya bisa diatasi dengan kepala dingin jika sudah dilandasi dengan pikiran negatif ternyata hanya akan menimbulkan masalah baru.
5. MENSYUKURI APA YANG DIMILIKI
Hindari berkeluh kesah tentang apapun yang tidak dimiliki karena justru akan menjadi beban. sebaliknya jadikan hal itu sebagai motivasi untuk meraih hidup yang diharapkan.
6. TIDAK MENDENGAR GOSIP YANG TAK MENENTU
Sudah pasti gosip erat sekali dengan berpikir negatif. karena itu sebisa mungkin jauhi gosip-gosip yang tak jelas asalnya.
7. TIDAK MEMBUAT ALASAN TETAPI AMBIL TINDAKAN
NATO ( No Action, Talk Only ) itu adalah ciri khas orang berpikir negatif. maka ambilah tindakan dan buktikan bahwa anda bisa mengatasi masalah sebagai orang yang berpikir positif.
8. MENGGUNAKAN BAHASA YANG POSITIF
Saat kita berkomunikasi dengan orang lain gunakan kalimat-kalimat yang bernadakan optimisme sehingga dapat memberikan semangat terhadap lawan bicara kita
9. MENGGUNAKAN BAHASA TUBUH YANG POSITIF
Diantara bahasa tubuh yang lain senyum merupakan wujud dari berpikir positif karena akan menimbulkan kesan bersahabat dan akan menjadi lebih akrab dengan suasana.
10. PEDULI PADA CITRA DIRI
Itu sebabnya, mereka berusah tampil baik bukan hanya di luar tetapi juga di dalam.
Itulah sepuluh tanda orang berpikir positif, jadilah selalu pribadi yang senantiasa berpikir positif dalam menyelesaikan masalah sehingga kita tidak akan terbebani dengan hidup ini.
Berpikir Positif Dan Logis dapat Membaca Pikiran Orang Lain
Kebanyakan orang akan menyimpan perasaan tidak enak jika dirinya dihina dan diejek orang lain. Kemudian, Timbul rasa benci dan bahkan keinginan untuk memukul agar dapat melampiaskan perasaannya. Akan tetapi, untuk orang yang berpikiran dinamis dan kreatif, hinaan dan ejekan tidak akan diperdulikannya. menurut mereka masih banyak kegiatan lain yang harus diselesaikan. maka, dipikiran mereka hanya akan ada buat apa memikirkan hal sepele seperti itu??
Kebencian dan kecemasan akan membuat kita rugi dimana perasaan seperti itu hanya akan menjadikan suasana pikiran kita tidak tentram akibatnya kita bisa susah tidur, hati berdebar-debar, denyut jantung semakin kencang dan semua akan terganggu. akibat yang ditimbulkan akibat dari persaan ini semua, kita akan menjadi cepat marah, sehingga terkadang tidak akan dapat berpikir dengan sehat, sehingga dalam keadaan seperti ini akal akan dikalahkan oleh emosi itu sendiri.
hanya dengan bekal emosi tanpa adanya akal, pikiran akan simpang siur dan tumpang tindih, berbeda sekali dengan seseorang yang berpikir secara tenang dan diam-diam memutar otaknya serta mengurangi seminimal mungkin emosinya.
Ketika kita ingin mengetahui sesuatu yang orang lain pikirkan, kita harus dapat berpikir logis dan dengan tidak mengemukakan emosi kita, sehingga dapat merusak segalanya. berikut cara berpikir logis agar arif saat membaca pikiran orang lain :
Kita harus berfikir secara kritis. sebuah keterangan yang tidak atau belum pasti hendaknya jangan dipercaya.
sebelum bertindak sebaiknya berpikir lebih dulu untuk beberapa saat.
pandangan harus lebih luas dari pada pikiran sendiri. waspada terhadap prasangka-prasangka sendiri, jangan menganggap benar apa yang kita sukai dan salah terhadap apa yang kita benci.
berpikirlah dua kali. jangan gegabah dalam mengambil keputusan atau mengemukakan pendapat, seakan-akan merupakan kebenaran mutlak.
5.Berpandangan luas dan berpikir dalam jangka panjang.
Bersikap terbuka. menerima kritikan dan saran.
Berpikir kritis terhadap sesuatu yang dihadapi.
Bersikap optimis dan bersikap simpatik terhadap orang lain.
Bersikap jujur. mau mengakui kesalahan.
berpikir secara teratur dan terencana.
Ayo ..., mulai dari sekarang kita budayakan berpikir logis, kritis dan kreatif untuk hidup yang lebih baik.
Semoga bermanfaat !!
Simak video berikut : CARA BERPIKIR KREATIF
Simak video berikut : Proses Berpikir Kreatif
Sumber : https://www.thebalance.com/logical-thinking-definition-with-examples-20596904 https://en.wikipedia.org/wiki/Logic1 https://en.wikipedia.org/wiki/Computational_thinking http://www.kompasiana.com/firmansthg2015/definisi-berpikir-dan-logika_569a393cc923bda6122116e9
https://www.youtube.com/watch?v=9rdjTWVaMww
https://www.youtube.com/watch?v=FkVFc7vAaBY