BUDAYA PENELITIAN
Budaya penelitian di Perguruan Tinggi (PT), diharapkan dapat mendorong para komunitas akademik (dosen, mahasiswa) untuk menelurkan karya ilmiah yang berkualitas. Disamping itu, mengupayakan bahwa: Meneliti itu sebagai profesi. Dharma penelitian memberikan sumbangan cukup besar pada dharma PT yang lain. Oleh karena itu, prestasi seorang dosen dalam penelitian dan publikasi menjadi tolok ukur utama yang menggambarkan profesionalisme dosen sebagai ilmuwan.
Penelitian hanya dapat diharapkan memberi hasil yang bernilai tinggi, bila penelitian itu dijalankan oleh orang-orang yang memilih penelitian sebagai profesi (pekerjaan pilihan); Bekerja sesuai profesi biasanya dirasa menggairahkan; Orang yang menjadikan penelitian sebagai profesinya biasanya:
Memiliki kebiasaan bertanya dan mempertanyakan apa yang dilihat dan didengarnya,
Tidak pernah terikat pada fakta, tetapi berusaha mencari tahu sistem kausal yang menghasilkan fakta tersebut,
Lebih suka mengikuti intuisinya daripada sekedar percaya pada logikanya, dan;
Selalu mencoba memahami permasalahan sampai ke akarnya (root cause ofthe problem);
Penelitian menjadi profesi yang mampu menciptakan nilai tinggi, bila sang peneliti mampu untuk :
Memahami dan menghargai apa yang dibutuhkan masyarakat sekaligus mengerti apa yang dapat dilakukannya untuk membantu masyarakat memenuhi kebutuhannya tanpa harus terikat pada cara-cara konvensional,
Menata isyu-isyu praktikal menjadi konsep dan model penelitian yang layak untuk dikaji secara ilmiah.
Di beberapa negara maju dan berkembang, kegiatan dan aktifitas penelitian sudah berubah menjadi sebuah budaya akibat perluasan pengetahuan di seluruh dunia yang ditandai dengan lahirnya masyarakat pengetahuan yang memegang peranan utama membentuk peradaban dunia baru. Kemajuan dan pengembangan ilmu Pengetahuan, teknologi dan sains (IPTEKS) di suatu negara menjadi komoditi dan simbol kemajuan dan daya saing negara tersebut. Penelitian membantu dalam pengembangan IPTEKS, serta membangun kesenjangan dalam pengetahuan.
Budaya penelitian juga memainkan peran penting dalam pencapaian tujuan PT, serta pengelolaan staf. Penelitian adalah salah satu poros pendidikan PT yang bisa mandiri; budaya akan menentukan pencapaian tujuan keberadaan PT. Pada bagian manajemen SDM, relevansi yang melekat pada penelitian juga mempengaruhi manajemen SDM, di mana budaya penelitian menguntungkan semua staf, manajemen mereka akan menghasilkan luaran yang positif (Anijaobi et.al. dalam Faizah Indrus and Nik Ahmad Hisham Nik Ismail, 2014).
Budaya penelitian meliputi disiplin atau ide interdisipliner dan nilai-nilai, jenis tertentu dari pengetahuan dan produksi pengetahuan, praktek-praktek budaya dan narasi (misalnya bagaimana penelitian dilakukan, dan bagaimana peer review dilaksanakan), sosialisasi departemen, jaringan intelektual internal dan eksternal lainnya dan masyarakat belajar.
Beberapa temuan Hasil Penelitian Tentang Budaya Penelitian
Hanover Research (2014) mempublikasi temuan hasil penelitian tentang budaya penelitian seperti berikut ini.
Budaya penelitian membutuhkan baik pemimpin kelembagaan-dan unit berbasis tujuan penelitian yang jelas dan berkomunikasi secara efektif. Tujuan harus disertai dengan rencana yang ditetapkan, evaluasi keberhasilan penelitian serta karena setiap perubahan yang menyertainya ada kompensasi. Administrator juga harus menyesuaikan deskripsi pekerjaan untuk menyertakan laporan penelitian dan pelajaran yang diperoleh demi membangun harapan masa depan.
Lembaga yang ingin mengembangkan budaya penelitian mengalokasikan sumber daya yang signifikan untuk pelatihan dan pendukungannya. Fakultas menyediakan beasiswa, Peneliti yang minim pengalaman membutuhkan pelatihan dan dukungan pribadi untuk menjadi mahir. Lembaga dapat mengembangkan pendidikan dan latihan berkelanjutan diikuti dengan dukungan layanan dalam praktek penelitian, menulis hibah, dan hibah pengelolaan. Program-program ini dapat ditempatkan di baik LPPM atau di pusat penelitian.
Budaya mengembangkan penelitian membutuhkan pribadi yang terbuka dan kolaboratif; Hubungan yang menyenangkan antar fakultas akan mendukung fakultas-fakultas untuk saling mentoring penelitian. Hubungan pribadi di antara fakultas juga cenderung untuk mendorong upaya penelitian kolaboratif, yang merupakan ciri khas dari keberhasilan budaya penelitian.
Untuk menerapkan perubahan budaya, administrator siap untuk menyesuaikan alokasi sumber daya berdasarkan motivasi anggota peneliti saat ini demi peningkatan kemampuan mereka. Mereka dengan motivasi tinggi walaupun kemampuan rendah cenderung akan membuat penggunaan sumber daya pendidikan dan pelatihan yang terbaik. Mereka dengan motivasi yang rendah adalah yang paling diuntungkan dari pengembangan hubungan pribadi baik di dalam unit mereka dan dalam komunitas akademis yang lebih besar.
Budaya penelitian memerlukan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkannya, setelah terbentuk, membutuhkan perawatan berkala. Kebijakan baru yang berkaitan dengan penelitian harus ditegakkan dengan keteraturan dari waktu ke waktu sebelum mereka merima. Setelah perubahan kebijakan diterima, administrator harus siap untuk memenuhi terus tantangan, seperti memelihara dana penelitian, pengembangan kemitraan dengan lembaga di luar untuk memperluas kesempatan penelitian, dan menghadapi perubahan kelembagaan
Rencana untuk budaya penelitian harus mencakup pertimbangan keterlibatan mahasiswa. Mahasiswa baik S1, S2 maupun S3 wajib melakukan penelitian sebagai tugas akhir. Lembaga Penelitian dapat mengembangkan keterampilan penelitian mahasiswa melalui asisten penelitian. Mentor Fakultas juga dapat memberikan bimbingan penelitian secara pribadi.
Semoga bermanfaat!!! Tetap semangat dalam bekerja dan berkarya untuk kemajuan pendidikan tinggi Indonesia.
Salam Pendidikan Tinggi.
Referensi
Hanover Research, 2014. Building a Culture of Research: Recommended Practices. http://www.hanoverresearch.com/media/Building-a-Culture-ofResearch-Recommended-Practices.pdf.
Linda Evans, 2007. Developing Research Cultures and Researchers in HE: the Role of Leadership. paper was presented at the Annual Conference of the
Society for Research into Higher Education (SRHE) December 11 th 2007
M. Allyson Macdonald. 2004. Contradictions in educational research: a case study from teacher education in Iceland. A paper presented at the 32nd NERA Annual Congress Held in Reykjavík, Iceland 11 th – 13th March 2004