top of page

Ekonomi Pengetahuan


Dikalangan rekan dosen sudah tidak asing lagi mendengar istilah “ekonomi pengetahuan”.


Secara sederhana, ekonomi pengetahuan tidak lagi hanya focus pada sumber daya alam yang melimpah, namun lebih menekankan pada pentingnya sumber daya manusia dengan tingkat pengetahuan tinggi.


Ekonomi pengetahuan (knowledge economy) adalah ekonomi yang berorientasi pada produksi dan konsumsi pengetahuan atau informasi, yang secara fundamental berbeda dari kegiatan ekonomi yang berorientasi pada produksi dan konsumsi barang manufaktur atau pertanian.


Ekonomi pengetahuan dipicu oleh meluasnya penggunaan komputer, internet, dan sarana lainnya yang berbasis teknologi informasi. Ekonomi pengetahuan menghasilkan pengetahuan dan informasi yang bersifat publik yaitu penggunaan oleh satu orang tidak mengecualikan penggunaan oleh orang lain.


Kita tengah masuk dalam zaman yang disebut ekonomi pengetahuan. Era ekonomi pengetahuan ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang memudahkan pengalihan data ke seluruh dunia.


Pada era ekonomi pengetahuan, sumber penting bagi keuntungan ekonomi maju bukan pada bahan-bahan mentah dan tenaga kerja, melainkan pada PENGETAHUAN; ide-ide cemerlang, desain yang cerdas, atau organisasi yang ampuh.


Mengapa pengetahuan dipercaya menjadi kunci utama dalam pertumbuhan ekonomi? Perubahan di era pengetahuan dipengaruhi oleh ledakan (booming) dunia internet. Sejumlah kalangan menyebutnya sebagai dotcom booming.


Pengetahuan menjadi bagian bisnis besar yang dilakukan perusahaan melalui program-program penelitian dan pengembangan kapasitas SDM. Di era informasi ini, barangsiapa menguasai pengetahuan (meski miskin sumber daya alam) akan menjadi yang terdepan.


Dan percaya atau tidak, Indonesia sudah memimpikan hal tersebut melalui misi Indonesia di tahun 2025 ialah Mewujudkan bangsa yang berdaya saing lewat penguasaan dan pemanfaatan IPTEK


Untuk mewujudkannya hal tersebut, diperlukan Penguasaan IPTEK, Daya saing, dan Knowledge based economy


Misi di atas tentunya hanya akan menjadi mimpi di siang bolong, jika tidak diukung tatanan sistem ekonomi politik Indonesia yang kondusif.


Untuk menciptakannya, perlu dipahami bahwa sumber daya manusia (human capital) adalah faktor utama dalam sistem inovasi nasional (Sinas). Modal utamanya adalah Human capital Indonesia yang harus memiliki etika moral dan kemanusiaan, semangat nasionalisme dan kerakyatan, mengutamakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


Namun demikian, human capital bukanlah sistem yang berdiri sendiri, namun harus berproses dengan tiga unsur berikut :


  1. Structural capital, kemampuan dasar mengelola pengetahuan

  2. Relation capital, kemampuan dasar berkomunikasi untuk menularkan pengetahuan

  3. Social capital, aset nirwujud (intangible) berupa jati diri, kepribadian dan karakter yang tangguh, dst.

Selain itu perlu dipahami pentingnya konsteks sosial ekonomi yang melingkupi Sinas. Dengan perubahan perekonomian dari resource-based menjadi knowledge-based, maka Indonesia tidak hanya mengandalkan kekayaan dan keragaman sumber daya alam yang merupakan komioditi dasar yang bernilai tambah kecil. Dengan knowledge yang baik, maka nilai tambah dapat diperbesar sehingga juga meningkatkan nilai produk yang dijual.


Salah satu kunci kekuatan daya saing yang berkelanjutan adalah penciptaan knowledge based economy. Sistem ini mewadahi keberadaan technology entrepreneur (technopreneur) yang merintis bisnis baru dengan mengandalkan pada inovasi.


Selain itu sinergi antara Perguruan Tinggi/Lembaga Penelitian (penyedia SDM), Pemerintah (fasilitator dan regulator), dan Bisnis (pemodal dan pencipta pasar) juga sangat penting.

Pengetahuan merupakan sebuah klaim keuntungan di masa datang. Organisasi menginvestasikan uang demi menguasai aset pengetahuan, misalnya membuat sebuah program riset dan pengembangan, dengan harapan investasi mereka menghasilkan keuntungan (deviden) dengan cara meningkatkan efektivitas di kemudian hari.


Di bawah ini resep yang disarankan O’hara terkait dengan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan pengetahuan.


1. Penguasaan

Permasalahan pertama berkenaan dengan pengetahuan adalah kapan dan bagaimmana cara mendapatkan pengetahuan. Ada tiga jenjang pengetahuan, (1) pengetahuan yang belum pernah mengemuka dan pengetahuan ini baru akan mengemuka ketika digali dengan program penelitian; (2) pengetahuan yang telah mengemuka, namun tidak pernah dikuasai oleh satu organisasi pun, dan (3) pengetahuan yang telah dikuasi oleh sebuah organisasi namun dalam bentuk yang tidak tepat.


Keputusan-keputusan manajemen bergantung pada faktor kesulitan dalam mendapatkan sebuah pengetahuan, biaya penguasaannya, dan keuntungan yang diperhitungkan. Singkatnya, bagaimana kita dapat mengetahui apa yang tidak kita ketahui? Bagaimana kita dapat mengetahui apa yang ingin kita ketahui? Bagaimana beragam jenis pengetahui mendapat pembenaran?


2. Modeling

Begitu dikuasai, pengetahuan harus disimpan dengan cara yang tepat. Pertanyaannya, bagaimana cara yang paling tepat untuk merepresntasikan pengetahuan? Sejauhmana perubahan representasi mengubah pengetahuan?


3. Pemanggilan (recall)

Pemanggilan (recall) menjadi bagian penting dalam manajemen pengetahuan. Kegiatan penyimpanan pengetahuan dalam jumlah besar seringkali menghadapi kendala ini. Pertanyaan kuncinya, yaitu cara paling tepat seperti apa yang dapat dipergunakan untuk mengorganisasi keping-keping pengetahuan? Bagaimana keping-keping pengetahuan bisa saling terhubung?


4. Menggunakan kembali (retreival)

Agak mirip dengan poin ke 3, setelah kegiatan penyimpanan pengetahuan dilakukan, langkah selanjutnya adalah bagaimana cara menemukan kembali (retreival) pengetahuan itu dengan metode yang tidak menghabiskan banyak biaya.


Pertanyaannya adalah Bagaimana cara kita mengingat kembali pengetahuan yang kita perlukan namun tidak kita miliki? bagaimana keping-keping pengetahuan saling terkait?


5. Publikasi

Publikasi menjadi bagian penting dalam pengelolaan pengetahuan. Publikasi mempermudah akses publik pada gudang pengetahuan.


Pertanyaan dasarnya adalah Apakah perubahan cara memvisualisaikan pengetahuan juga dapat mengubah pengetahuan itu sendiri? Bagaimana kita mengetahui apa yang kita butuhkan


6. Pemeliharaan

Tahap pemeliharaan mengharuskan untuk memainkan dan mengaktualkan pengetahuan. Kegiatan itu meliputi verifikasi bahwa pengetahuan itu ada benar adanya, mengevaluasi apakah representasi pengetahuan yang ada telah menampilkan pengetahuan secara benar, mengaktualisasikan pengetahuan untuk tetap dalam jalur yang tepat, dan meninggalkan pengetahuan yang menyesatkan atau kadaluarsa.


Bagaimana cara kita mengetahui bahwa sebuah pemikiran tentang dunia dapat dinyatakan benar? Bagaimana kita mengetahui bahwa sebuah kalimat sebuah kalimat telah benar menampilkan sebuah dalil? Apakah yang dimaksud dengan keterkaitan logis antar pernyataan dan bagaimana mungkin perubahan sebuah pernyataan dapat dipatau atau diikuti? Bagaimana mungkin ragam pengetahuan yang berbeda bisa memperoleh pembenaran?


Sebagai penutup, agar visi pembangunan Indonesia 2025 dapat terwujud, rezim politik yang diinginkan adalah rezim politik knowledge based economy. Untuk menyokong sistem ini, infrastruktur IPTEK mesti diarahkan secara konsisten guna melahirkan generasi muda INOVATOR di segala bidang. Sebab, pada gilirannya, sistem inovasi yang berfungsi baik kelak akan meningkatkan produktivitas, kesejahteraan dan kekuatan daya saing bangsa yang berkelanjutan.

bottom of page