top of page

Konsep Dosen Berkualitas dan Profesional



Dosen dalam melaksanakan kegiatan Proses belajar mengajar (PBM), dituntut untuk menyiapkan unit plan, sebagai portfolio dosen dalam proses pembelajarannya. Di dalam unit plan, dosen harus mengarahkan rencana proyeknya berdasarkan kerangka kurikulum. Curriculum frame Question adalah sebagai alat untuk mengarahkan peserta didik dalam mengerjakan proyeknya, sehingga sesuai dengan tujuan yang telah direncakan.


Dosen harus menyiapkan materi-materi pendukung untuk kelancaran proyek peserta didik, demikian pula peserta didik harus mampu membuat dan mengerjakan hasil tugasnya untuk ditampilkan atau dipresentasikan di depan temannya. Pada saat presentasi hasil proyeknya peserta didik mendapat kesempatan untuk melakukan assessmen terhadap temannya – peer assessmen, memberikan feedback pada hasil kerjanya.


Dalam proses pembelajaran, dosen harus memberikan kesempatan pada peserta didik untuk melaporkan hasil proyeknya dalam berbagai bentuk, bisa dalam bentuk blog, wiki, poster, newsletter atau laporan. Kegiatan yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau high order thinking harus dirancang dalam rencana pelajaran dosen. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan analisis, sintesis dan evaluasi melalui proyek yang mereka kerjakan.


PBM harus berpusat pada mahasiswa/peserta didik yang diyakini para ahli mampu menyiapkan peserta didik kita untuk menghadapi dunia kerja di abad ke-21. Menurut para ahli, project-based learning merupakan salah satu pendektan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yang mampu mengembangkan semua kecakapan di atas.


PBM berbasis pada Peserta didik memiliki karakteristik sebagai berikut:


  1. Peserta didik menjadi pusat atau sebagai obyek yang secara aktif belajar pada proses pembelajaran.

  2. Proyek-proyek yang direncanakan terfokus pada tujuan pembelajaran yang sudah digariskan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam kurikulum.

  3. Proyek dikembangkan oleh pertanyaan-pertanyaan sebagai kerangka dari kurikulum (curriculum-framing question).

  4. Proyek melibatkan berbagai jenis dan bentuk assessmen yang dilakukan secara kontinyu (ongoing assessmen).

  5. Proyek berhubungan langsung dengan dunia kehidupan nyata.

  6. Peserta didik menunjukkan pengetahuannya melalui produk atau kinerjanya.

  7. Teknologi mendukung dan meningkatkan proses belajar peserta didik.

  8. Keterampilan berpikir terintegrasi dalam proyek.

  9. Strategi pembelajarn bervariasi karena untuk mendukung oleh berbagai tipe belajar yang dimiliki oleh siswa (multiple learning style).


Selanjutnya sebagai dosen, harus mampu mengatur dan mendesain pembelajaran agar peserta didik memiliki kemampuan di abad 21 ini. Dengan demikian peran pendidik di abad 21, yaitu:


  1. Pendidik sebagai fasilitator,

  2. Pendidik sebagai pembimbing,

  3. Pendidik sebagai konsultan,

  4. Pendidik sebagai motivator,

  5. Pendidik sebagai monitor (memonitor aktivitas siswa),

  6. Pendidik sebagai kawan belajar bagi peserta didik.


Dosen sebagai pengajar dan Pendidik harus mengubah paradigma pembelajaranya agar peserta didik memiliki kemampuan di abad 21, yaitu:


  1. Pendidik sebagai pengarah menjadi sebagai fasilitator, pembimbing dan konsultan.

  2. Pendidik sebagai sumber pengetahuan menjadi sebagai kawan belajar.

  3. Belajar diarahkan oleh kurikulum menjadi diarahkan oleh peserta didik-kulum.

  4. Belajar terjadwal secara ketat dengan waktu terbatas menjadi belajar secara terbuka, ketat dengan waktu fleksibel sesuai keperluan.

  5. Belajar berdasarkan fakta menjadi berdasarkan projek dan survei.

  6. Bersifat teoritik, prinsip dan survei menjadi dunia nyata, refleksi prinsip dan survei.

  7. Pengulangan dan latihan menjadi penyelidikan dan perancangan.

  8. Aturan dan prosedur menjadi penemuan dan penciptaan.

  9. Kompetitif menjadi collaboratif.

  10. Berfokus pada kelas menjadi berfokus pada masyarakat.

  11. Hasilnya ditentukkan sebelumnya menjadi hasilnya terbuka.

  12. Mengikuti norma menjadi keanekaragaman yang kreatif.

  13. Teknologi ICT sebagai subjek belajar menjadi peralatan semua jenis belajar.

  14. Presentasi dengan media statis menjadi interaksi multimedia dinamis.

  15. Komunikasi sebatas ruang kelas menjadi tidak terbatas.

  16. Tes diukur dengan norma menjadi unjuk kerja diukur pakar, penasehat dan teman sebaya.


Pembelajaran abad 21 sekarang ini hendaknya disesuaikan dengan kemajuan dan tuntutan zaman. Begitu halnya dengan kurikulum yang dikembangkan saat ini oleh institusi/lembaga pendidikan tinggi dituntut untuk merubah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada dosen/pendidik (teacher centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa/peserta didik (student-centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa depan peserta didik yang harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking and learning skils).


Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah (problem solving), berpikir kritis (critical thinking), kolaborasi, dan kecakapan berkomunikasi. Semua kecakapan ini bisa dimiliki oleh peserta didik apabila pendidik mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang menantang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Kegiatan yang mendorong peserta didik untuk bekerja sama dan berkomunikasi harus tampak dalam setiap rencana pembelajaran yang dibuatnya.


Pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa/peserta didik memiliki beberapa karakter yang sering di sebut sebagai 4C, yaitu:


Communication

Pada karakter ini, peserta didik dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia. Peserta didik diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun ketika menyelesaikan masalah dari pendidiknya.


Collaboration

Pada karakter ini, peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama berkelompok dan kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain, menempatkan empati pada tempatnya, menghormati perspektif berbeda. Peserta didik juga menjalankan tanggungjawab pribadi dan fleksibitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan masyarakat, menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain, memaklumi kerancuan.


Critical Thinking and Problem Solving

Pada karakter ini, peserta didik berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit, memahami interkoneksi antara sistem. Peserta didik juga menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri, peserta didik juga memiliki kemampuan untuk menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan masalah.


Creativity and Innovation

Pada karakter ini, peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain, bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.


Selain pendekatan pembelajaran, peserta didik pun harus diberi kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya dalam menguasai teknologi informasi dan komunikasi khususnya Teknologi ICT-Komputer.


Literasi ICT adalah suatu kemampuan untuk menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran untuk mencapai kecakapan berpikir dan belajar peserta didik. Kegiatan-kegiatan yang harus disiapkan oleh pendidik adalah kegiatan yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menggunakan teknologi komputer untuk melatih keterampilan berpikir kritisnya dalam memecahkan masalah melalui kolaborasi dan komunikasi dengan teman sejawat, dosen, ahli atau orang lain yang memiliki minat yang sama.

bottom of page